Kawan GNFI, apakah kamu mengenal atau pernah mendengar Merdang Merdem? Bagi Kawan yang orang Karo atau sukunya Karo, pasti tidak asing dengan istilah yang satu ini. Penulis sendiri berasal dari suku Karo beru Sembiring, lho. Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman penulis sendiri menghadiri Merdang Merdem.
Merdang Merdem atau kerja tahun adalah perayaannya orang Karo. Jadi, memang hanya orang dari suku ini saja yang punya tradisi tersebut. Tradisi ini unik sekali dan hanya diadakan setahun sekali, yakni pada bulan-bulan tertentu.
Merdang Merdem dirayakan dengan maksud agar sawah yang ditanami padi atau tanaman lainnya dapat bertumbuh subur dan panen melimpah. Diadakannya Merdang Merdem juga dengan tujuan agar mempertemukan kerabat yang merantau berkumpul bersama.
Perayaan Gumbrekan Mahesa dan Karnaval Kerbau, Representasi Rasa Syukur Kepada Tuhan
Kemeriahan Merdang Merdem
Perayaan Merdang Merdem ini sangat meriah, Kawan. Desa yang mengadakan Merdang Merdem mengundang penyanyi untuk membawakan lagu-lagu khas Karo. Para muda-mudi pun bisa menyumbangkan suaranya pada perayaan Merdang Merdem.
Selain dimeriahkan oleh penyanyi, Merdang Merdem ini juga menampilkan tari tradisional khas suku Karo yang bernama gendang guro-guro aron. Tari tradisional ini secara kompak dilakukan berpasang-pasangan antara perempuan dan laki-laki. Para penari ini juga kompak juga memakai pakaian adat khas suku Karo. Seru sekali, Kawan!
Tujuan Guro-guro Aron
Guro-guro aron ini memiliki tujuan, yaitu:
- Sebagai ajang mencari jodoh bagi muda-mudi belum punya pasangan.
- Supaya muda-mudi dapat belajar tata rias dan memakai pakaian adat Karo.
- Agar para pemuda belajar menjadi pemimpin untuk mengatur perayaan guro-guro aron.
- Supaya muda-mudi rajin bekerja ke ladang untuk membeli uis nipes (kain) dipakai perempuan, beka buluh dipakai laki-laki, dan biaya guro-guro aron.
- Supaya muda-mudi belajar adat Karo dan melayani para tamu guro-guro aron.
Festival Lomba Baliem Sebagai Perayaan Warisan Budaya Papua
Kegiatan Selama Perayaan Merdang Merdem
Hari Pertama, Bersama-sama Mencari Cikor kor
Cikor dalam poin ini adalah serangga. Nantinya, hewan tersebut akan dimasak sebagai menu makanan pada hari pertama Merdang Merdem.
Hari Kedua, Mencari Cikurung
Cikurung adalah hewan yang hidup di sawah. Maksud dari mencari cikurung ini sama dengan cikor, yakni akan dijadikan menu makanan pada hari kedua Merdang Merdem.
Hari Ketiga, Mencari Ndurung
Ndurung adalah ikan yang ada di sawah, bisa berupa seperti lele, belut, atau kaperas. Adapun ndurung akan dijadikan menu makanan pada hari ketiga Merdang Merdem.
Hari Keempat, Mantem
Pada hari keempat ini, akan dilakukan penyembelihan hewan lainnya, seperti sapi, kerbau, atau lembu. Penyembelihan tersebut dimaksudkan sebagai menu makanan pada hari keempat dan dilakukan pada saat perayaan puncak atau sehari sebelum perayaan puncak.
Hari Kelima, Puncak Perayaan
Hari kelima adalah perayaan puncak bagi tradisi Merdang Merdem ini. Para penduduk akan saling mengunjungi kerabatnya masing-masing sembari membawa hidangan yang telah dibuat sebelumnya. Pada saat mengunjungi, wajib hukumnya memakan hidangan yang telah dibuat.
Hari Keenam, Membuat Cimpa, Makanan Khas Suku Karo
Makanan ini dibuat dengan adonan tepung beras dan gula merah yang dimasak dengan campuran kelapa, lalu dibungkus dengan daun. Cimpa biasa dijadikan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Hari Ketujuh, Hari untuk Beristirahat
Hari ketujuh Merdang Merdem ini adalah hari terakhir. Jadi, tidak ada kegiatan pada hari ketujuh tersebut. Semua tamu yang datang sudah kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Para penduduk beristirahat, setelah berhari-hari diadakannya perayaan Merdang Merdem.
Itulah kemeriahan perayaan Merdang Merdem atau kerja tahun sebagai tradisinya orang Karo, Kawan GNFI. Bagaimana menurut kamu? Indonesia sangat beragam ya, kebudayaannya?
Tradisi Maras Taun untuk Memperingati Perayaan Panen Padi Ladang
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News