Pengaruh Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 bagi Indonesia

Pengaruh Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023  bagi Indonesia
info gambar utama

Good News From Indonesia (GNFI) telah mengadakan sebanyak 5 kali sejak tahun 2018 yaitu Survei Optimisme Generasi Muda. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang diadakan secara online, GNFI pada tahun ini mengadakan acara dengan offline.

Survei ini dilaksanakan pada 10—17 Oktober 2023 dengan metode kuantitatif yaitu online survey ke panel Populix. Survei ini ditujukan kepada warga negara Indonesia yang berusia 17-40 tahun. Jumlah responden yang mengisi adalah sebanyak 1.289 dengan rincian responden perempuan sebanyak 52% dan responden laki-laki sebanyak 48%.

Survei Indeks Optimisme bertujuan untuk menghidupkan optimisme Indonesia. Terdapat indeks optimisme Indonesia yaitu kebutuhan dasar, ekonomi dan kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, kehidupan sosial, dan politik dan hukum. Pada tahun 2023 terdapat tambahan indeks yaitu lingkungan dan pemilu. Indeks Optimisme Indonesia tahun 2023 sedikit meningkat jika dibandingkan 2 tahun sebelumnya yang berada di angka 7,2.

Seluruh dimensi pembentuknya mengalami peningkatan, hanya dimensi politik dan hukum yang terlihat menurun dibandingkan dengan tahun 2021. Dari hasil survei terlihat jika pendidikan dan kebudayaan sebagai dimensi tertinggi karena mendapat indeks skor sebanyak 7,77 dari skala 10, sedangkan dimensi terendah adalah politik dan hukum yang memperoleh indeks skor sebanyak 5,72.

Pada tanggal 14 November 2023 telah dilakukan diskusi peluncuran Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia tahun 2023. Terdapat beberapa narasumber yaitu Rinaldi Nur Ibrahim (Pendiri Youth Ranger Indonesia), Ilham Saputra (Komisioner KPU 2017-2022), Devie Rahmawati (dosen dan peneliti), dan Timothy Astandhu (Co-Founder dan CEO Opulix).

Pembahasan terkait diskusi peluncuran Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 sangat menarik. Mulai dari pembahasan yang dijelaskan oleh Ilham Saputra bahwa jumlah pemilih di Indonesia sebanyak 247 juta orang. Pemilu di Indonesia dalam penyelenggaraanya memiliki tingkat kerumitan yang tinggi karena kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan.

Selain, dari kondisi geografis, terdapat kekhawatiran dan ketidakoprimisan anak muda terkait penyelenggaraan pemilu, di mana 50% nya memutuskan untuk tidak memilih. Hal ini tentu saja akan berdampak pada partisipasi pemilih di Indonesia pada tahun 2024.

Pembahasan selanjutnya adalah bersama Rinaldi Nur Ibrahim yang membahas bahwa di Indonesia, aspek kriminal dan nepotisme sangat tinggi datanya karena banyak dilakukan oleh tokoh politik. Anak muda yang melihat track record dan background calon akan menjadi kritis. Dengan sikap kritis inilah merupakan bentuk peduli dan ingin merubah keadaan.

Meskipun begitu, sikap kritis ini tidak selalu berdampak positif, terkadang mereka berkomentar negatif di media sosial. Oleh karena itu, penting sekali bagi anak muda untuk dirangkul dan diajak bersama-sama dalam berkembang. Anak muda penting untuk melek dan jangan sampai pesimis maupun apatis, dengan begitu Indonesia dapat lebih maju.

Semua anak muda lebih baik diberikan wadah dan kesempatan yang sama karena seperti yang kita tahu bahwa tingkat pendidikan setiap orang di Indonesia itu berbeda. Sehingga dalam masa kampanye, persepsi dan tindakan masyarakat dalam memaknai bisa berbeda-beda. Ada yang tidak karuan-karuan dan ada yang biasa saja. Oleh karena itu, anak muda harus lebih dahulu dirangkul.

Anak muda selalu meniru apa yang dilakukan oleh orang tua. Orang tua tidak bisa saja menyalahkan anak muda karena di Indonesia masih banyak terjadi patronisasi. Itulah mengapa Devie Rahmawati menjelaskan bahwa anak muda jangan dirundung karena mereka itu masih bisa membangun optimisme dan empati.

Pembahasan terakhir oleh Timothy Astandhu yang menjelaskan bahwa anak muda selalu underestimate terhadap dirinya sendiri. Sebagai anak muda seharusnya berani untuk berkembang dan mengekspresikan diri karena anak mudalah muncul ekspetasi terhadap perkembangan negara semakin naik atau turun. Ekspektasi terkait standar kesejahteraan.

Pembelajaran bagi stakeholder di Indonesia untuk lebih mengetahui akar masalah dan apa yang dilakukan. Jadi setiap tahun tidak optimisme saja yang naik tapi masalah ini dapat diselesaikan. Selain itu, kearifan sosial yaitu gotong royong lebih baik dikembalikan karena yang dulunya pesimisme dapat berubah ke optimisme.

Urai masalah dengan bersama jangan dengan sendiri-sendiri. Semakin banyak anak muda yang memiliki jiwa merangkul dan vibrasi positif akan bisa memberikan pengaruh baik ke Indonesia juga dan Indonesia akan lebih maju.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini