Bagaimana Optimisme Generasi Muda Pada Masa Depan Indonesia?

Bagaimana Optimisme Generasi Muda Pada Masa Depan Indonesia?
info gambar utama

Pada tahun 2008 tepatnya di bulan Oktober, Akhyari Harnanto pergi mengunjungi Kepulauan Solomon (Solomon Island), sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan yang terletak di sebelah timur Papua Nugini yang tak jauh dari Australia.

Dalam perjalanan pulang ke Indonesia, laptop milik Akhyari Hananto jatuh ke laut Kepulauan Solomon dan tenggelam membawa data-data hasil survei. Itu adalah tulisan yang dikumpulkannya selama kurang lebih 8 bulan yang lalu di Yogyakarta, Surakarta, dan beberapa daerah di sekitarnya.

Terdapat dua pertanyaan sederhana dalam survei tersebut yaitu “Seberapa optimis atau pesimis anda dalam memandang Indonesia di masa depan?” dan alasan dari pendapat responden tersebut. Ternyata, sebanyak 83% dari sekitar 3000 anak muda yang menjadi responden pesimis bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju, pesimis bisa mengejar ketertinggalan dan pesimis bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

Pandangan ini disebabkan karena mereka tidak mendapatkan berita positif dan membanggakan yang akurat tentang Indonesia. Kemudian sekitar 5 bulan setelah survei ini dilakukan, Akhyari Hananto mulai mendirikan media Good News From Indonesia (GNFI) sebagai platform untuk menyebarkan informasi positif dari seluruh penjuru Indonesia.

Kemudian, sejak tahun 2018 hingga kini di tahun 2023 GNFI mengadakan kembali survei serupa dengan nama Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia. GNFI bekerja sama dengan Lembaga Survei Populix untuk mengukur tingkat optimisme generasi muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai aspek.

Hasil dari survei tersebut diharapkan dapat menginspirasi upaya-upaya menghidupkan optimisme terhadap Indonesia dan menjadi rujukan dalam pengembangan kebijakan pemerintah, korporasi dan lembaga masyarakat lainnya. Indeks optimisme generasi muda dinilai berdasarkan 5 dimensi utama yaitu: Kebutuhan Dasar, Ekonomi & Kesehatan, Pendidikan & Kebudayaan, Kehidupan Sosial serta Politik & hukum.

1.289 responden berusia 17 hingga 40 tahun dari setiap pulau di Indonesia terlibat dalam survei ini, yang dilakukan dari 10 hingga 17 Oktober 2023. 52% dari responden perempuan, dan 58% dari responden adalah generasi Y, atau millenials berusia 24 hingga 40 tahun.

Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia Tahun 2023 diluncurkan pada Selasa, 14 November 2023, secara online dan offline melalui Zoom. Hasil survei menunjukkan bahwa Indeks Optimisme Indonesia pada tahun 2023 mencapai 7,77 dengan nilai tertinggi sebesar 8,55 pada dimensi Pendidikan & Kebudayaan dan nilai terendah sebesar 5,72 pada dimensi Politik & Hukum.Indeks Optimisme Indonesia Tahun 2023 oleh GNFI dan Populix

Semua aspek yang membentuknya meningkat kecuali aspek politik dan hukum yang menurun dibandingkan tahun 2021 apabila data dibandingkan dengan hasil survei dua tahun sebelumnya. Menurut profil demografi, perempuan adalah responden yang lebih optimis tentang aspek pendidikan dan kebudayaan serta kehidupan sosial.

Responden gen Z memiliki kecenderungan lebih optimis mengenai aspek Ekonomi & Kesehatan serta Pendidikan & Kebudayaan sedangkan gen Y lebih optimis mengenai Kebutuhan Dasar. Untuk mayoritas responden dari Sulawesi, Maluku, dan Papua memiliki indeks optimisme yang lebih rendah pada aspek Ekonomi & Kesehatan serta Kehidupan Sosial.

Indeks Optimisme Indonesia 2023 Menurut Profil Demografi oleh GNFI dan Populix
info gambar

Dalam dimensi Kebutuhan Dasar, responden lebih optimis mampu memenuhi kebutuhan pakaian, tempat tinggal, dan gizi pada pasangan serta anak dibanding pada dirinya sendiri. Sedangkan dalam dimensi Ekonomi & Kesehatan, tampak bahwa responden optimis dapat memperoleh layanan kesehatan yang layak.

Namun, responden yang belum bekerja dan mahasiswa memiliki tingkat optimisme rendah dalam hal kemampuan memperoleh pekerjaan yang layak. Pada dimensi Pendidikan & Kebudayaan, unsur dengan indeks tertinggi adalah “kuliner Indonesia bisa diterima dunia”, yang menunjukkan bahwa mayoritas warga Indonesia bangga terhadap budaya Indonesia dan ingin makanan khas Indonesia terkenal hingga ke seluruh negeri.

Sebaliknya, unsur berindeks terendah adalah “mampu berkontribusi pada pengembangan IPTEK”, yang mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia menganggap prestasi Indonesia dalam bidang keilmuan dan sains masih kurang.

Pada dimensi Kehidupan Sosial, unsur dengan indeks tertinggi yaitu “memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang” sementara unsur dengan indeks terendah adalah “etika bermedia sosial akan semakin baik”. Selanjutnya, pada dimensi Politik & Hukum, responden cenderung pesimis akan kemungkinan “berkurangnya korupsi di masa depan”, “pemerintahan yang bersih dan transparan”, serta “penegakan hukum yang adil”.

Secara keseluruhan, indeks optimisme untuk dimensi ini hanya memiliki skor 5,72. Karena orang Indonesia biasanya optimis, nilai rendah di bidang politik dan hukum ini hanya terjadi di Indonesia.

Hasil menunjukkan bahwa memperbaiki aspek ketatanegaraan adalah salah satu tugas terbesar yang harus dilakukan Indonesia, khususnya dalam hal pemberantasan korupsi dan menanamkan persepsi bahwa Indonesia adalah negara yang bersih dengan tingkat korupsi yang rendah dan tinggi.

Meskipun demikian, aspek lingkungan, yang secara khusus berkaitan dengan mencegah kerusakan lingkungan, memiliki indeks optimisme sebesar 7,23, yang termasuk dalam tiga indeks terendah. Selain itu, meskipun responden cenderung pesimis terhadap aspek politik dan hukum, aspek pemilihan menunjukkan perbedaan yang signifikan, dengan indeks optimisme sebesar 7,00.

Unsur dengan nilai indeks tertinggi adalah “memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi” dan indeks terendah tampak pada unsur “kinerja penyelenggara Pemilu”. Mereka yang terlibat dalam sektor pemilihan cukup yakin bahwa suara mereka akan disalurkan dengan benar dan mereka akan memiliki hak untuk memilih calon pemimpin, meskipun sebagian dari mereka pesimis tentang tingkat penyelenggaraan, transparansi, dan demokrasi pemilu.

Survei Indeks Optimisme Indonesia 2023 berhasil mengidentifikasi beberapa masalah utama Indonesia, termasuk penegakan hukum yang tidak adil, ketidakstabilan harga pangan, korupsi, kolusi, nepotisme, dan rendahnya penghasilan dibandingkan inflasi.

Sumber: Good News From Indonesia dan Populix

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini