Mempelajari Sejarah Singkat Candi Borobudur dan Mitos yang Menyelimutinya

Mempelajari Sejarah Singkat Candi Borobudur dan Mitos yang Menyelimutinya
info gambar utama

Pemerintah Republik Indonesia menjadikan Candi Borobudur sebagai salah satu destinasi wisata yang sedang difokuskan pembangunan infrastrukturnya dalam Program Destinasi Super Prioritas. Setiap harinya, Candi Borobudur ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun internasional yang ingin melihat candi Buddha terbesar di dunia ini secara langsung.

Dibangun sekitar tahun 800-an Masehi, Candi Borobudur menjadi saksi bisu kejayaan Wangsa Syailendra dan juga perkembangan peradaban di Indonesia. Hingga kini, bangunan yang memiliki nilai sejarah, seni, sekaligus religi ini masih berdiri megah di dataran Magelang, Jawa Tengah.

Sejarah Singkat Dibangunnya Candi Borobudur

Candi Borobudur dibangun pada masa Dinasti Syailendra atau di antara abad ke-8 dan ke-9 atas inisiatif Raja Samaratungga. Tempat ini dibuat dengan dipengaruhi seni punden berundak, yaitu tersusun bertingkat yang masing-masing undakannya memiliki nilai filosofis masing-masing.

Mengenal Struktur Candi Hindu Buddha di Indonesia

Candi Borobudur ternyata juga pernah “hilang” karena terkubur tanah dan debu vulkanik, efek erupsinya Gunung Merapi yang hingga sekarang pun masih aktif. Kemudian pada masa kependudukan Inggris di Indonesia, Candi Borobudur kembali ditemukan dan mulai dipugar dengan mengutus seorang insinyur asal Belanda. Pemugaran yang dilakukan sejak tahun 1907—1911 tersebut berfokus pada stupa teras dan stupa induk.

Setelah Indonesia merdeka, atau pada tahun 1973—1983, pemerintah yang bekerja sama dengan UNESCO kembali melakukan perbaikan total pada Candi Borobudur. Tak lama setelah selesai dilakukan pemugaran kedua ini, UNESCO pun secara resmi menjadikan Candi Borobudur sebagai salah satu situs warisan dunia.

Fungsi Pembangunan dan Arti Nama Candi Borobudur

Dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha, Candi Borobudur dibuat untuk menjadi tempat ibadah dan juga menggambarkan perjalanan sang Buddha, sekaligus menjadi simbol hubungan antara raja dan rakyatnya. Hingga kini, Candi Borobudur rutin digunakan dalam beberapa acara keagamaan seperti Waisak atau Magha Puja yang dihadiri oleh ribuan umat Buddha dari seluruh Indonesia.

Untuk Pertama Kali, Umat Buddha Rayakan Magha Puja di Candi Borobudur

Nama Candi Borobudur sendiri masih belum jelas dari mana asalnya. Ada yang menyebut bahwa Borobudur berasal dari bahasa Sanskerta vara-buddha-rupa yang berarti 'arca Buddha istimewa'. Kata tersebut mengalami pergeseran dalam cara penyebutan hingga akhirnya disebut Borobudur. Namun, ada juga sumber yang menyebut bahwa nama candi ini berasal dari kata boro yang berarti agung dan budur diambil dari kata Buddha, sehingga Borobudur dapat diartikan 'Buddha yang agung'.

Mitos yang Dipercaya tentang Candi Borobudur

Ada beberapa mitos yang beredar di masyarakat mengenai Candi Borobudur. Namun, yang paling terkenal adalah tentang keberuntungan yang akan datang kepada seseorang ketika ia bisa menyentuh Patung Kunto Bimo. Arca tersebut berada dalam sebuah stupa yang terletak di teras tingkat pertama sisi timur Candi. Kunto dalam bahasa Jawa berarti permintaan, dan Bimo merupakan tokoh dari pandawa yang dikenal dengan sifatnya yang pantang menyerah.

Namun sayangnya, mitos yang tidak diketahui dari mana mulanya ini malah menjadi masalah bagi pelestarian Candi Borobudur. Karena arca berada di dalam stupa, tak mudah bagi pengunjung untuk menyentuhnya. Sehingga kebanyakan dari mereka menginjak dan menaiki stupa tersebut. Hal itu bisa membuat stupa yang terbuat dari batu andesit ini bisa aus dan cepat rusak.

Dilema Kunjungan Candi Borobudur, Antara Konservasi dan Kebutuhan Edukasi

Selain itu, stupa tersebut juga merupakan simbol religius bagi umat Buddha, sehingga tak pantas rasanya jika kita menginjakkan kaki di situ. Kini, di seluruh Candi Borobudur telah dipasang himbauan agar pengunjung tidak duduk atau menginjakkan kaki di stupa. Maka dari itu, Kawan GNFI yang ingin mengunjungi Candi Borobudur jangan coba-coba untuk naik ke atas stupa demi memegang arca di dalamnya, ya!

Sumber :

  • Yatno, Tri. (2022). Fungsi dan Nilai Candi Borobudur di Era Globalisasi. Jurnal Sabbhata Yatra 3(2), pp 72-79. (https://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/sabbhata_yatra/article/view/636/375)
  • https://historia.id/kuno/articles/asal-usul-nama-candi-borobudur-DLB7w/page/1
  • https://www.tiktok.com/@konservasiborobudur/video/7174706724375465243
  • https://www.bbc.com/indonesia/majalah-61701745

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AL
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini