Sudah Ada Sejak Zaman VOC, Ini Jembatan Tertua yang Ada di Jakarta

Sudah Ada Sejak Zaman VOC, Ini Jembatan Tertua yang Ada di Jakarta
info gambar utama

Di Kota Intan, kawasan Kota Tua, Jakarta Barat terdapat sebuah jembatan tertua yang ada di Indonesia. Pasalnya Jembatan Kota Intan dibangun oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1628.

Jembatan ini memiliki panjang sekitar 30 meter dan lebar 4,43 meter. Jembatan Kota Intan ini merupakan satu-satunya jembatan jungkit yang masih bertahan di Indonesia. Selama berabad-abad jembatan ini telah mengalami beberapa penggantian nama.

Ketika Masyarakat Betawi "Ngamen" untuk Orang Tionghoa saat Perayaan Imlek

Jembatan ini awalnya diberi nama Engelse Burg (Jembatan Inggris), Hoenderpasarburg (Jembatan Pasar Ayam), Het Middelpunt Burg (Jembatan Pusat), hingga menjadi Jembatan Ratu Juliana.

Setelah masa kemerdekaan Indonesia, namanya menjadi Jembatan Kota Intan, sesuai dengan lokasinya yang berada di ujung Kastil Batavia Bastiin Diamont (Intan). Meski namanya sering berganti, namun bentuk dan gaya arsitekturnya tidak berubah.

Sejarah Jembatan Kota Intan

Dimuat dari laman resmi Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jembatan ini terletak di bagian utara yang menghubungkan Jalan Nelayan dan Jalan Kalibesar.

Jembatan jungkit ini terdiri dari dua bagian yang sama, terletak di seberang sungai yang saling berhadapan, lantai jembatan yang terbuat dari kayu dan dihubungkan dengan beberapa kabel besi.

Jembatan ini juga pernah disebut Jembatan Inggris pada tahun 1628, karena adanya kubu pasukan Inggris di sebelah timur jembatan. Pada tahun 1628-1629, jembatan ini mengalami kerusakan akibat penyerangan pasukan Banten dan Mataram.

Bangun Panti Jompo: Cara Kompeni Supaya Lansia tak Hidup Sebatang Kara di Hindia Belanda

Jembatan ini kemudian dibangun kembali oleh VOC Belanda pada tahun 1930 diberi nama Jembatan Pasar Ayam atau Hoenderpasarburg, karena adanya pasar ayam yang ada di sebelah jembatan.

Pada tahun 1655, jembatan ini diperbaiki dengan batu, setelah jembatan kayu lama hancur akibat banjir. Jembatan ini kemudian diganti namanya menjadi Jembatan Pusat atau Het Middelpunt Burg.

Pada masa kejayaan Ratu Juliana, jembatan ini juga dinamakan dengan namanya. Hal ini karena peran dari ratu yang telah memperbaiki jembatan tersebut. Setelah masa kemerdekaan, jembatan ini dinamakan Jembatan Kota Intan.

Dilestarikan

Agar jembatan ini tetap lestari, pada 7 September 1972, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menetapkan Jembatan Kota Intan sebagai benda cagar budaya. Pada tahun 2000, jembatan ini mengalami pemugaran oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kini Jembatan Kota Intan dilengkapi dengan instalasi lampu. Pada malam hari, jembatan ini terlihat lebih elok dengan adanya deretan lampu tersebut. Hal yang menarik dari Jembatan Kota Intan adalah No 21 yang terpatri pada salah satu tembok.

Mengenang Sumur Timba, Tradisi Cari Air dari Warga Desa yang Tertelan Zaman

Pada tahun 2000, jembatan ini kemudian dipugar oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Saat ini, Jembatan Kota Intan menjadi salah satu objek wisata sejarah yang kerap dikunjungi oleh wisatawan.

Selain nilai sejarahnya yang tinggi, Jembatan Kota Intan memiliki keunikan dalam arsitekturnya yang memikat. Bagi yang ingin mengunjungi Jembatan Kota Intan tidak ada biaya tiket yang harus dibayar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini