Kisah Perang Padri: Berawal dari Perang Saudara Berakhir Melawan Belanda

Kisah Perang Padri: Berawal dari Perang Saudara Berakhir Melawan Belanda
info gambar utama

Perang Padri merupakan pertempuran yang terjadi di daerah Sumatra Barat. Pertempuran ini sendiri berawal dari perpecahan yang terjadi di masyarakat Minangkabau, tepatnya antara kaum Padri dengan kaum Adat.

Dimuat dari buku Explore Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/MAK yang ditulis oleh Abdurakhman dan Arif Pradono, disebutkan bahwa pertempuran ini terbagi ke dalam dua periode yang terpisah, yaitu pada tahun 1821-1825 dan 1830-1837.

“Kaum Padri menilai bahwa kaum Adat telah melakukan praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran Islam,” jelasnya.

Cerita Klenik Soal Tumbal Proyek, Benarkah Sudah Ada Sejak Zaman Belanda?

Diketahui Kaum Adat merupakan kelompok masyarakat Minangkabau yang masih memegang teguh adat istiadat dari leluhur mereka. Sedangkan Kaum Padri terdiri atas ulama-ulama yang memiliki tujuan untuk memurnikan ajaran Islam di Sumbar.

“Sehingga kaum Padri ingin melakukan pemurnian praktik ajaran Islam dengan memberantas kebiasaan-kebiasaan yang menyimpang itu,” katanya.

Didukung Belanda

Selama perang saudara meletus, kaum Padri menghadapi perlawanan sengit di Tanah Datar dan di dataran rendah. Tetapi kaum Padri meraih kemenangan. Pada 1815, sebagian besar keluarga kerajaan Minangkabau terbunuh di Tanah Datar.

Karena terdesak kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda pada 1821. Mereka menandatangani suatu perjanjian penyerahan Minangkabau kepada Belanda. Padahal mereka sudah tidak lagi mempunyai kekuasaan.

Belanda lantas melakukan penyerangan hingga membuat kaum Padri keluar dari Pagaruyung. Kemudian Belanda membangun benteng pertahanan di Batusangkar dengan nama Fort Van der Capellen.

Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia, Diminta Kembalikan Rp504 Triliun?

Tetapi keterlibatan Belanda ini malah membuat kondisi Minangkabau semakin kacau dan rumit. Karena itu pada 1833, kaum Adat bergabung dengan kaum Padri dan bersama-sama berjuang melawan Belanda.

Menghadapi peperangan yang berat, Belanda lantas meminta gencatan senjata pada 1825 dalam Perjanjian Masang. Apalagi saat itu Belanda sedang menghadapi perang di Eropa dan melawan Pangeran Diponegoro di Jawa.

Minangkabau direbut

Belanda kembali menyerang Minangkabau pada 1832. Kaum Padri ketika itu dapat dikalahkan walau mendapat bantuan dari Aceh. Pada 1833, Belanda mulai melancarkan serangan-serangan baru.

Menyadari peperangan yang terjadi melibatkan masyarakat luas. Belanda menutup pesisir barat yang merupakan garis bantuan ekonomi dan pesisir timur yang merupakan pintu gerbang perdagangan Minangkabau.

Pada 1837, Kota Bonjol yang berbenteng akhirnya bisa ditembus Belanda. Namun Tuanku Imam Bonjol mampu melarikan diri walau kemudian menyerah. Tuanku Imam Bonjol pun diasingkan ke Priangan, lalu Ambon dan akhirnya Manado.

Setelah Sekian Lama, Belanda Akhirnya Mengakui Kemerdekaan Indonesia Secara Penuh

Perang Padri berakhir pada 1838 dengan kemenangan Belanda. Semua perlawanan rakyat Minangkabau berhasil ditumpas Belanda. Belanda akhirnya mampu menguasai Minangkabau dan mengandalkan para kepala adat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini