Pemilu 2024 di Tengah Bulan Sakral Masyarakat Baduy

Pemilu 2024 di Tengah Bulan Sakral Masyarakat Baduy
info gambar utama

Keriuhan Pemilu Presiden dan Legistlatif 2024 dari masa kampanye, hari pencoblosan, hingga penghitungan suara yang terjadi di seantero Indonesia terasa berbeda dengan ketenangan yang hadir di masa pemilu di tanah adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Ketenangan tersebut selain dikarenakan pemilu bertepatan dengan bulan sakral kawalu, juga dibentuk oleh prinsip komunitas Baduy terhadap perpolitikan negeri.

Kawalu adalah tradisi bagi masyarakat Baduy Dalam untuk mengucapkan syukur terhadap hasil pertanian. Pada masa kawalu, masyarakat akan berpuasa sehari dalam sebulan sebagai bentuk pembersihan diri dari hawa nafsu dan melakukan tradisi berburu hewan seperti kancil dan tupai.

Di tahun 2024, kawalu dimulai tepat sehari sebelum hari pemungutan suara, yakni pada 13 Februari—13 Mei 2024. Dengan demikian, selama masa tersebut, wilayah Baduy Dalam yang terdiri dari Kampung Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik tertutup bagi pengunjung.

Serba-serbi Keunikan Suku Baduy: Mempertahankan Local Wisdom di tengah Era Globalisasi

Baduy Dalam atau disebut 'urang Kanekes' sendiri adalah kelompok Baduy yang lebih ketat dalam menjalankan tradisi dibandingkan Baduy Luar yang tinggal di kawasan terpisah. Salah satu perbedaan mencolok dalam penampilan kedua kelompok dilihat dari pakaian putih yang khusus dikenakan oleh Baduy Dalam.

Komunitas Baduy, baik Dalam maupun Luar, sebagai warga Indonesia memiliki hak pilih dan dapat mencoblos di TPS yang tersedia di wilayah Baduy Luar. Adapun masyarakat Baduy pertama kali mengikuti pemilu pada tahun 1997, meskipun pada waktu itu baru diikuti oleh sebagian kecil warga yang menjadi perwakilan.

Uniknya, mereka menolak memilih dalam Pemilu 1999, sebab bertahan dengan ketentuan pemilu setiap lima tahun sekali. Padahal, pemilihan terjadi karena kasus khusus, yaitu pengunduran diri presiden Soeharto.

Namun, karena tahun 2024 bertepatan dengan kawalu, seperti Pemilu tahun 2009, masyarakat Badui Dalam lebih memprioritaskan tradisi dengan berjaga di dalam kawasan Baduy Dalam dan menitipkan aspirasi hak pilih pada saudara mereka di Baduy Luar.

Selain itu, faktor ketidakikutsertaan dalam memilih juga dibentuk oleh tingginya angka buta huruf dalam masyarakat Baduy Dalam seiring tradisi untuk tidak mengikuti pendidikan formal. Hal tersebut membuat kesulitan dalam pengisian formulir maupun saat pemungutan suara yang dibutuhkan dalam pemilu.

Melepas Belenggu Aturan Adat: Kisah Sukses Narman Mengangkat Perekonomian Masyarakat Baduy

Orang Baduy sendiri memiliki prinsip lunang yang berarti 'legawa' dalam memandang pergantian kekuasaan di pemerintahan melalui pemilu dan milu kaneu menang atau 'ikut yang menang'. Prinsip tersebut dijaga untuk mencegah perpecahan dalam masyarakat melalui polarisasi pilihan politik dan membuat warga Baduy tidak secara langsung ikut serta dalam kancah perpolitikan negeri.

Kampanye terbuka pun dilarang dilakukan di wilayah Baduy sehingga desa bersih dari baliho dan atribut kampanye yang selalu hadir wilayah lain Indonesia dan kerap menjadi polusi visual.

Meskipun dapat dilihat sebagai komunitas yang mandiri secara politik, masyarakat Baduy menyadari eksistensi pemerintah dan kehidupan bernegara dengan mengikuti pemilu dan menjalankan tradisi Seba Baduy.

Tradisi Seba: Ungkapan Syukur dan Terima Kasih Suku Baduy

Dalam tradisi tahunan yang dilakukan setelah kawalu ini, perwakilan masyarakat Baduy Dalam dan Luar yang terdiri dari kaum laki-laki berkunjung ke kantor Bupati Lebak di Rangkasbitung dan dilanjutkan keesokan harinya ke kantor Gubernur Banten di Serang.

Selain menyampaikan aspirasi, masyarakat Baduy turut membawakan hasil bumi seperti pisang dan madu. Masyarakat Baduy Dalam bahkan melakukan seluruh perjalanan yang mencapai 160 kilometer (Antara, 2022) dengan berjalan tanpa alas kaki sesuai dengan tradisi yang mereka anut.

Referensi:

  • Antara. (2022, May 7). Tradisi Seba, Suku Badui Dalam Jalan Kaki Ratusan kilometer temui gub banten. Tempo. https://metro.tempo.co/read/1589282/tradisi-seba-suku-badui-dalam-jalan-kaki-ratusan-kilometer-temui-gub-banten
  • Erwinantu. (2012). Baduy, Pemerintah, Negara.Saba Baduy Sebuah Perjalanan Wisata Budaya Inspiratif (hal. 96–102). Gramedia Pustaka Utama.
  • Sinaga, T. M. (2024, Februari 15). Hening Baduy Dalam di Tengah Riuh Pemilu. Kompas, hal. 11.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini