Bukti Amputasi dan Lukisan Gua di Kalimantan Tunjukan Kemajuan Peradaban Nenek Moyang Kita

Bukti Amputasi dan Lukisan Gua di Kalimantan Tunjukan Kemajuan Peradaban Nenek Moyang Kita
info gambar utama

Kalimantan akhir-akhir ini banyak disorot dari potensinya di masa depan, mengingat ibu kota negara akan dipindahkan ke pulau terbesar di Indonesia tersebut. Padahal, Kalimantan atau yang dikenal di dunia internasional sebagai Borneo juga menyimpan harta karun dari masa lalu, tepatnya di Sangkulirang Mangkalihat.

Di kawasan karst tersebut, ditemukan bukti-bukti peninggalan tertua di dunia yang mencerminkan kemajuan kebudayaan nenek moyang kita. Namun, harta tersebut tidak lepas dari ancaman kerusakan.

Bukti praktik amputasi tertua yang dilakukan oleh umat manusia di dunia ditemukan pada kerangka di Gua Liang Tebo pada 2020. Kerangka yang kemudian dinamai sebagai 'TB 1' dimiliki seorang pemuda yang meninggal pada umur 19—20 tahun dan belum dapat diketahui jenis kelaminya.

Penemuan tersebut merupakan hasil dari penelitian Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Timur dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan peneliti Australia dari Griffith University, University of Sydney, dan University of Western Australia.

Amputasi pada bagian bawah kaki kirinya dilakukan dengan baik sehingga TB 1 dapat selamat dari infeksi atau pendarahan dan mampu bertahap hidup 6 sampai 9 tahun setelah operasi dilakukan. Hal tersebut memerlukan pengetahuan medis yang mumpuni dan bukan sekedar kasus keberuntungan.

Mengenal Lebih Jauh Jejak Kehidupan Hewan Purba di Museum Situs Purbakala Patiayam Kudus

Bentuk tulang dan perawatan yang diberikan terhadap bekas amputasi juga menjadi bukti jika amputasi dilakukan untuk pengobatan bukan karena serangan binatang buas atau untuk melukai atau menghukum TB 1.

Sebagai manusia prasejarah dari masa berburu dan meramu yang berlangsung pada 31.000 tahun yang lalu, penemuan TB 1 mematahkan anggapan sebelumnya. Pandangan tersebut mengatakan jika teknik amputasi hanya diketahui oleh masyarakat yang lebih berkembang dari masa pertanian atau Neolitikum (batu muda). Hla ini berdasarkan penemuan kerangka yang teramputasi di Prancis berusia 24.000 tahun.

Peneliti kemudian memprediksi jika kesuksesan amputasi didorong oleh tempat tinggal TB 1 yang berada di hutan tropis. Pasalnya hutan tropis dilimpahi tanaman obat yang mungkin berguna dalam pengobatan sebagai penghenti pendarahan atau obat bius.

Namun, belum terdapat bukti yang memadai untuk teori ini. Kondisi iklim tropis yang memudahkan pembusukan juga membuat penemuan TB 1 sebagai sesuatu yang langka dan menjadi bukti prosesi pemakaman tertua yang pernah ditemukan di Asia Tenggara.

Beberapa tahun sebelumnya, gambar cadas figuratif tertua di dunia ditemukan di Lubang Jeriji Saleh yang terletak di kawasan yang sama dengan Gua Liang Tebo. Wujudnya berupa gambar banteng berwarna jingga kemerahan yang ditorehkan pada langit-langit gua. Kali ini, melalui penelitian dari Institut Teknologi Bandung, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, dan Griffith University.

Usianya yang mencapai 40.000 tahun dan dibuat oleh masyarakat dengan budaya berburu-meramu dari zaman paleolitikum (batu tua) menggeser penemuan tertua sebelumnya yang berusia 36.000 tahun di Gua Chauvet, Prancis.

Sebelum gambar cadas di Kalimantan dan di kawasan karst Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan ditemukan oleh para peneliti, seni gambar cadas dari masa tersebut hanya ditemukan di Eropa Barat.

Cerita Warga Sangiran, Berharap Kesejahteraan Ditengah Lautan Fosil Purba

Total pada Lubang Jeriji Saleh yang berada di dalam gunung karst terdapat 20 gambar satwa dan manusia serta 300 gambar cap tangan. Gambar cap tangan dibuat dengan menaruh tangan di dinding gua, kemudian menyemprotkan cat sehingga menghasilkan bentuk tangan. Meski terlihat sederhana, gambar cadas bukan sekedar 'coretan iseng', melainkan media penyampaian pesan yang dibuat melalui perhitungan dan menjadi petunjuk akan kehidupan masyarakat pada saat itu.

Gua-gua yang menjadi rumah bagi prasejarah tersebut berada di kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur di Provinsi Kalimantan Timur. Selain menyimpan peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya, kawasan karst juga penting secara ekologis sebagai penjaga ketersediaan air dan habitat bagi keanekaragaman hayati yang tinggi.

Namun, karst juga dilihat sebagai komoditas ekonomi melalui penambangan batu gamping dan batu kapur. Dengan demikian, perlu terdapat pembatasan yang jelas mengenai sejauh mana kegiatan ekonomi dapat dilakukan di kawasan karst. Seperti dikatakan oleh Pindi Setiawan (2016), dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB sekaligus salah satu peneliti di Sangkulirang, jika generasi penerus--kita sendiri-- adalah ancaman terbesar bagi peninggalan generasi seniman pertama di negeri ini.

Saat ini, dari 1,8 juta hektar total luas kawasan karst, 430.264,72 hektar di antaranya telah digolongkan sebagai area yang dilindungi. Pemerintah juga tengah menominasikan kawasan Sangkulirang Mangkalihat ke UNESCO sebagai Taman Bumi Dunia (Global Geopark) dan Situs Warisan Dunia. Kemajuan penelitian yang menghasilkan penemuan arkeologi beberapa tahun belakangan sekiranya akan mempercepat perolehan status tersebut.

Harapannya, penominasian ini dapat memperkuat pelestarian kawasan Sangkulirang Mangkalihat. Kegiatan ekonomi masyarakat dapat dikembangkan sesuai nilai konservasi dengan membuat pariwisata berkelanjutan sekaligus memberi ruang pada penelitian dan perlindungan terhadap peninggalan yang tak ternilai harganya.

Sedikit demi sedikit kita semakin mengenal nenek moyang kita dan darinya kita dapat menentukan warisan apa yang perlu dilestarikan bagi generasi mendatang.

#WritingCamp

Fosil Gajah Purba dan Komodo Usia Ratusan Ribu Tahun Ditemukan di Flores NTT


Referensi:

  • Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur. (2016). Booklet Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat.
  • Handwerk, B. (2022, September 7). Earliest known amputation was performed in Borneo 31,000 years ago. Smithsonian Magazine. https://www.smithsonianmag.com/science-nature/earliest-known-amputation-was-performed-in-borneo-31000-years-ago-180980710/
  • Phillips, B. (Januari/Februari, 2023). History's Oldest Amputation Revealed. National Geographic History, 8(6), 6-7 .
  • Setiawan, P. (2016, Januari). Adibudaya Perupa Pertama Nusantara. National Geographic Indonesia, 12(1), 26-41.
  • Thamrin, M.Y. (2018, Desember). Nenek Moyang Kita Seniman Pertama Dunia. National Geographic Indonesia, 34-25.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini