Diplomasi Makan Siang Jokowi, Sebuah Kesempatan Belajar Tanpa Henti

Diplomasi Makan Siang Jokowi, Sebuah Kesempatan Belajar Tanpa Henti
info gambar utama

Ketika itu, di sela-sela agenda yang padat pada bulan April 2014, saya "diajak" Joko Widodo untuk bersama menikmati hidangan makan siang. Persisnya di salah satu warung sate maranggi di bilangan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

"Sini lho, kamu duduk sini (sambil menunjuk tempat duduk lesehan di pojokan), makan siang, ayo!" ujar beliau kepada saya, di sela-sela agenda kunjungan kerjanya pada masa itu. Ir. Joko Widodo kala itu masih menyandang predikat sebagai calon Presiden Republik Indonesia periode 2014 - 2019.

Ia disaksikan beberapa jurnalis media televisi, cetak, maupun online yang memang diplot tugas dari kantor untuk "menempel" Jokowi. Jokowi ketika itu Gubernur Provinsi DKI Jakarta sekaligus sebagai Capres RI yang sudah ditetapkan PDI Perjuangan dalam kontestasi Pilpres Periode Tahun 2014 - 2019.

Sontak saya memesan sate maranggi, nasi putih, dan es kelapa muda. Jokowi yang duduk persis di samping saya, sudah lebih dahulu menyantap menu yang sama. Maklum, hari itu agenda cukup padat. Mulai dari agenda pagi, groundbreaking RSUD Pasar Minggu, lalu kunjungan ke salah satu pondok pesantren di bilangan Fatmawati Jakarta Selatan.

Pengalaman Memeriahkan Tayuh Sebatin Dalam Rangka Melestarikan Adat Budaya Lampung

Selesai acara di Fatmawati, tiba-tiba mobil dinas hitam Toyota Land Cruiser yang dinaiki eks Walikota Surakarta tersebut sekonyong-konyong menuju arah tol Jakarta Outer Ring Road (JORR), Ramp Fatmawati. Kemudian, mobil melaju menuju arah Gerbang Tol (GT) Purbaleunyi dan keluar pada ramp Purwakarta - Subang.

"Pepet terus bro, tempel," ujar saya ketika itu di dalam mobil dinas Trans TV yang kami tumpangi kepada supir yang membawa tim kami di perjalanan.

Nah, setibanya di warung sate di bilangan Subang tersebut, Jokowi langsung memilih duduk di tikar lesehan di pojokan.

"Wan, kamu ambil itu buah di mobil. Kasihkan teman-teman (jurnalis)," pinta Jokowi seraya menunjuk sang ajudan pengawal pribadinya yang bernama Irwan Suwancoko.

Irwan pun sontak langsung bergegas ke arah mobil SUV Land Cruiser Hitam. Sang ajudan kemudian membagikan buah anggur merah, kelengkeng, dan pisang kepada rekan-rekan jurnalis.

Bekerja dengan Lingkungan yang Dikenal dengan Baik

10 tahun berselang, tepatnya di pertengahan bulan Februari 2024 ini, saya masih berkomunikasi baik dengan pesan teks via WhatsApp dengan Irwan. Ohiya, sebelumnya pada awal Bulan Februari, beliau yang asli Sragen ini melakukan panggilan videocall kepada saya pada suatu siang di akhir pekan beberapa waktu lalu.

Ketika itu, Irwan sedang mendampingi agenda RI-1 yang tidak lain dan tidak bukan adalah agenda Presiden di Bandung, Jawa Barat.

Pada panggilan video kali ini, saya juga bergurau dengan Agung, salah seorang tim staf pribadi Pak Presiden. Tidak heran, karena Irwan Suwancoko dan Agung Indriyana sedang bertugas bersama. Agung ini asli Purwodadi. Dia adalah tim staf pengawal pribadi Jokowi yang saya sudah kenal sejak tahun 2014.

Dari sini saja, saya sudah dapat sekelumit pelajaran berharga. Jokowi suka bekerja sama dengan tim yang sudah lama kenal beliau atau sebaliknya beliau kenal dengan baik. Bedanya, Irwan masih melekat mengikuti agenda Presiden Jokowi. Sedangkan saya harus berdinas jauh di Sulawesi Selatan, bersama istri dan anak saya tentunya.

Ya, saya salah satunya jurnalis yang terbiasa mendampingi kesibukan kerja Jokowi ketika itu. Waktu itu saya ditugaskan kantor tempat saya bekerja, yaitu PT Televisi Transformasi Indonesia alias Trans TV, di-plot mengikuti Jokowi sejak akhir tahun 2012 hingga akhir tahun 2014.

Pengalaman Menjadi Driver Ojek Online, Ajarkan Nilai Kehidupan

Dok. Pribadi, Januari 2014

Pengalaman berharga dan mahal yang harus saya apresiasi ketika itu, pikir saya. Rutinitas saya ketika periode mendampingi Jokowi cukup seru dan bervariasi.

Dari kantor, saya ditugaskan mulai dari pukul 05.00 WIB untuk sudah harus tiba di kantor. Tim ini dijuluki tim subuh sebagai jurnalis atau News Reporter Trans TV. Kami akan mengikuti agenda dan kunker harian Jokowi di Ibukota hingga ketika sore tiba. Namun, itu tentative sifatnya. Sebabnya, Jokowi punya sejumlah agenda mendadak di luar agenda resmi beliau. Intinya, para jurnalis harus siap tempur di luar jam kerja.

Lalu bagaimana jika ada agenda Jokowi pada sore atau malam hari? Ada tim peliputan aplusan kantor, yakni tim siang yang bertugas mulai pukul 14.00 WIB - 21.00 WIB.

Dok.Pribadi Maret 2014

"Jangan sampai ada yang lepas agenda Pak Jokowi ya bro," ujar Andre Priyanto, salah satu Korlip (Koordinator Liputan) Produser News Trans TV. "Siap, bang", jawab saya singkat, kala itu.

Jangan Pernah Lelah Mengejar Cita-Cita

Sepenglihatan saya, Jokowi punya stamina dan energi melimpah. Di kantor, di jalan, di lapangan, aktivitas rapat, terbang ke sana kemari lintas provinsi, tanpa terlihat letih.

Bahkan, awal Mei 2014, pada suatu siang di daerah Jogjakarta, di sela-sela agenda kunker beliau, saya sempat bertanya langsung perihal staminanya yang kuat. "Bapak itu kelihatannya nggak pernah capek ya?", tanya saya spontan.

Beliau kemudian menjawab, "Enggak, paling saya minum jamu, sama bawa ini," sebutnya sembari menunjuk sebotol kecil minyak angin aromatheraphy. Sesekali, terlihat beliau mengusapkannya ke beberapa area di tubuhnya.

Kala itu, tanggal 3-5 Mei 2014, agenda kunker beliau adalah sebagai Capres. Saya ikut dan meliput agenda beliau ke sejumlah wilayah di Indonesia. Kali ini kami kunker ke Jogjakarta, Sleman, Surabaya, Jombang, Semarang, Demak, dan Rembang. Kami menggunakan moda transportasi pesawat udara, dikombinasikan dengan jalur darat yang tentunya membutuhkan stamina dan mobilitas tinggi.

Banyak Manfaat yang Didapat, Pengalaman Magang Bersertifikat MBKM di PT PLN (Persero)

Kawan GNFI, pelajaran berikutnya saya bisa petik lagi kali ini, yaitu jangan pernah lelah. Biarpun harus pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu provinsi ke provinsi lain. Semua bisa kita jalani dengan dinamis.

Satu pelajaran terakhir yang bisa saya petik dari pengalaman ketika mendampingi Jokowi, bahwa kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Ketika saya sering ikut Jokowi sejak 10 hingga 12 tahun lalu, saya masih berprofesi sebagai jurnalis. Tak pernah terbayangkan dalam benak bahwa saya kemudian akan beralih profesi menjadi abdi negara pada tahun 2019, sesuai dengan impian saya. Saya lulus seleksi nasional CPNS 2018 yang digagas Kementerian PAN-RB bersama instansi pusat dan daerah.

Jadi, siapapun kita, di manapun, apapun profesi kita saat ini, tetaplah optimis. Tetap bermimpi dan pancangkan harapan setinggi langit. Karena masa depan hanya milik Tuhan serta milik mereka yang mau berusaha dan bekerja keras tanpa batas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini