Pelepasliaran Macan Tutul Wahyu Demi Keragaman Genetik TNGHS

Pelepasliaran Macan Tutul Wahyu Demi Keragaman Genetik TNGHS
info gambar utama

Macan tutul jawa yang dinamakan Wahyu akhirnya dilepasliarkan di kawasan hutan Gunung Butak. Hewan ini akan menempuh kehidupan barunya di sana setelah diselamatkan karena konflik dengan manusia.

Dinukil dari Detik, Wahyu dilepasliarkan di kawasan hutan di Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (PTNW) Gunung Butak, Seksi PTNW II Bogor, Taman Nasional Gunung Salak (TNGHS) pada Selasa (23/05/2023).

Macan Dahan Kalimantan, ‘Kucing’ Besar yang Terancam Punah

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indra Eksploitasia mengungkapkan bahwa pelepasan Wahyu diharapkan akan meningkatkan keragaman genetik spesies, terutama di TNGHS.

“Jadi, ini bagian dari program pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam proses peningkatan populasi dan kemudian dalam proses keragaman genetik terjamin di habitat alam serta bagaimana bisa kita menciptakan pembangunan ekologi dapat seimbang dengan pembangunan ekonomi,” ujarnya.

Awal mula konflik

Macan tutul Wahyu pertama kali ditemukan pada tanggal 21 Maret 2017 oleh Tim Pusat Penyelamatan Satwa Cikanaga (PPSC). Tim saat itu mengevakuasi macan ini yang diperkirakan masih berumur 10 bulan, di Polsek Tanggeung, Kabupaten Cianjur.

Ketika itu macan tutul tersebut dibawa oleh warga dengan posisi kaki depan dan belakang terjerat tambang. Penangkapan terjadi saat macan tersebut bersembunyi di bawah rumah warga dan kemudian dibawa secara bersama-sama.

Setelah berhasil dievakuasi, Wahyu lantas menjalani perawatan dan masa rehabilitas di PPS selama sekitar 6 tahun. Satwa tersebut tumbuh dengan baik dan tidak ada komplikasi medis karena dibesarkan di kandang perawatan.

Kisah Macan Tutul Jawa, Dahulu Dihormati Sekarang Diburu

Sejak awal, Wahyu tidak aktif di siang hari dan langsung bersembunyi begitu mendengar atau melihat orang. Karena itu semua pemantauan dan penilaian perilaku dilakukan dengan menggunakan kamera jebak.

Pada tahun 2023, berdasarkan hasil penilaian terhadap perilaku Wahyu di kandang rehabilitas, maka satwa ini dinilai tak layak untuk dilepasliarkan kembali kepada habitat alaminya tersebut,

Jaga keseimbangan alam

Kini Wahyu telah menempati rumah barunya di TNGHS dengan luas sekitar 87.669 hektare yang merupakan ekosistem hutan pegunungan tropis terluas yang berada di Pulau Jawa, di mana macan tutul jawa merupakan salah satu satwa kunci.

TNGHS dipilih sebagai tempat pelepasliaran karena jumlah mamalia besar yang masih terbatas. Kehadiran macan tutul sebagai salah satu predator puncak nantinya akan menjaga keseimbangan dan kesehatan ekosistem di kawasan taman nasional tersebut.

Lari Kencang Slamet Ramadhan di Gunung Ciremai

Berbagai upaya telah dilakukan dalam menjaga kelestarian macan tutul jawa serta spesies hewan asli TNGHS lainnya. Upaya tersebut dilakukan antara lain melalui kegiatan patroli serta sosialisasi pengamatan hutan, monitoring satwa secara langsung.

“Semoga Wahyu mendapatkan jodohnya di TNGHS, hidup dan menghasilkan anak-anak macan tutul dengan keragaman genetik,” ungkap Indra.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini