Optimisme Anak Muda Terhadap Politik dan Hukum Rendah Meski Sudah Memasuki Tahun Politik

Optimisme Anak Muda Terhadap Politik dan Hukum Rendah Meski Sudah Memasuki Tahun Politik
info gambar utama

Belum lama ini Populix dan Good News From Indonesia merilis hasil survei optimisme generasi muda tahun 2023. Survei ini dilakukan terhadap 1.289 orang yang tersebar di seluruh Indonesia dengan proporsi 58 persen merupakan Gen Y (24-40 tahun) dan 42 persen adalah Gen Z (17-24 tahun). Ukuran optimisme pada survei ini diukur dengan skala angka 1-10. Angka 1-2 artinya sangat pesimis, 3-4 merupakan pesimis, 5-6 adalah netral, 7-8 menunjukkan optimis, dan 9-10 adalah sangat optimis.

Hasil dari survei menunjukkan bahwa tingkat optimisme Indonesia berada pada angka 7,77 yang artinya sudah masuk dalam kategori cukup optimis. Angka tersebut didapat dari lima dimensi penilaian yang meliputi kebutuhan dasar dengan skor 8,83, ekonomi dan kesehatan dengan skor 8,31, pendidikan dan kebudayaan dengan skor 8,55, kehidupan sosial dengan skor 7,87, terakhir politik dan hukum senilai 5,72. Dalam hasil tersebut dapat dilihat bahwa dimensi yang memiliki skor paling kecil yaitu politik dan hukum senilai 5.72.

"Saya, sebagai mantan penyelenggara pemilu sedih juga, kenapa berkurang tingkat optimisme anak-anak muda terhadap kinerja penyelenggara pemilu," ungkap Ilham Saputra, Komisioner KPU 2017-2022 dalam sesi diskusi hasil survei. Ungkapan yang diucapkan oleh mantan komisioner KPU ini bukanlah tanpa sebab.

Diungkapkan dalam survei dalam dua tahun terakhir, tingkat optimisme anak muda terhadap kondisi politik dan hukum terus menurun. Pada tahun 2021 tingkat optimisme berada pada angka 6,5, kemudian turun menjadi 5,2 pada tahun 2022 dan terakhir berada pada angka 5,72 untuk tahun 2023.

Tingkat optimisme anak muda terhadap politik dan hukum dinilai berdasarkan 3 aspek yaitu berkurangnya korupsi, pemerintahan yang bersih dan transparan, serta penegakan hukum yang adil. skor berturut turut tiga aspek tersebut adalah 5,43, 5,84, dan 5,88. Skor yang paling rendah yaitu pada aspek berkurangnya korupsi senilai 5,43. Apabila dilihat berdasarkan skala yang telah ditetapkan, angka tersebut termasuk ke dalam kategori netral.

Namun, apabila dilihat dari proporsi koresponden diketahui bahwa 35% orang merasa pesimis akan berkurangnya korupsi. Kemudian orang yang merasa optimis bahwa korupsi akan berkurang sekitar 38%. Adapun untuk 17% lainnya menyatakan netral. Apabila dilihat secara lebih dalam sudah jelas bahwa jumlah orang yang tidak optimis terhadap kondisi perpolitikan dan hukum di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan orang yang optimis.

Tahun ini, Populix dan GNFI juga melakukan survei terhadap aspek pemilu. Aspek ini diukur berdasarkan tujuh unsur yaitu optimisme terhadap pemilu berlangsung damai, pemilu berlangsung demokratis, memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu, pemilu berlangsung transparan, kinerja penyelenggara pemilu, pemilu legislatif dapat menjadikan indonesia lebih baik, dan pemilu pilpres dapat menjadikan indonesia lebih baik.

Dari tujuh aspek tersebut unsur yang memiliki nilai tertinggi adalah memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu dengar skor, 7,58. Adapun skor yang paling rendah ada pada aspek kinerja penyelenggara pemilu dengan skor 6,69.

Skor 6,69 pada aspek penyelenggaraan pemilu menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil orang yang merasa optimis dengan penyelenggara pemilu di indonesia. Menurut Ilham Saputra, angka tersebut dikarenakan adanya isu-isu penyelenggaraan partai dan berita bohong terkait kecurangan pada pemilu tahun 2019.

"Isu pemilu menjadi sangat panas dalam publik, seperti isu partai yang sebelumnya dianggap tidak memenuhi syarat, tetapi bisa ikut dalam pemilu 2024. Ada juga hoax hoax yang membahas adanya kecurangan pada tahun 2019," ujarnya.

Ilham juga menambahkan bahwa berita-berita hoax terkait pemilu itu dapat menyebabkan kepesimisan anak muda. Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah partisipasi anak muda dalam pemilu. Menurutnya sangat disayangkan apabila anak muda melakukan aksi golput dalam kegiatan pemilu kali ini. Karena hanya anak muda sekarang yang akan menentukan majunya Indonesia.

Agar tidak terjebak dalam kepesimisan, penting bagi anak muda untuk berpikir secara rasional dalam pemilu. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari track record dari calon pemimpin.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

UA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini