Pengalaman Memeriahkan Tayuh Sebatin Dalam Rangka Melestarikan Adat Budaya Lampung

Pengalaman Memeriahkan Tayuh Sebatin Dalam Rangka Melestarikan Adat Budaya Lampung
info gambar utama
  • Pengalaman Memeriahkan Tayuh Sebatin Dalam Rangka Melestarikan Adat Budaya Lampung

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Budaya merupakan warisan tuyuk gakhinung ( nenek moyang ) yang tidak ternilai harganya, yang dalam pelestariannya membutuhkan rasa memiliki dan rasa peduli yang cukup besar dari banyak pihak dimulai dari pemerintah, tokoh adat dan masyarakat pada umumnya.

Perkenalkan nama saya Deni Palany umur 20 tahun saya berasal dari Pekon ( desa ) Waykerap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Di usia yang bisa dibilang masih muda ini saya telah banyak sekali mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dibidang sosial budaya.

Saya mendapat pengetahuan ini dari rasa keingintahuan saya tentang adat budaya suku saya sendiri yaitu suku Lampung ( pesisir ). Saya telah banyak mempelajari dan mengikuti prosesi adat Lampung seperti Piccak khakot ( pincak silat ), daduwayan, ngebarau, ngekhajang kumbang, sambayan ( putar selendang ).

Bagi suku Lampung mempelajari piccak khakot merupakan suatu kewajiban karena disamping untuk melestarikan budaya, mempelajari piccak khakot ini bisa jadi alat bela diri seandainya sewaktu - waktu dibutuhkan.

Saya juga sering mengikuti acara ngekhajang kumbang. Acara ngekhajang kumbang adalah acara mengiris daun jeruk, daun pandan, tamippuk ( sejenis bunga talas ), kenakkak kelapa ( dahan kelapa yang dibentuk sedemikian rupa yang digunakan alat untuk mengiris) yang kemudian di bungkus seperti bungkus pepes dengan daun pisang. Nah bagi kebanyakan orang Lampung kepribadian seorang mekhanay atau bujang dilihat dari cara dia membungkus khajangan kumbang tersebut. Acara ini digunakan sebagai ajang silaturahmi bujang ke gadis. Hasil rajangan ini kemudian diberi minyak khusus yang akan digunakan sebagai minyak rambut pada acara daduwayan.

Kenakkak kelapa

Tamippuk ( isi sejenis bunga talas )

Acara ngekhajang kumbang

Lanjut acara besok paginya adalah daduwayan dan ngebarau, yang dimana acara ini hanya diadakan bila ada pernikahan dari anak sebatin atau jakhu suku /tokoh adat. Daduwayan dan ngebarau merupakan suatu acara yang saling bersinggungan. Artinya jika ada ngebarau sudah pasti ada daduwayan dan sebaliknya.

Ngebarau merupakan acara berbalas pantun antar lawan jenis dalam tayuh sai batin ( pernikahan tokoh adat ) yang ketika gadis tersebut mulai ngebarau ( pantun ) maka wajah gadis tersebut harus ditutupi kain atau tidak terlihat oleh si bujang. Tapi hal tersebut tidak berlaku untuk si bujang. Acara ini berlangsung dihadapan pengantin wanita yang ditemani selekh. Selekh merupakan anak keturunan atau kerabat dan atau kebot (anak buah tokoh adat) yang didandan lengkap dengan baju adat layaknya pengantin.

Setelah acara ngebarau selesai, maka acara selanjutnya ialah daduwayan. Daduwayan adalah acara dimana mekhanay atau bujang akan berdandan dihadapan gadis seperti memakai minyak rambut alami yang telah dibuat sebelumnya di acara ngekhajang kumbang, dan tugas si mully ( gadis ) adalah memegangkan cerminnya hingga memakaikan lipstik ke si bujang.

Selain acara - acara demikian, saya juga sering mengikuti acara adat yaitu ngedekor. Ngedekor adalah kegiatan yang dilakukan Mully mekhanay ( bujang gadis ) untuk mendekorasi tarup pernikahan dengan kertas jagung yang dibentuk menggunakan gunting kemudian diberi tali kemudian baru ditali di tihang - tihang tarup tempat acara. Kegiatan ini biasa dilakukan H-1 sebelum hari puncak acara. Kegiatan ada yang dilakukan di siang hari dan juga yang malam hari.

Setelah kegiatan mendekorasi selesai biasanya para bujang tersebut akan diarahkan untuk makan ( pangan ).

Demikian pengetahuan dan pengalaman saya dalam melestarikan adat budaya Lampung. Sedikit banyaknya saya mengajak semua kalangan untuk menjaga dan melestarikan keberlangsungan adat istiadat kita, agar tidak hilang terkikis zaman. Dengan harapan anak cucu kita masih bisa melihat dan menikmati warisan - warisan tuyuk gekhinungnya.

Sumber gambar : milik pribadi dan Sanusi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini