Djoempa Pemuda 3.0: Peringatan Hari Pahlawan di Negeri Orang

Djoempa Pemuda 3.0: Peringatan Hari Pahlawan di Negeri Orang
info gambar utama

Rabu sore itu (8/11) langit Olomouc nampak membiru. Meski hawa udara terasa dingin menusuk kalbu, keceriaan hari tetap begitu terasa. Malam nanti, mahasiswa Indonesia yang kini tengah berstudi di Univerzita Palackeho akan menghelat event Djoempa Pemuda yang ketiga.

Event ini bertujuan untuk memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia. Sekalipun mereka tengah belajar di negeri orang, kecintaan mereka kepada para pahlawan Indonesia tak kenal kata lekang.

Bermula sejak tahun 2021 silam, Djoempa Pemuda menjadi salah satu event yang paling dinantikan oleh mahasiswa-mahasiswa di Univerzita Palackeho. Di dalamnya, tersaji beragam keunikan Indonesia, mulai dari makanan, tarian tradisional, lagu daerah, permainan tradisional, hingga peragaan beberapa tokoh Pahlawan Nasional.

Tepat pukul 18.00 waktu setempat, kegiatan dimulai dengan sambutan dari perwakilan Univerzita Palackeho, yakni Pak Musokhib. Beliau merupakan orang Indonesia yang menjadi dosen pada Departemen Studi Asia, Univerzita Palackeho. Dalam sambutannya, Pak Musokhib menegaskan betapa pentingnya kesadaran akan pemahaman budaya antar sesama. Menurut beliau, akar dari serangkaian konflik yang terjadi saat ini bermula dari rendahnya pengetahuan manusia akan sesamanya.

Daun Mekai, Micin Ala Suku Dayak untuk Penyedap Rasa Makanan

Sambutan Pak Musokhib sekaligus menjadi penanda dibukanya kegiatan Djoempa Pemuda secara resmi. Pentas pun dimulai dengan sajian Tari Pendet yang diperagakan oleh Fathia, salah seorang mahasiswa Indonesia. Gerakannya yang rancak beriringkan alunan musik khas Bali berhasil memaku atensi hadirin.

Selepas Fathia, giliran Nella yang unjuk gigi. Ia memainkan Tari Kabasaran yang berasal dari Minahasa. Dengan atribut merah kuat sekaligus pedang di genggaman, Nella memperagakan tarian itu dengan penuh ketangkasan. Seluruh hadirin tak henti-hentinya bertepuk tangan di sela-sela gerakan Nella. Terlebih, selain menari, Nella juga menyanyikan beberapa bait lagu pengiring dalam tarian tersebut.

Selanjutnya, giliran Raden, Kimi, Angela, Sultan, serta Caroline. Raden memperagakan figur Ir. Soekarno lengkap dengan peci dan baju militernya. Sementara, Sultan mencoba menggambarkan sosok Sultan Hasanuddin. Angela dengan kebaya putih dan kain luriknya berperan laksana RA Kartini. Sementara, sosok Pattimura dari Maluku diperankan oleh Kimi. Terakhir, Caroline memerankan tokoh Martha Christina Tiahahu.

Sihir indah Indonesia tak berhenti sampai di situ. Kini saatnya bagi Agiza, Gea, serta Jessie untuk tampil. Agiza membaca puisi bertema perjuangan, sementara Gea dan Jessie menghipnotis para hadirin dengan lantunan Lagu Tanah Airku karya Ibu Sud.

Rampung dengan lagu yang berisi kekaguman seorang perantauan terhadap homeland itu, Jessie menyambung dengan lagu Sinanggar Tulo. Alunan musik yang begitu asyik membuat hadirin enggan ketinggalan untuk turut bernyanyi dan berjoget. Seisi ruangan benar-benar bergemuruh menikmati lagu tersebut.

Selain lagu-lagu tradisional, beberapa lagu pop, dangdut, keroncong, serta jazz karya musisi-musisi Indonesia juga diputar selama acara berlangsung. Para hadirin nampak begitu menikmati. Bahkan, beberapa turut berkaraoke menggunakan mikrofon yang tersedia.

Mahasiswa Indonesia selaku penyelenggara juga menawarkan beberapa booth spesial. Ada booth foto yang memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk berfoto menggunakan kostum adat Indonesia. Di sudut ruangan yang lain, terdapat booth makanan yang menyajikan beberapa masakan Indonesia.

Pemilu Diprediksi Akan Tingkatkan Pergerakan Wisatawan

Setidaknya, tersedia menu nasi goreng, nasi uduk, abon, kerupuk, serta beberapa minuman seperti jahe dan wedang uwuh. Booth makanan inilah yang paling dipadati pengunjung. Bahkan, mereka rela mengantre demi bisa menikmati menu yang dimasak oleh para mahasiswa Indonesia itu.

“Aku suka makanan pedas dan ini sangat pedas. Sangat enak,” komentar Sasha, mahasiswa asli Olomouc yang turut hadir.

Kemudian, di dekat panggung terdapat booth permainan tradisional dan susun kata. Kedua booth ini juga tak kalah ramai dari dua booth sebelumnya. Para pengunjung begitu antusias memainkan permainan bola bekel, kelereng sendok, serta menyusun beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Mereka juga begitu bahagia menerima beberapa souvenir kecil yang disediakan panitia.

Secuil kisah Djoempa Pemuda ketiga yang terselenggara di Univerzita Palackeho kian melengkapi puzzle kepahlawanan. Di manapun kaki ini berpijak, semangat kepahlawanan harus terus menggelora.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini