Pencetak Sejarah itu Bernama Delilah

Pencetak Sejarah itu Bernama Delilah
info gambar utama

Dunia dibuat bahagia, kala seekor badak Sumatra lahir dari induk bernama Delilah di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK) Lampung, pada Sabtu (25/11/2023). Kelahiran bayi dari induk Delilah dan pejantan Harapan ini menarik perhatian media internasional lantaran menambah populasi hewan yang hanya hidup di Indonesia. Hampir seluruh media-media besar internasional menampilkan foto-foto sang induk dan bayinya yang baru lahir, dan menaruh harapan besar bahwa usaha pelestarian badak Sumatra mulai menampakkan hasil yang menggembirakan, meski jalan masih panjang.

Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa induk badak Delilah yang baru melahirkan anaknya di SRS TNWK adalah pencetak sejarah!

Berumur 7 tahun, 6 bulan, dan 13 hari saat melahirkan anak badak jantan, badak Delilah merupakan individu badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) kedua yang lahir dari perkawinan badak Ratu dan badak Andalas di SRS TNWK pada tahun 2016.

Berdasarkan catatan medisnya, Delilah lahir dengan bobot seberat 25 kg, sama dengan bobot anaknya yang lahir Sabtu lalu (25/11). Saat terakhir ditimbang pada Jumat (17/11), bobot Delilah seberat 752 kg.

Zulfi Arsan, dokter hewan dari SRS TNWK menceritakan ketika Delilah dilahirkan, tim dokter hewan dan petugas satwa SRS TNWK merasa cemas. Kelahiran Delilah terjadi pada Kamis, 12 Mei 2016 pukul 05.40 WIB dengan posisi lahir presentasi posterior dimana kaki belakang keluar lebih dahulu. Selain karena terlahir sungsang, Delilah kecil tidak menunjukkan tanda-tanda bernapas selama hampir satu menit setelah kelahirannya.

“Satu menit yang dirasakan sangat lama bagi semua anggota tim yang terlibat dalam proses persalinan. Delilah kecil mulai berjalan pada pukul 06.37 WIB dan menyusu pertama pada pukul 07.37 WIB,” tambah Zulfi.

Delilah sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Juli 2016. Berbagai tafsir muncul terkait penamaan tersebut. Pertama, Delilah merupakan kekasih manusia kuat bernama Samson. Kedua, disadur dari bahasa Arab, Di’l Allah, yang dalam bahasa Indonesia berarti anugerah dari Allah. Dan ketiga, ada juga tafsiran dalam bahasa Jawa, Ndelalah kersaning Allah, yang artinya keajaiban atas karunia Allah.

“Apapun tafsirnya, Delilah telah membuktikan bahwa dia merupakan badak betina yang kuat dan penuh anugerah, dimana proses kelahiran anaknya terjadi di alam, bukan di dalam kandang perawatan (boma), dan tanpa campur tangan tim dokter hewan maupun penjaga satwa,” ungkap Hermawan, Plt. Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas.

info gambar

Hermawan menjelaskan, kebuntingan Delilah juga bisa dibilang cukup ajaib bila dibandingkan dengan badak betina lainnya yang berada di SRS TNWK. Hanya perlu satu kali perkawinan dengan badak jantan Harapan, Delilah langsung mengalami kebuntingan hingga melahirkan bayi badak jantan pada Sabtu (25/11).

“Hal ini berbeda dengan badak Ratu dan badak Rosa yang sempat mengalami beberapa kali keguguran sebelum akhirnya bunting dan melahirkan beberapa individu badak,” imbuh Hermawan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, badak Ratu merupakan induk dari Andatu (23 Juni 2012), Delilah (12 Mei 2016), dan individu badak betina yang lahir pada tanggal 30 September 2023 lalu. Sementara itu, badak Rosa merupakan induk dari Sedah Mirah, individu badak betina yang lahir pada tanggal 24 Maret 2022.

Menurut Zulfi, ada hal yang menarik saat pertama kali diketahui bahwa Delilah telah melahirkan. Sekitar pukul 08.19 WIB, Edi Parwito atau akrab disapa Parlan, penjaga badak Delilah mengabarkan bahwa badak Delilah telah melahirkan di dalam hutan.

“Setelah dipastikan bahwa yang bersama Delilah benar-benar anak badak, tim dokter hewan langsung menuju lokasi. Parlan juga menyampaikan bahwa anak Delilah berjenis kelamin jantan dan dalam kondisi baik-baik saja bersama induknya,” jelas Zulfi.

Hermawan menambahkan, kelahiran anak badak Delilah ini menunjukkan bahwa masa depan konservasi badak sumatera ada di Indonesia, khususnya di Taman Nasional Way Kambas.

Badak Sumatra terancam punah

Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), juga dikenal sebagai badak Sumatra, badak berbulu, atau badak Asia berdua tanduk, adalah anggota langka dari keluarga Rhinocerotidae dan salah satu dari lima spesies badak yang masih ada; ini adalah satu-satunya spesies yang masih ada dari genus Dicerorhinus1. Badak ini adalah badak terkecil, meskipun masih merupakan mamalia besar; berdiri 112–145 cm tinggi di bahu, dengan panjang kepala dan tubuh 2,36–3,18 m dan ekor 35–70 cm. Beratnya dilaporkan berkisar antara 500–1,000 kg, rata-rata 700–800 kg1. Seperti kedua spesies Afrika, badak ini memiliki dua tanduk; yang lebih besar adalah tanduk hidung, biasanya 15–25 cm, sementara tanduk lainnya biasanya adalah benjolan.

Badak Sumatra pernah menghuni hutan hujan, rawa, dan hutan awan di India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan barat daya China, khususnya di Sichuan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini