Kisah Pak Ahmad, Eks Guru Honorer yang Bangun Sekolah Gratis dari Jual Sapu Ijuk

Kisah Pak Ahmad, Eks Guru Honorer yang Bangun Sekolah Gratis dari Jual Sapu Ijuk
info gambar utama

Untuk dapat memajukan sektor pendidikan Indonesia, seseorang tidak harus menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Banyak masyarakat yang juga berkontribusi dalam pendidikan melalui berbagai program.

Misalnya, Cinta Laura mendirikan Yayasan Soekarseno Peduli Foundation. Yayasan tersebut telah mendirikan lebih dari 10 sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Atau Dian Sastro yang mendorong anak muda berbakat di Indonesia untuk tetap meraih mimpinya melalui beasiswa Yayasan Dian Sastrowardoyo.

Tekat untuk memberikan bantuan di bidang pendidikan Indonesia tidak hanya mampu dilakukan oleh para tokoh publik atau masyarakat kelas atas dengan segala kecukupan. Nyatanya, seorang mantan guru honorer yang juga bekerja sebagai penjual sapu ijuk mampu membangun sekolah di Kabupaten Cianjur.

Dedikasi Ahmad Jamaludin untuk memajukan pendidikan tidak main-main. Ia nekat menyisihkan uang hasil jualan sapu ijuk untuk membangun sekolah. Aksi Pak Ahmad kontan mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat Indonesia. Bahkan, Pak Ahmad disebut cocok menjadi menteri pendidikan.

Membangun Sekolah untuk Masa Depan Joki Cilik di Pacuan Kuda Sumbawa

Tekat Pak Ahmad Bangun Sekolah, Dari Guru Honorer hingga Jualan Sapu Ijuk

Perjalanan Pak Ahmad untuk mendirikan sekolah sangat berliku. Ia merupakan mantan guru honorer yang sudah mengabdi selama 10 tahun lamanya. Akan tetapi, tuntutan ekonomi yang semakin tinggi membuat Pak Ahmad akhirnya memutuskan berhenti menjadi guru.

Ia kemudian memilih mengadu nasib ke luar kota untuk mencoba perutungan lainnya. Di kota tersebut, Pak Ahmad menjadi kuli bangunan.

“Di perantauan itu saya itu bekerja sebagai kuli bangunan. Di sana saya itu berpikir bahwa saya harus pulang dan mengumpulkan uang,” ujar Pak Ahmad, Jumat (24/11).

Di tempat perantauan, Pak Ahmad mendapat inspirasi dari seorang penjual sapu ijuk. Dari penjual itulah, Pak Ahmad bertekat untuk menguasai keterampilan baru, yakni merangkai sapu ijuk agar bisa mendapat penghasilan tambahan.

Setelah memiliki cukup uang di perantauan sebagai kuli bangunan, pemulung besi, dan penjual sapu ijuk, Pak Ahmad akhirnya memutuskan untuk pulang dan membuat produk sapu ijuk sendiri yang bernama Dua Sahabat. Usaha sapu ijuk milik Pak Ahmad dapat berkembang cukup pesat. Menariknya, Pak Ahmad dapat membuat 100 buah sapu ijuk dalam sehari dengan mempekerjakan warga sekitar.

Dari hasil penjualan sapu ijuk yang yang dihargai sebesar Rp8 ribu rupiah tersebut, Pak Ahmad selalu menyisihkan Rp4 ribu rupiah. Dari uang Rp4 ribu itulah Pak Ahmad dapat membangun sekolah gratis bernama SMP IT Pancuh Tiluh di Kampung Karang Muda, Desa Jayagiri, Sindangbarang, Cianjur.

"Alhamdulillah dari sapu ini bisa membangun sekolah SMP IT Pancuh Tilu meskipun sangat sederhana sekali," ujarnya.

Bantu Anak Tidak Mampu, Farid Bangun Sekolah Dibayar Sayur dan Doa

SMP IT Pancuh Tiluh, Sederhana Tetapi Bermakna

Bangunan SMP IT Pancuh Tilu © Detikcom
info gambar

Niat Pak Ahmad untuk membangun sekolah meski hanya dari hasil jualan sapu ijuk berawal dari kondisi lapangan di Desa Jayagiri yang memprihatinkan. Para siswa di sana harus menempuh jarak lebih dari 3 kilometer untuk mencapai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan, akses jalan untuk mencapai sekolah cukup buruk dengan banyaknya jalanan yang rusak.

Bahkan, untuk mencapai kawasan penduduk Kampung Karang Muda, jarak tempuh dari jalan utama Sindangbarang membutuhkan waktu sekitar 1 jam menggunakan sepeda motor.

Jangan bayangkan SMP IT Pancuh Tiluh yang dibangun Pak Ahmad pada 2020, sebagaimana kondisi sekolah pada umumnya yang berdiri megah. Bangunan sekolah SMP tersebut dapat dibilang sederhana. Akan tetapi, sekolah ini lebih dari luar biasa.

Biaya sekolah di SMP IT Pancuh Tiluh cuma mengandalkan biaya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang hanya mampu membayar 12 orang guru dan menunjang sekolahnya. Sekolah ini tidak memungut biaya sama sekali kepada para siswa. Saking baiknya Pak Ahmad, ia bahkan menyediakan tempat tinggal untuk beberapa murid yang kurang mampu sekaligus membiayai kebutuhan sehari-hari murid tersebut.

Total murid di SMP IT Pancuh Tiluh saat ini mencapai 76 orang dan 10 di antaranya menginap di sekolah tersebut.

Cerita dari Sekolah Adat Arus Kualan, Melestarikan Budaya Dayak dan Memberdayakan Generasi

Siswa Diajarkan Skill Membuat Sapu Ijuk

Tidak hanya kemampuan akademik, Pak Ahmad juga turut memberikan skill kepada para siswanya. Pak Ahmad secara cuma-cuma memberikan pengetahuan tentang bagaimana membuat sapu ijuk kepada para siswanya. Bahkan, ia memberikan upah Rp1.000 rupiah per satu buah sapu ijuk yang diproduksi muridnya.

Dalam sehari, para murid menghabiskan waktu 1-2 jam untuk membuat sapu dan bisa mendapatkan upah sampai Rp20.000. Langkah ini dilakukan Pak Ahmad agar para siswa dapat membeli keperluan sekolah atau bahkan turut membantu perekonomian keluarga.

Kuda Pustaka Pak Asep, Bagikan Inspirasi Melalui Literasi

Referensi:

  • https://daaitv.co.id/DAAI-WP/inspiratif-guru-ini-bangun-sekolah-gratis-dari-hasil-berjualan-sapu-ijuk/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini