Proyeksi Ekonomi Digital Asia Tenggara Diperkirakan Mencapai $100 Miliar: Report

Proyeksi Ekonomi Digital Asia Tenggara Diperkirakan Mencapai $100 Miliar: Report
info gambar utama

Laporan e-Conomy SEA edisi ke-8, yang diterbitkan bersama oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, telah diluncurkan pada November lalu. Laporan komprehensif ini, yang berjudul "Reaching New Heights: Navigating the Path to Profitable Growth," menyajikan banyak wawasan berbasis data tentang lintasan ekonomi digital Asia Tenggara. Beberapa poin penting diantaranya:

1. Pertumbuhan Kuat di Tengah Tantangan Ekonomi Makro

Meskipun dihadapkan dengan tantangan ekonomi makro global, laporan ini menunjukkan bahwa nilai barang dagangan kotor (GMV) di wilayah Asia Tenggara bergerak ke arah yang positif, siap mencapai angka fantastis $2,183 miliar. Ini menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 11%. Yang patut dicatat, pendapatan wilayah ini dari ekonomi digital diperkirakan akan mencapai $100 miliar tahun ini, tumbuh 1,7 kali lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan GMV.

- Proyeksi GMV 2022: $2,183 miliar
- Pertumbuhan Tahunan: 11%
- Pendapatan Ekonomi Digital yang Diproyeksikan Tahun 2023: $100 miliar
- Pertumbuhan Pendapatan Tahunan: 1,7 kali lipat pertumbuhan GMV

2. Tantangan dalam Menarik Investasi:

Laporan ini menekankan pentingnya jalur yang jelas menuju profitabilitas bagi perusahaan-perusahaan digital yang mencari investasi. Pada tahun 2022, Asia Tenggara mengalami penurunan pendanaan swasta, mencapai titik terendah dalam enam tahun. Penurunan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti koreksi dalam penilaian dibandingkan dengan puncak tahun 2021, ketidakpastian mengenai jalur profitabilitas, dan tantangan dalam lingkungan pasar modal. Meski begitu, wilayah ini mengalami peningkatan "dry powder," dengan modal yang tersedia meningkat dari $12,4 miliar pada tahun 2021 menjadi $15,7 miliar pada tahun 2022.

- Penurunan Pendanaan Swasta
- Modal Tersedia (Dry Powder) pada 2022: $15,7 miliar

3. Keberhasilan Monetisasi:

Laporan ini menyoroti keberhasilan monetisasi ekonomi digital di Asia Tenggara. Bisnis digital beralih fokus ke monetisasi untuk mencapai target profitabilitas. E-commerce, khususnya, menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan, dengan peningkatan pendapatan sebesar 22% dari tahun ke tahun, mencapai $28 miliar. Aliran pendapatan terkait seperti iklan dan layanan pengiriman turut berkontribusi pada pertumbuhannya dalam jangka panjang. Selain itu, sektor-sektor seperti perjalanan online, transportasi, dan media online menampilkan pertumbuhan pendapatan yang kuat.

- Pertumbuhan Pendapatan E-commerce (Tahun ke Tahun): 22%
- GMV E-commerce (2023): $139 miliar
- Pertumbuhan Pendapatan Perjalanan Online (Tahun ke Tahun): 57%
- GMV Perjalanan Online (2023): $30 miliar
- Pertumbuhan Pendapatan Transportasi (Tahun ke Tahun): 47%
- Pertumbuhan Pendapatan Pengiriman Makanan (Tahun ke Tahun): 60%
- Pertumbuhan GMV Media Online (Tahun ke Tahun): 10%

4. Adopsi Layanan Keuangan Digital (DFS):

Laporan ini menekankan peningkatan adopsi layanan keuangan digital (DFS), dengan pembayaran digital menyumbang lebih dari 50% dari nilai transaksi keseluruhan wilayah ini. Pemberian pinjaman digital muncul sebagai penggerak utama pendapatan DFS, didorong oleh tingginya tingkat pemberian pinjaman dan permintaan konsumen. Selain itu, lembaga layanan keuangan yang sudah mapan sedang beralih basis pelanggannya ke layanan terdigitalisasi. Singapura diharapkan menjadi pemain utama dalam pasar pemberian pinjaman digital pada tahun 2023, sementara Indonesia memimpin dalam pembayaran digital.

- Pangsa Nilai Transaksi Pembayaran Digital: >50%
- Pinjaman Digital sebagai Pendorong Utama Pendapatan DFS
- Singapura sebagai Pasar Pinjaman Digital Terkemuka

5. Pengguna Bernilai Tinggi (High-Value Users/HVUs)):

Pengguna bernilai tinggi, yang mewakili 30% teratas pengeluar dalam ekonomi digital, memainkan peran penting dalam nilai transaksi. Mereka menghabiskan lebih dari enam kali lipat dibandingkan dengan bukan HVUs, terutama dalam sektor pengeluaran pilihan seperti permainan, transportasi, dan perjalanan. Pengguna bukan HVUs menawarkan peluang pertumbuhan yang substansial, dengan potensi pertumbuhan 1,9 kali lipat dari HVUs.

- HVUs Mewakili >70% dari Nilai Transaksi
- Potensi Pertumbuhan Pengguna Bukan HVUs: 1,9x dari HVUs

6. Meningkatkan Partisipasi Digital:

Laporan ini menekankan perlunya memperluas partisipasi digital untuk memacu gelombang pertumbuhan berikutnya. Upaya inklusi digital sangat penting, terutama di daerah non-metro di mana kesenjangan ekonomi digital dapat melebar karena tantangan ekonomi unit yang sulit. Menghilangkan hambatan dan mengatasi masalah pasokan dan keamanan adalah kunci untuk meningkatkan partisipasi pengguna bukan HVUs dan mencapai ambisi pertumbuhan digital wilayah ini.

7. Kecerdasan Buatan untuk Efisiensi Operasional:

Teknologi baru, seperti Kecerdasan Buatan (AI), diidentifikasi sebagai alat berharga untuk meningkatkan efisiensi operasional dan meningkatkan pengalaman pengguna dalam ekonomi digital. AI dapat membantu dalam manajemen inventaris, optimasi rute, rekomendasi konten personal di media online, serta deteksi dan pencegahan penipuan, yang berkontribusi pada keuntungan baik bagi bisnis maupun konsumen.

8. Sorotan Ekonomi Digital Singapura:

Singapura tampil sebagai pelaku unggul, dengan pertumbuhan proyeksi sebesar 12% dalam ekonomi digitalnya, mencapai $22 miliar pada tahun 2023 dan diperkirakan akan mencapai sekitar $30 miliar pada tahun 2025. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh pemulihan perjalanan dan e-commerce. Singapura memiliki penetrasi digital tertinggi di berbagai sektor digital dan keinginan yang kuat untuk berbelanja layanan digital. Pasar kekayaan digital negara ini diperkirakan akan tumbuh substansial, dari $26 miliar pada tahun 2023 menjadi sekitar $150 miliar pada tahun 2030.

- Ukuran Ekonomi Digital Singapura 2023: $22 miliar
- Ukuran Ekonomi Digital yang Diperkirakan 2025: ~$30 miliar
- Penetrasi Digital Tinggi di Berbagai Sektor
- Pertumbuhan Pasar Kekayaan Digital yang Diperkirakan: $26 miliar hingga ~$150 miliar (2023-2030)

Secara ringkas, laporan e-Conomy SEA ke-8 memberikan eksplorasi data yang kaya tentang pertumbuhan berkelanjutan ekonomi digital Asia Tenggara, tantangan investasi, dan strategi monetisasi yang sukses. Laporan ini juga menekankan pentingnya meningkatkan partisipasi digital, memanfaatkan AI untuk efisiensi operasional, dan performa luar biasa dari ekonomi digital Singapura.

Disadur oleh Akhyari Hananto di seasia.co
Artikel selengkapnya: https://seasia.co/2023/11/09/southeast-asias-digital-economy-is-set-to-hit-100-billion-in-revenue-report

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini