Menelusuri Kehidupan Macan Tutul dan Memahami Strategi Pelestariannya

Menelusuri Kehidupan Macan Tutul dan Memahami Strategi Pelestariannya
info gambar utama

Wahyu, begitulah panggilan macan tutul Jawa yang telah dilepasliarkan pada tahun 2023 oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat ke Gunung Halimun Salak. Oh ya, macan tutul jawa ini sudah enam tahun loh, dirawat oleh tim Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Ceritanya berawal pada 21 Maret 2017, ketika warga menemukan seekor anak macan tutul berusia 10 bulan bersembunyi di bawah rumah mereka. Bersama-sama, warga berhasil menangkapnya, lalu menyerahkannya kepada tim PPSC di Polsek Tanggeung Kabupaten Cianjur. Saat ditemukan oleh tim PPSC, kedua kakinya telah terjerat oleh tambang.

Mendengar cerita tersebut pasti membuat kita merasa sedih, bukan? Kehadiran satwa liar di wilayah permukiman menandakan bahwa wilayah mereka mungkin sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, mari kita eksplorasi lebih lanjut tentang satwa yang memiliki nama latin panthera pardus ini.

Pelepasliaran Macan Tutul Wahyu Demi Keragaman Genetik TNGHS

Satwa Endemik Pulau Jawa

Dalam catatan sejarahnya, macan tutul memiliki penyebaran dari Afrika (Sahara Tengah) hingga Asia Kecil, Afghanistan, Turki, Iran, India, Srilanka, China, Amar Ussuri, dan Indonesia (Pulau Jawa). Di Indonesia, mereka ditemukan mulai dari ujung barat pulau Jawa (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timurnya (Taman Nasional Alas Purwo).

Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas), merupakan sejenis sub spesies satwa endemik yang memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis. Sebagai pemangsa puncak, mereka memainkan peran kunci dalam menjaga rantai makanan.

Walau macan tutul dikenal sebagai spesies yang mudah beradaptasi, tetapi perkembangan populasi manusia yang membuka pemukiman baru telah mengganggu habitatnya. Hal ini membuat kekhawatiran muncul karena populasi mereka terus menurun secara signifikan. Sehingga Pemerintah Indonesia menetapkan statusnya sebagai critically endangered dan telah masuk dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red List.

Ciri Khas Fisiknya

Biasanya, tubuh macan tutul Jawa memiliki dimensi yang beragam tergantung pada jenis kelamin dan lingkungan di habitatnya. Menurut Hoogerwerf (1970), macan tutul Jawa jantan dewasa memiliki panjang tubuh rata-rata sekitar 215 cm dari moncong hingga ekor, tinggi 60—65 cm, dan berat sekitar 52 kg. Sementara itu, betina memiliki panjang tubuh sekitar 185 cm, tinggi 60—65 cm, dan berat sekitar 39 kg.

Macan tutul atau macan kumbang memiliki variasi warna, termasuk warna hitam. Meskipun terdapat perbedaan warna, tetapi mereka tetap merupakan jenis yang sama. Pada pola tutul warna hitam, pola tersebut terlihat lebih gelap dibandingkan dengan warna dasarnya.

Ahli meyakini bahwa perbedaan warna ini disebabkan oleh keberadaan pigmen melanistik dalam tubuh macan tutul jawa, sehingga macan tutul jawa berwarna hitam dapat disebut mengalami melanisme.

Kehidupan Macan Tutul

Selayaknya makhluk hidup lainnya, macan tutul menginginkan pasangan untuk berkembang biak, mereka berkelana mencari pasangan di wilayahnya. Meskipun kehidupan macan tutul bisa bertahan hingga 21—23 tahun dalam penangkaran, belum banyak yang diketahui tentang umur hidup mereka di alam liar.

Dalam proses reproduksi, macan tutul Jawa dapat melahirkan antara 2 hingga 6 anak dalam setiap kelahiran dengan masa kehamilan sekitar 110 hari. Anak-anak macan tutul Jawa mencapai kematangan pada usia 3 hingga 4 tahun dan biasanya tetap bersama induknya hingga usia 18 hingga 24 bulan.

Habitat dan Mangsa

Macan tutul memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai jenis habitat dan iklim serta sumber makanan yang beragam. Di Indonesia, macan tutul Jawa dapat ditemui mulai dari hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.

Mereka mendiami berbagai jenis hutan di Pulau Jawa, termasuk hutan primer, hutan sekunder, dan bahkan hutan produksi (hutan tanaman).

Macan tutul Jawa memiliki berbagai mangsa sebagai sumber makanannya, yang bervariasi dari ukuran kecil hingga sedang. Beberapa mangsa potensialnya termasuk babi hutan, kijang, rusa, kera, landak, burung, dan lutung. Sebagai contoh, macan tutul dewasa jantan dan betina biasanya mengonsumsi rata-rata 3,5 kg dan 2,8 kg makanan setiap harinya.

Macan Tutul Terekam Kamera di Pegunungan Sanggabuana, Tanda Baik?

Ancaman dan Strategi Konservasi

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, populasi macan tutul Jawa terancam oleh perluasan kegiatan manusia di habitatnya. Aktivitas seperti penebangan hutan, pembangunan infrastruktur jalan, perburuan, dan konflik dengan manusia merupakan beberapa contoh yang mengancam kelangsungan hidup binatang ini.

Dengan penurunan dan bahkan kepunahan yang mengancam populasi macan tutul Jawa, Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah tindakan, di antaranya:

  • Upaya konservasi ex situ dilakukan di berbagai tempat seperti taman-taman dan kebun binatang untuk menjaga populasi sebagai cadangan pembiakan jika macan tutul Jawa benar-benar punah di habitat alaminya.
  • Pemetaan populasi prioritas dilakukan untuk menentukan alokasi macan tutul Jawa ke habitat yang kosong dan menjauhkannya dari habitat yang kelebihan populasi. Selain itu, langkah-langkah keamanan dan penegakan hukum ditingkatkan untuk mengurangi perburuan, serta melibatkan berbagai lembaga penelitian, pemerintah, LSM, dan sektor swasta.
  • Patroli rutin kawasan, pembangunan koridor penghubung antarhabitat, peningkatan kualitas lingkungan hidup, upaya rehabilitasi, dan usaha untuk memperluas habitat dengan mempertahankan tutupan hutan produksi serta wilayah lindung di sekitar kawasan konservasi yang telah ditetapkan sebagai prioritas.
  • Kementerian terkait dan mitra kerja membuat pedoman, protokol, dan peraturan untuk penanganan macan tutul jawa di alam.
  • Dukungan lintas sektor diperlukan untuk memastikan ketersediaan, penyebaran, dan penyuluhan data serta informasi mengenai peran penting macan tutul jawa dalam ekosistem hutan dan manfaatnya bagi manusia.

Setelah berkenalan dengan macan tutul Jawa, seperti yang dikatakan dalam pepatah, "Tak kenal maka tak sayang," semoga setelah mengenal lebih lanjut, kita dapat memiliki rasa sayang dan kepedulian yang lebih besar terhadap keberlangsungan macan tutul Jawa.

Menurut Kawan GNFI, apakah ada langkah lain yang dapat kita lakukan secara bersama-sama untuk menjaga keberlangsungan macan tutul Jawa ini? Silakan berikan komentar!

Kabar Baik! Populasi Macan Tutul Jawa Meningkat 30 Persen di Taman Nasional Meru Betiri

Referensi

  • Gunawan. H, & Sihombing, V.S. 2017. Preferensi Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas cuvier 1809) Di Jawa Bagian Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol.14, No.1
  • Gymnastiar, B.A. 2019. Sebaran Jejak Macan Tutul di Kawasan Hutan Lindung Gunung Tikukur KPH Bandung Selatan. Wanamukti Vol. 22, No.1
  • Hoogerwerf, A. 1970. Ujung Kulon, the Land of the Last Javan Rhinoceros. Leiden: Brill Archive
  • KLHK. 2023. Selamat Menempuh Hidup Baru Wahyu. Tautan: https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7187/selamat-menempuh-hidup-baru-wahyu
  • KLHK. 2016. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) 2016 - 2026. Jakarta: KLHK

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini