Gajah Sumatera, Habitat, Kondisi, dan Riwayatmu Kini

Gajah Sumatera, Habitat, Kondisi, dan Riwayatmu Kini
info gambar utama

“Setidaknya punya tujuh puluh tahun,

Tak bisa melompat kumahir berenang,

Bahagia melihat kawanan betina,

Berkumpul sampai ajal,

Besar dan berani berperang sendiri,

Yang aku hindari hanya semut kecil,

Otak ini cerdas kurakit perangkat,

Wajahmu tak akan pernah kulupa..”

Sepenggal lirik dari salah satu penyanyi kenamaan Indonesia, Tulus, yang berjudul Gajah.

Gajah Sumatera mempunyai nama ilmiah Elephas maximus sumatranus. Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah asia yang hanya berhabitat di Pulau Sumatera. Jenis gajah Sumatera ini berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India.

Hewan ini merupakan mamalia terbesar di Indonesia yang memiliki berat mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 meter pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah Sumatera adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun.

Habitat Gajah Sumatera

Habitat gajah Sumatera yang berada di hutan alam, tepatnya di Pulau Sumatera, kini sedang mengalami kerusakan parah. Kondisi tersebut menyebabkan hilangnya sebagian habitat gajah. Bahkan, dalam jangka panjang bisa mengancam kelangsungan hidup mamalia darat terbesar itu.

Gajah merupakan satwa yang membutuhkan wilayah jelajah yang luas. Hal ini karena sifatnya butuh merasa aman dan nyaman, agar aktivitas hariannya tidak terganggu. Seekor gajah membutuhkan ruang jelajah seluas 680 ha.

Cara Hidup Sosial Seekor Gajah

Gajah ini merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok. Keberadaan mereka berperan sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup gajah. Setiap anggota mempunya jumlah yang sangat bervariasi. Hal ini tergantung pada sumber daya alam dan luasnya habitat.

Setiap kelompok dipimpin oleh seekor betina, sedangkan yang jantan berada dalam kelompok untuk periode tertentu saja. Gajah yang tua akan hidup memisahkan diri dari kelompoknya hingga pada akhirnya mati.

Habitat gajah Sumatera rata-rata hidup di hutan-hutan dengan dataran rendah dibawah 300 meter dpl. Namun, mereka juga sering ditemukan merambah ke dataran yang lebih tinggi.

Jenis hutan yang disukai adalah kawasan rawa dan hutan gambut. Habitat hidup tersebut kini terus mengalami penyempitan. Terhitung sejak 25 tahun terakhir, Pulau Sumatera telah kehilangan 70% luas hutan tropis yang menjadi habitat gajah.

Dalam berkembang biak, mereka memerlukan suasana yang tenang dan nyaman. Sebab, gajah Sumatera sangat peka dengan bunyi-bunyian, tentu saja, suara alat-alat berat dan gergaji mesin sangat menganggu perkembangbiakan gajah.

Hal inilah yang termasuk mengganggu kelangsungan keberlanjutan hidup gajah Sumatera. Daerah yang seharusnya masuk dalam konservasi, kini di sekitar mereka sudah dihuni pemukiman. Regenerasi gajah menjadi semakin sulit.

Status konservasi gajah Sumatera dalam sistem hukum di Indonesia termasuk satwa yang dilindungi oleh UU No.5 tahun 1990 dan PP 7/1999. Perlindungan diberikan karena ancaman terhadap kelangsungan hidupnya semakin besar. Ancaman terbesar datang karena rusaknya habitat karena berebut dengan lahan perkebunan dan pertanian, sehingga sering kali terjadi konflik dengan manusia. Ancaman lain karena perburuan untuk diambil gadingnya.

Kondisi Gajah Sumatera

Kini, populasi gajah Sumatera semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam akibat dibunuh manusia. Perubahan habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif.

Kiranya, lagu Gajah sedang mewakili bagaimana riwayat gajah saat ini. Ia berperang sendiri untuk tempat tinggalnya. Berbagai berita bermunculan bahwa habitatnya telah diusik.

Belakangan ini juga mencuat berita tentang kematian gajah akibat manusia yang tega menembak, membunuh, dan mengambil bagian dari tubuhnya. Gajah yang setidaknya punya umur 70 tahun kini mungkin angka harapan hidupnya sudah tidak lagi 70 tahun.

Sudah sejak tahun 2011, IUCN menetapkan gajah Sumatera dalam kategori Critically Endangered (CR). Hal ini berarti satwa tersebut berada diambang kepunahan. Status CR berada hanya dua tingkat dari status punah di alam liar dan punah sepenuhnya.

Pada tahun 2007, populasi gajah Sumatera di alam liar diperkirakan sekitar 2400—2800 ekor. Turun separuhnya dibandingkan tahun 1985 yang sekitar 4800 ekor. Bahkan, hingga sekarang, jumlahnya terus diperkirakan mengalami penyusutan, karena habitat hidupnya terus menyempit. Terhitung 25 tahun terakhir, Pulau Sumatera telah kehilangan 70% luas hutan tropis yang menjadi habitat gajah.

Kini berbagai upaya dilakukan dan untungnya masih banyak yang peduli. Berbagai lemabaga konservasi turun tangan untuk menyelamatkan populasi. Terlebih lagi, gajah juga termasuk satwa penjaga ekosistem karena secara tidak langsung membantu menyebarkan benih-benih tumbuhan dan pepohonan di dalam hutan. Melindungi Gajah berarti juga melindungi Bumi.


Sumber:

https://ksdae.menlhk.go.id/album/1/2.html

https://programs.wcs.org/btnbbs/Berita-Terbaru/articleType/ArticleView/articleId/10838/Mengenal-Gajah-sumatera-Elephas-Maximus-sumatranus.aspx

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini