Kenali Neo Historia: Komunitas yang Jadi Patokan Info Sejarah Generasi Z

Kenali Neo Historia: Komunitas yang Jadi Patokan Info Sejarah Generasi Z
info gambar utama

Neo Historia menjadi kanal sejarah yang cukup populer di media sosial. Interaksi mereka di akun sosial media X atau dulu Twitter selalu menarik perhatian. Hal ini menarik karena konten mereka adalah sejarah.

Daniel Limantara, founder dari Neo Historia mengatakan motif awal berdirinya dari Neo Historia adalah ingin membuat sejarah lebih menyenangkan. Hal ini karena kekhawatirannya generasi muda tidak lagi menyukai sejarah.

Ketika Masyarakat Betawi "Ngamen" untuk Orang Tionghoa saat Perayaan Imlek

“Jadi Neo Historia itu berangkat dari kekhawatiran kepada anak muda yang meremehkan sejarah bahkan melupakan sejarah. Dengan harapan adanya Neo Historia ini akan membuat sejarah jadi lebih menyenangkan agar generasi muda lebih semangat mempelajari sejarah,” ucapnya.

Berdiri sejak 2019 lalu, dirinya bersama rekan-rekannya konsisten membuat konten sejarah untuk masyarakat. Hal ini dikemas dengan narasi-narasi yang relevan dan kreatif sehingga bisa dinikmati oleh segala kalangan.

Berbagai konten yang Neo Historia buat, lanjutnya diharapkan bisa mencegah hal-hal buruk di masa lalu terjadi. Sehingga generasi masa depan tak mengulang masa lalu buruk yang dialami generasi sebelumnya.

“Tentu kita perlu belajar dari sejarah. Seperti yang dikatakan pepatah, pengalaman adalah guru yang baik tapi guru yang lebih baik lagi adalah belajar dari pengalaman orang lain. Belajar dari pengalaman orang lain itu belajar sejarah,” paparnya.

Banyak ancaman

Komunitas yang berdiri di Medan ini memulai perjalanannya dari akun sosial media Facebook. Ternyata banyak respon positif yang didapatkan. Setelah itu Daniel mengembangkan akunnya ke Instagram dan X.

Tetapi tetap saja banyak tantangan yang dihadapi, salah satunya di Facebook. Akun Neo Historia pernah pernah mendapatkan laporan dari Facebook karena membuat konten tentang pemimpin NAZI, Adolf Hitler.

“Standar komunitas Facebook itu yang menjadi tantangannya. seperti anti ujaran kebencian dan anti hal2 yang berbau konten negatif. Membahas Hitler kita dianggap menyebarkan ujaran kebencian. Kita hanya menampilkan ilustrasi,” paparnya.

Kisah Hidup Keluarga Bartels, Penemu Elang Jawa dari Sukabumi

“Tapi dianggap melanggar komunitas. Tidak boleh terlalu banyak membuat konten Hitler,” lanjutnya.

Selain itu, Daniel dan kawan-kawan harus menghadapi respon negatif dari netizen. Bahkan akun Facebook mereka sempat hilang. Tetapi tantangan terberat adalah saat mereka diancam pada tahun 2021.

Ketika itu, mereka harus menghilang sementara karena ancaman yang dihadapi. Pasalnya ancaman yang dilakukan oleh salah satu ormas itu sudah ancaman fisik. Sehingga mereka perlu rehat sejenak.


“Ancaman itu sering kami dapatkan tapi paling berat itu,” jelasnya.

Tetap berjuang

Tetapi kini, Neo Historia tetap mengembangkan konten-konten mereka. Sambutan positif di sosial media jadi pelecut bahwa anak-anak muda masih berminat kepada sejarah. Bahkan mereka sekarang menjadi patokan dalam mencari informasi sejarah.

Karena itu, saat ini di kantor mereka yang asri di daerah Depok, Neo Historia telah mengembangkan berbagai konten. Tidak hanya konten sosial media, tetapi penerbitan buku yang sudah mencapai puluhan.

Sejarah Paskibra, Cikal-bakalnya Ada di Peringatan HUT RI yang Pertama

Saat ini mereka juga mengembangkan komunitas Neo Historia di berbagai daerah. Hal ini untuk mewadahi anak-anak muda yang mencintai sejarah. Berbagai event juga mereka laksanakan di wilayah Jakarta.

Dikatakan oleh Daniel, saat ini sudah ada ratusan orang yang tergabung dalam komunitas Neo Historia. Dirinya berharap komunitasnya bisa berkembang sehingga terus menginspirasi agar anak-anak muda mencintai sejarah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini