Asal-usul Buzzer, Sejak Kapan Mereka Hadir di Internet?

Asal-usul Buzzer, Sejak Kapan Mereka Hadir di Internet?
info gambar utama

Buzzer. Kata tersebut tak asing bagi pengguna internet dewasa ini. Lantas, apa itu buzzer dan dari mana asal-usulnya?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buzzer atau yang padanan katanya dalam Bahasa Indonesia adalah "pendengung" didefinisikan sebagai "Orang yang menyebarkan rumor atau gosip (terutama melalui media sosial) untuk menjadi perhatian banyak orang supaya hal tersebut menjadi perbincangan banyak orang."

Saat ini, sebutan buzzer lekat dengan citra negatif dan biasanya terlontar dalam perdebatan yang terjadi di internet, utamanya yang menyangkut isu politik. Bahkan aksi saling tuding sebagai buzzer adalah hal yang jamak ditemukan.

Asal-usul buzzer dapat dirunut hingga ke tahun 2009 silam. Awalnya, buzzer dimanfaatkan sebagai alat pemasaran. Menurut Shiddiq Sugiono dalam tulisannya yang dipublikasikan Jurnal Communicatus, buzzer digunakan dalam teknik pemasaran barang atau jasa bernama buzzmarketing yang mengandalkan pergerakan informasi dari mulut ke mulut. Lalu ketika teknologi media sosial berkembang, istilah buzzer jadi populer.

Tren buzzer di Indonesia mulai hadir pada 2009. Seiring berjalannya waktu, terjadilah pergeseran objek dari promosi buzzer dari yang awalnya memasarkan produk komersil dari suatu perusahaan menjadi tokoh publik yang mengincar jabatan di pemerintahan. Dengan kata lain, kepentingan di balik segala aksi buzzer di internet telah berubah, dari bisnis menjadi politik.

Bye-bye Lemot! Kecepatan Internet RI Bakal Diatur Minimal 100 Mbps

Ketika Buzzer Merambah Dunia Politik

Mirta Amalia, Klara Esti, dan Mohammad Rinaldi Camil dalam The Industry of Political Buzzing in Indonesia and Its Impact on Social Media Governance: Examining Viral Tweets mencatat bahwa buzzer politik untuk pertama kalinya muncul secara masif di Indonesia pada 2012, tepatnya saat momen Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Saat itu, buzzer direkrut oleh pihak yang berkontestasi dalam pilgub agar sosok calon gubernur dan program yang mereka usung bisa dikenal publik. Para buzzer tersebut dibayar untuk mengunggah kabar-kabar yang berkaitan dengan cagub mereka. Dalam debat, buzzer juga dilibatkan untuk mencoreng citra kubu lawan.

Kini dengan media sosial yang semakin canggih, jasa buzzer dibutuhkan oleh partai politik atau politisi yang membutuhkan popularitas. Oleh karena itu, ada fenomena menarik bahwa buzzer yang awalnya digunakan untuk kepentingan bisnis, kini malah menjadi bisnis itu sendiri.

Kini, buzzer dikelola secara profesional layaknya bisnis pada umumnya. Lebih lanjut lagi, Amalia, Esti, dan Camil juga mengungkap jika buzzer memiliki agensi yang bertugas dari mulai merekrut hingga mempertemukan para buzzer dengan parpol atau politisi yang membutuhkan jasa mereka. Tak sampai di situ, agensi turut berperan dalam mengatur strategi hingga pembuatan konten untuk disebar oleh buzzer.

Meningkatkan Hasil Pertanian dengan Internet of Things (IoT)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini