5 Cagar Alam yang Wajib Kamu Kunjungi setelah Lebaran

5 Cagar Alam yang Wajib Kamu Kunjungi setelah Lebaran
info gambar utama

Setelah menjalani puasa selama hampir satu bulan dan merayakan Hari Lebaran yang penuh kegembiraan, saatnya untuk bersantai dan menghilangkan penat dengan menikmati pesona alam yang menenangkan. Cagar alam adalah opsi ideal untuk mengeksplorasi keindahan dan keunikan alam.

Di sana, kita bisa menyegarkan pikiran, menikmati udara segar, dan merasakan ketenangan dari hutan dan air yang menyentuh kulit kita setelah sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Hal ini terasa lebih spesial bagi mereka yang biasanya hanya terpapar dengan gedung-gedung kota yang dapat membuat rasa bosan.

Mari kita nikmati kegembiraan setelah Hari Lebaran dengan menjelajahi keindahan cagar alam yang menakjubkan ini. Berikut beberapa rekomendasi cagar alam yang bisa dinikmati oleh Kawan GNFI setelah Lebaran. Check it out!

Cagar Alam Batu Gajah, Bentuk Harmonisasi Alam dan Budaya Masyarakat Batak

Melihat Bunga Rafflesia di Cagar Alam Maninjau

Cagar Alam Maninjau, yang melintang dari Kabupaten Agam hingga Padang Pariaman, Sumatera Barat, menjadi tempat tinggal bagi beragam flora dan fauna langka, termasuk bunga Rafflesia Tuan-Mudae. Bunga ini terkenal karena keunikan langkanya, merupakan yang terbesar di dunia dengan diameter mencapai 112 cm, serta memiliki aroma khas yang mengagumkan.

Di samping keberagaman flora dan fauna, Cagar Alam Maninjau juga menawarkan Danau Maninjau yang terbentuk dari aktivitas vulkanik, dengan luas sekitar 99,5 km2. Danau ini diperkaya oleh air yang berasal dari 83 anak sungai yang bermuara di Kawasan Hutan Cagar Alam Maninjau, yang mencakup luas sekitar 21.891,78 hektar.

Perlu diketahui bahwa Danau Maninjau menjadi setting dalam kisah trilogi Negeri 5 Menara oleh Ahmad Fuadi, karena suasana dan pemandangannya yang menenangkan. Selain itu, ada beragam kegiatan yang bisa dinikmati oleh Kawan GNFI di sana, seperti memancing, belajar sejarah di Museum Buya Hamka, menikmati kuliner lokal, dan masih banyak lagi.

Mengamati Satwa Liar di Cagar Alam Waigeo Barat dan Timur

Waigeo adalah sebuah pulau yang mencakup area seluas 301.127 hektar, terletak di bagian utara Raja Ampat, Papua Barat. Pulau ini terletak dekat dengan batas-batas Wallacea, yang menjadi daerah percampuran bagi satwa dari Asia hingga Australia. Oleh karena itu, Waigeo menjadi habitat yang eksotis berbagai jenis satwa liar.

Cagar alam di Waigeo memiliki luas 95.200 hektar di bagian barat dan 119.500 hektar di bagian timur, yang dipisahkan oleh Teluk Mayalibit. Total terdapat 28 jenis amfibi, 33 jenis reptil, dan 127 jenis burung yang telah terdaftar. Namun, belum secara keseluruhan karena keberagaman satwa liar yang mendiami cagar alam ini.

Bagi Kawan GNFI yang tertarik untuk mendengarkan suara dan mempelajari kehidupan satwa liar endemik seperti reptil, burung, amfibi, dan lainnya, Waigeo adalah pilihan yang tepat.

Menjajaki Cagar Alam Gunung Mutis di Pulau Timor

Destinasi selanjutnya adalah Nusa Tenggara Timur, di mana Kawan GNFI akan menemukan Cagar Alam Gunung Mutis di Desa Fatumnasi. Kawasan ini bisa dianggap sebagai pusat Pulau Timor karena keberadaan flora dan fauna endemiknya. Terdapat berbagai objek wisata menarik di cagar alam ini, termasuk hutan bonsai yang menjadi rumah bagi tumbuhan ampupu kerdil yang tumbuh di sepanjang jalan utama dan membagi wilayah Cagar Alam Mutis Timau.

Selanjutnya, terdapat Padang Lelofui yang merupakan sabana dengan luas sekitar 50 hektar, dikelilingi oleh tanaman ampupu dan sangat cocok untuk berkemah. Selain itu, dapat melakukan pendakian di Gunung Mutis untuk menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam.

Pastikan untuk membawa mantel karena suhu di sana bisa sangat dingin, berkisar antara 12 hingga 19 derajat Celsius, bahkan bisa turun hingga sembilan derajat Celsius. Hal ini wajar karena ketinggian tempatnya mencapai 1.500 hingga 2.400 meter di atas permukaan laut.

Wisata di Cagar Alam Pangandaran, Jawa Barat, Ini Peran Komunikasi untuk Konservasi Alam

Menyaksikan Gajah di Cagar Alam Way Kambas

Bagi Kawan GNFI yang ingin bertemu langsung dengan gajah, Cagar Alam Way Kambas adalah pilihan yang tepat. Karena di sana bisa menemukan sejumlah besar gajah liar yang bebas berkelana di area seluas 125.000 hektar ini. Gajah-gajah ini telah dilatih untuk menjadi jinak oleh para pawangnya.

Pada pagi hari, gajah-gajah ini akan dimandikan, dan pada sore hari, mereka akan dibawa kembali ke area konservasi. Beberapa gajah pun dilatih untuk bisa beratraksi sehingga dapat menghibur wisatawan, seperti bermain sepak bola, mengalungkan bunga pada wisatawan, berjabat tangan, hingga gajah berenang.

Harus diingat, cagar alam yang terletak di Raja Basa Lama Labuhan Ratu, Provinsi Lampung, merupakan cagar alam tertua di Indonesia karena sudah ada sejak zaman pemerintahan Belanda. Kehadiran cagar alam ini membantu dalam menjaga populasi gajah, disamping merajalelanya pemburuan liar.

Menonton Blue Fire di Cagar Alam Kawah Ijen

Kawah Ijen terletak di antara wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Salah satu keunikan utama di Kawah Ijen adalah keberadaan fenomena Blue Fire, yaitu api berwarna biru yang terus-menerus menyala. Fenomena ini hanya terjadi di dua lokasi di dunia, yakni di Ethiopia dan Indonesia.

Di samping memperlihatkan blue fire, terdapat juga kawah danau yang menjadi inti dari gunung berapi itu. Danau ini memiliki kedalaman sekitar 200 meter dan luas mencapai 5.466 hektar, menjadikannya danau air asam terbesar di seluruh dunia.

Selain menjadi tempat yang indah untuk menyaksikan matahari terbit, Kawah Ijen juga menawarkan udara yang sejuk dan aroma belerang yang khas, karena terdapat tambang belerang yang aktif yang sering digunakan oleh penduduk setempat. Selain itu, ada juga minuman kopi Lego yang menjadi penyelamat di tengah dinginnya suhu Kawah Ijen

Kopi robusta ini dinamai dari daerah tempat tumbuhnya, yaitu Lerek-Gombengsari. Wisatawann diperbolehkan untuk memetik dan menyeduh kopi di tengah-tengah kebun kopi yang tersedia.

Setelah mengenal berbagai cagar alam, penting untuk selalu menjaga kebersihan kawasan dan menghindari meninggalkan sampah. Disarankan untuk menggunakan pemandu lokal agar dapat lebih memperdalam khazanah pengetahuan tentang kekayaan alam di setiap cagar alam, dan selalu patuhi aturan yang telah ditetapkan.

Indahnya Cagar Alam Gunung Mutis, Mitos, dan Ritual Adat di Gunung Mutis

Referensi

  • Andrini. N. 2020. Way Kambas, Sensasi 'Akrab' Bersama Gajah. Tautan: https://indonesiatraveler.id/way-kambas-sensasi-akrab-bersama-gajah/
  • Muththalib. A. 2023. Wisata Kawah Ijen, Destinasi Alam dengan Keindahan Blue Fire di Banyuwangi. Tautan: https://www.itrip.id/kawah-ijen-banyuwangi
  • Pujiono. E. 2023. Gunung Mutis: Surga Tersembunyi di Pulau Timor. Tautan: https://www.forestdigest.com/detail/2464/cagar-alam-gunung-mutis
  • Suryaningrum. I. 2024. Danau Maninjau Tiket, Jam Buka, dan Aktivitas April 2024. Tautan: https://travelspromo.com/htm-wisata/danau-maninjau-agam/#google_vignette
  • Tirtaningtyas, F.N. 2018. Tidak hanya Maleo, Waigeo juga kaya akan satwa liar. Tautan: https://www.mongabay.co.id/2018/03/07/tidak-hanya-maleo-waigeo-juga-kaya-akan-satwa-liar/
  • Wahyudi. I. 2022. Cagar Alam Maninjau, selimut khas danau vulkanik di Agam. Tautan: https://www.antaranews.com/berita/2933873/cagar-alam-maninjau-selimut-khas-danau-vulkanik-di-agam

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini