Para Ayah Harus Baca, Agar Indonesia Tidak Menjadi Fatherless Country

Para Ayah Harus Baca, Agar Indonesia Tidak Menjadi Fatherless Country
info gambar utama

Berdasarkan Fatherhood Index Report 2021, Indonesia disebut menempati peringkat ke-3 sebagai fatherless country. Meskipun masih belum jelas spesifik penelitiannya, Indonesia dinilai sebagai fatherless country, itu artinya, peran dan keterlibatan para ayah di Indonesia dalam pengasuhan anak sangatlah minim.

"Fatherless diartikan sebagai anak yang bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti seperti dikutip dari lama berita ANTARA.

Fatherless juga bisa dimaknai sebagai father hunger, yaitu kondisi di mana seorang anak kehilangan sosok ayah karena kurang perhatian, bimbingan, atau figur ayah yang positif dalam hidupnya. Kehilangan sosok ayah selama masa kanak-kanak, dapat berdampak pada kesejahteraan dan perkembangan emosional seseorang.

Dikutip dari laman UGM (22/5), menurut Dr. Diana Setyawati, M.HSc, Psikolog, Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM paling tidak ada 5 dampak nyata jika ayah jarang terlibat dalam pengasuhan anak, antara lain:

1. Hambatan dalam pembentukan identitas gender dan peran seksual

2. Penurunan performa akademis

3. Kesulitan penyesuaian psikososial

4. Kontrol diri rendah, dan self esteem rendah.

Diana mengatakan, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja. Pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua yaitu ayah dan ibu secara berimbang.

“Namun, yang banyak terjadi ayah tidak terlibat dalam pengasuhan. Ini jadi fenomena yang cukup lazim, salah satunya karena pengaruh budaya,” kata Diana, seperti dikutip dari laman UGM.

Menurutnya, hal itu karena kentalnya budaya patriarki. Budaya patriarki menempatkan perempuan bertanggung jawab untuk urusan domestik dan mengurus anak. Sementara laki-laki bertanggung jawab pada urusan publik. Padahal, pengasuhan ayah nyatanya tidak dimaknai hanya sebagai pencari nafkah saja. Peran ayah juga dibutuhkan dalam fase tumbuh kembang seorang anak.

Cara Ayah Berperan

Lebih lanjut, menurut Diana, ada banyak cara agar ayah bisa ikut berperan dalam mengasuh anak. Keterlibatan ayah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti melakukan kegiatan bersama, komunikasi dengan anak, saling berbagi hal yang disukai, mengasuh anak, memberikan pengarahan, selalu ada untuk anak, dan lainnya.

Keterlibatan ayah dalam aktivitas bersama anak dapat menjadi kegiatan yang menstimulasi perkembangan kognitif.

Ada perbedaan gaya bicara antara ayah dan ibu, seperti ayah yang cenderung lebih mengarahkan, lebih singkat. Bentuk komunikasi yang lebih kompleks dengan orang tua menuntut kemampuan bahasa yang lebih tinggi sehingga bisa menstimulasi perkembangan kognitif anak.

Selain itu, keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan mendorong perkembangan fungsi eksekutif lebih optimal. Fungsi eksekutif berkaitan dengan kemampuan merencanakan, pengendalian diri, pemecahan masalah, dan atensi.

Ayah yang memberikan dukungan emosi atau terlibat pengasuhan bisa mengurangi beban yang dimiliki ibu sehingga turut memengaruhi kualitas hubungan antara ibu dan anak.

Perkembangan emosi yang terhambat, lanjutnya, menyebabkan anak memiliki emosi yang tidak matang sehingga tidak mampu meregulasi emosi baik mengekpresikan maupun mengendalikan emosi.

Ketidakmampuan anak mengendalikan emosi ini akan mendorong cemas dan depresi (perilaku internalisasi) dan kontrol diri rendah, berperilaku berlebihan serta agresif (eksternalisasi).

“Keterlibatan ayah juga berpengaruh pada kelekatan anak yang akan memengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak. Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan dan kehangatan dari sosok ayah akan mudah mengalami kecemasan, kompetensi sosial lemah, dan self esteem rendah,” imbuhnya.

Diana menyampaikan, ayah memiliki peran dalam pembentukan identitas seksual anak. Keterlibatan ayah memberikan gambaran mengenai perbedaan gender, terutama pada anak laki-laki ayah menjadi role model dalam menjalankan perannya sebagai laki-laki. Sikap hangat dan positif ayah terhadap anak terutama laki-laki dapat membentuk maskulinitas.

“Banyak anak yang menajdi korban kekerasan seksual merupakan anak yang kehilangan figur ayah,” tuturnya.

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/23757-psikolog-ugm-beberkan-dampak-minimnya-keterlibatan-ayah-dalam-pengasuhan/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Imam Muttaqin lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Imam Muttaqin.

Terima kasih telah membaca sampai di sini