Awal Mula Pohon Natal Semarakkan Hari Natal Pada Masa Hindia Belanda

Awal Mula Pohon Natal Semarakkan Hari Natal Pada Masa Hindia Belanda
info gambar utama

Keberadaan pohon Natal seolah tak bisa dilepaskan dari perayaan Hari Natal bagi umat Kristiani. pohon Natal memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam sebuah perayaan Natal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Masyarakat Indonesia mengenal pohon Natal ketika Perayaan Hari Natal dari orang Eropa. pohon Natal mulai diperkenalkan di Jawa setelah organisasi zending memasuki pulau tersebut pada 1852.

Walau dalam laporan, Perayaan Natal oleh penginjil Belanda pada tahun tersebut belum secara eksplisit menyebut sebagai pohon Natal. Tetapi perayaan Natal yang diadakan oleh penginjil Jerman telah memperlihatkan penggunaan pohon Natal.

Ragam Cara Rayakan Natal di Indonesia

Misalnya perayaan Natal yang diselenggarakan oleh persaudaraan Kristiani yang dikirim dari Jerman oleh O.G. Heldring. Para penginjil tersebut merayakan Natal bersama murid-murid dari komunitas bumiputra dan Tionghoa di sekolah-sekolah Zending.

“Dalam perayaan tersebut, pohon Natal menjadi daya tarik utama, disertai dengan pembagian hadiah serta nyanyian lagu Jerman dan Melayu yang sering kali diiringi oleh kecapi,” papar Rifai Shodiq Fathoni dalam Menyaksikan Perayaan Natal di Hindia Belanda.

Pusat kegiatan Natal

Bagi para penginjil Jerman, pohon Natal adalah simbol dari kemuliaan Tuhan. Pohon Natal menjadi pusat kegiatan Natal, mulai dari pembagian hadiah hingga saat pembacaan cerita kepada anak-anak.

Kabar penggunaan pohon Natal mulai tersebar di kalangan penginjil. Secara bertahap, mereka mulai mengikuti tradisi ini. Misalnya pada tahun 1857, sebuah pohon Natal dipasang di rumah penginjil M. Teffer di Allang, Ambon.

Indahnya Toleransi Menjelang Natal di Solo

Kegiatan pembagian hadiah diselenggarakan di sekitar pohon Natal. Murid-murid dari sekolah Kristen dengan penuh antusias berkumpul untuk menerima hadiah. Anak-anak ini lebih fokus kepada pohon Natal

“Pada saat acara berlangsung, pidato pendeta tentang makna Natal nyaris tidak terdengar karena perhatian mereka sepenuhnya tercurahkan pada pohon Natal,” jelasnya.

Sarana Kristenisasi

Berkat upaya para pendeta Jerman, penggunaan pohon Natal perlahan menyebar ke seluruh Jawa. Tetapi kesulitan mendapatkan pohon pinus, masyarakat menggantinya dengan pohon cemara.

Pada waktu singkat, pohon cemara menjadi populer menjelang Natal. Popularitas ini terlihat dari banyaknya iklan pohon cemara dan hadiah Natal yang muncul di surat kabar Hindia Belanda pada bulan Desember.

Marbinda, Tradisi Perayaan Natal Khas Masyarakat Batak Toba

Pemandangan pohon Natal yang terang dan dihiasi kerap kali mengundang kekaguman penduduk bumiputra. Pemandangan yang mencolok dari pohon Natal juga berfungsi sebagai sarana Kristenisasi.

“Bagi penduduk bumiputra yang baru saja memeluk agama Kristen, perayaan Natal yang meriah dianggap sebagai pengganti perayaan keagamaan mereka yang sebelumnya. Pada saat yang sama, hal ini memperkuat persaudaraan antar kelompok di antara jemaat-jemaat yang masih terbilang kecil,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini