Jakarta Kota Global, Masa Depan Cerdas Berawal dari Pendidikan Berkualitas

Jakarta Kota Global, Masa Depan Cerdas Berawal dari Pendidikan Berkualitas
info gambar utama

Berada di persimpangan antara masa lalu dan masa depan yang ambisius, bukanlah perjalanan mudah, terutama bagi Jakarta. Sebagai jantung politik, ekonomi, dan budaya Indonesia, Jakarta perlu mengukir identitasnya sebagai kota global setelah terlepas dari status ibu kota. Namun, dalam perjalanannya tentu dihadapkan pada tantangan kompleks dan beragam.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Jakarta adalah manajemen urban yang efektif. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, penduduk DKI Jakarta sudah mencapai lebih dari 10 juta jiwa sampai dengan tahun 2022. Sehingga, Jakarta perlu menyediakan infrastruktur dan layanan yang memadai untuk mencakup sejumlah populasi.

Kemacetan lalu lintas yang semakin mengkhawatirkan, mengakibatkan kerugian ekonomi terus bertambah besar setiap tahunnya. Selain itu, Perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut juga menimbulkan ancaman bagi Jakarta, yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Banjir yang terjadi pun tidak hanya merusak infrastruktur dan pemukiman, tetapi juga mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat dan aktivitas ekonomi.

Menjadi kota global adalah sebuah transformasi yang akan mendatangkan banyak peluang sekaligus tantangan di waktu bersamaan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Di era globalisasi, pendidikan menjadi tulang punggung kemajuan suatu kota. Artinya, Jakarta perlu memperkuat sistem pendidikan untuk memenuhi standar global.

Kolaborasi internasional, pertukaran pelajar, dan integrasi kurikulum internasional menjadi sebuah solusi. Namun, tantangan dalam mengadopsi model pendidikan skala global perlu melibatkan penyesuaian kurikulum, pelatihan guru, dan penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai.

Menurut databoks.jatadata.id, DKI Jakarta memiliki total 8.067 unit sekolah. Rinciannya meliputi 1.873 TK (95,78% swasta), 991 RA, 2.239 SD (58,41% negeri), 474 MI (93,35% swasta), 1.078 SMP (72,82% swasta), 252 MTs (83,33% swasta), 492 SMA (76,21% swasta), 572 SMK (87,23% swasta), dan 96 MA (77,08% swasta).

Dari data tersebut, terlihat adanya selisih jumlah sekolah pada setiap jenjang pendidikan. Di mana pada setiap levelnya, terdapat jumlah yang semakin berkurang. Ini artinya, ada kemungkinan siswa yang terhenti jenjang sekolahnya.

5 Rekomendasi Tempat Wisata Bersejarah untuk Rayakan Imlek 2024 di Jakarta

Apakah dalam hal ini sekolah di Jakarta sudah memadai untuk menampung seluruh siswa jika dikaitkan dengan jumlah penduduknya yang cukup besar dan pertumbuhan terus menerus? Selisih data ini menunjukkan tantangan signifikan dalam menyediakan akses pendidikan yang merata dan berkualitas untuk semua warga DKI Jakarta.

Di balik fasad modernitas, banyak sekolah di Jakarta masih berjuang menuju pendidikan global yang berdaya saing. Meskipun Jakarta memiliki banyak sekolah, tetapi distribusi dan aksesibilitasnya masih menjadi masalah.

Banyak sekolah di Jakarta masih memiliki masalah dengan infrastruktur yang kurang memadai. Ini bukan hanya tentang bangunan yang tua, tapi juga tentang fasilitas tidak lengkap, yang membuat siswa kesulitan untuk belajar secara efektif, termasuk kelas yang penuh sesak, dan kurangnya ruang terbuka untuk kegiatan siswa.

Hal tersebut menjadi penting untuk diperhatikan oleh pemerintah DKI Jakarta demi memastikan setiap anak memiliki akses ke lingkungan belajar yang kondusif.

Program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) merupakan dua inisiatif penting yang telah memberikan kontribusi dalam mengembangkan akses pendidikan di Jakarta. Melalui program ini, pemerintah daerah telah menunjukkan komitmennya dalam memastikan setiap pelajar di Jakarta memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas

KJP, ditujukan untuk pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, memberikan bantuan finansial yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pendidikan, seperti pembelian buku, seragam sekolah, dan kebutuhan belajar lainnya. Ini membantu meringankan beban ekonomi keluarga kurang mampu dan memastikan bahwa anak-anak mereka tetap bisa bersekolah.

Sementara itu, KJMU membuka pintu bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Dengan adanya dukungan finansial dari program ini, mahasiswa dapat fokus pada studi mereka tanpa harus khawatir tentang biaya pendidikan dan kebutuhan hidup selama masa studi.

Meskipun program tersebut memberikan dampak positif, akses yang diberikan masih jauh dari realisasi yang diharapkan. Masih banyak pelajar di Jakarta yang membutuhkan bantuan namun belum terjangkau oleh program ini, baik karena prosedur pendaftaran yang kompleks, atau alokasi dana yang masih belum mencukupi.

Oleh karena itu, perlu upaya berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas program. Hal ini bisa dilakukan melalui peningkatan alokasi anggaran dan penyederhanaan proses pendaftaran. Selain itu, penting untuk melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan benar-benar mencapai target yang membutuhkan.

Salah satu kunci keberhasilan Jakarta sebagai kota global terletak pada realisasi visi pendidikan yang inklusif dan inovatif. Investasi dalam peningkatan aksesibilitas pendidikan, dan pengembangan keterampilan menjadi langkah strategis.

Dalam hal ini, tentunya akan melibatkan beberapa aspek, seperti pengenalan kurikulum internasional di sekolah, kerja sama dengan universitas terkemuka di dunia, serta pertukaran pelajar dan pengajar. Program-program seperti ini tidak hanya meningkatkan standar pendidikan di Jakarta, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk bersaing dan berkolaborasi di tingkat global.

Sudah Ada Sejak Zaman VOC, Ini Jembatan Tertua yang Ada di Jakarta

Dengan adanya kerja sama dengan lembaga pendidikan internasional, dapat memberikan peluang bagi siswa Jakarta untuk mendapatkan eksposur internasional serta keterampilan yang relevan dengan kebutuhan global, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja dan berkompetisi skala internasional.

Namun, apakah dalam perjalanannya Jakarta mampu merealisasikan hal tersebut di tengah “struggle” permasalahan lainnya? Jika kita melihat kondisi Jakarta saat ini, tentunya masih jauh dari kemungkinan untuk menjadi kota global.

Berdasarkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) DKI Jakarta, beberapa indikator masih memiliki “gap”. Misalnya, indikator seperti human capital memiliki syarat kota global harus memiliki universitas bertaraf internasional yang berdasarkan pada pemeringkatan seribu universitas terbaik di dunia.

Selain itu, lulusan perguruan tinggi harus mencapai 50 persen dari jumlah populasi kota. Realitanya jumlah yang sudah ada dan calon lulusan diploma dan sarjana di kota ini baru mencapai 14,9 persen dari total populasi.

Hingga tahun 2022, terdapat sebanyak 289 perguruan tinggi di wilayah DKI Jakarta. Terbagi atas 4 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), 272 Perguruan Tinggi Swasta (PTS), serta 13 Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK). Berdasarkan data Kemendikbudristek, ada 11 perguruan tinggi di Jakarta yang telah terakreditasi A.

Sebanyak 63 perguruan tinggi terakreditasi B dan 48 perguruan tinggi terakreditasi C. Sedangkan untuk masuk dalam kriteria kota global, universitas di Jakarta saat ini, hanya Universitas Indonesia (UI) yang berada di peringkat 1.001—1.200 dalam pemeringkatan global.

Perjalanan Jakarta menuju status sebagai kota global bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, untuk bekerja bersama dalam merumuskan dan menerapkan solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Dengan semangat gotong royong dan konsistensi perubahan, Jakarta dapat mengatasi tantangan dan merealisasikan potensinya sebagai kota yang berdaya saing global.

Jakarta Sabet Penghargaan MICE dalam Ajang ASEAN Tourism Awards 2024

Sumber:

  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/14/ppdb-2023-rampung-berapa-jumlah-sekolah-di-dki-jakarta

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini