Mengenal Upacara Adat di Jawa Timur

Mengenal Upacara Adat di Jawa Timur
info gambar utama

Kawan tahu nggak sih, ada berbagai macam upacara adat di Jawa Timur yang biasa dilakukan setiap musim? Wah, ada apa saja, ya? Mari berkenalan terlebih dulu dengan macam-macam upacara adat di Jawa Timur ini!

Yadnya Kasada

Upacara Adat di Jawa Timur_Yadnya Kasada
info gambar

Yadnya Kasada adalah sebuah tradisi adat yang dijalankan oleh komunitas suku Tengger di Jawa Timur. Ritual ini bertujuan untuk menghormati Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), memohon keberkahan, dan mengembalikan apa yang telah diterima dari alam.

Yadnya Kasada kerap dilakukan pada hari-hari besar seperti Iduladha atau saat momen penting dalam kehidupan masyarakat.

Baca Juga: Yadnya Kasada, Simbol Pengabdian Warga Tengger pada Sang Hyang Widhi

Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur dan penyesalan kepada Tuhan, di mana warga Tengger dan dukun pandita setempat bersembahyang dan melakukan ritual doa.

Mereka juga membawa sesaji berupa hasil bumi dan ternak ke Gunung Bromo untuk disemprotkan ke dalam kawah sebagai simbol berbagi rezeki kepada leluhur.

Yadnya Kasada tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga sebuah pengajakan kepada masyarakat untuk senantiasa bersyukur atas anugerah yang diberikan oleh pencipta serta untuk menjaga dan memperkaya warisan budaya spiritual dan sosial Hindu Tengger Bromo di Jawa Timur.

Keduk Beji

Upacara Adat di Jawa Timur_Keduk Beji
info gambar

Upacara Keduk Beji adalah ritual adat yang dilaksanakan di Jawa Timur, terutama di Taman Wisata Tawun Ngawi. Tujuannya adalah untuk mengatur dan meningkatkan pasokan air di wilayah Tawun Ngawi yang sangat vital bagi penduduk setempat.

Prosesnya mencakup berbagai tahapan, di antaranya adalah membawa air ke tepi kawah dan menyajikan tumpengan dari tulangan kambing.

Selain itu, aspek penting dari upacara ini adalah pembuangan tulangan kambing ke dalam kawah, yang dikenal sebagai "keduk beji". Upacara Keduk Beji tidak hanya bermaksud menyediakan air yang bersih dan bermanfaat bagi penduduk lokal, tetapi juga sebagai bentuk penguatan hubungan spiritual dengan leluhur dan Sang Pencipta.

Tradisi ini juga merupakan bagian dari kekayaan budaya Jawa Timur dan menjadi inspirasi bagi pengunjung Taman Wisata Tawun Ngawi.

Larung Sembonyo

Upacara Adat di Jawa Timur_Latinh Sembonyo
info gambar

Larung Sembonyo adalah praktik sedekah laut yang telah diwarisi secara turun-temurun oleh masyarakat nelayan Prigi di Kabupaten Trenggalek.

Ini merupakan ungkapan rasa syukur mereka atas hasil laut yang diperoleh serta permohonan keselamatan saat mencari ikan. Tradisi tersebut telah berlangsung lama dan menjadi bagian integral dari budaya masyarakat pesisir Prigi.

Cerita tradisional mengenai peristiwa gaib dalam perluasan wilayah oleh Tumenggung dan pasukannya menjadi asal mula Larung Sembonyo, diyakini dilaksanakan pada Senin Kliwon, bulan Selo dalam penanggalan Jawa. Larung Sembonyo biasanya diikuti oleh para nelayan dan petani sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang membuka wilayah tersebut.

Kegiatan ini diyakini memengaruhi keberhasilan panen, hasil tangkapan ikan, dan menghindarkan dari bencana alam serta kesulitan lainnya. Meskipun sempat terhenti pada 1985 akibat kondisi politik, Larung Sembonyo kembali dilakukan secara besar-besaran dan rutin dengan dukungan pemerintah setempat untuk memperkaya warisan budaya tradisional Kabupaten Trenggalek.

Baca Juga: Sedekah Laut Larung Sembonyo: Warisan Budaya Kabupaten Trenggalek yang Syarat Akan Nilai

Kebo-Keboan

Upacara Adat Jawa Timur_Kebo-Keboan Alas Malang, Banyuwangi
info gambar

Upacara adat Kebo-keboan adalah ritual yang diadakan oleh komunitas di Desa Alasmalang, Jawa Timur, sebagai bentuk penghargaan kepada Tuhan atas hasil panen tahunan.

Tradisi ini berlangsung setiap tahun pada awal bulan Suro dalam kalender Jawa.

Kebo-keboan adalah sebuah seni tradisional yang menggambarkan kerbau sedang membajak sawah, di mana sebelumnya dilakukan pembersihan lingkungan.

Baca Juga: Kebo - Keboan, Ritual Adat Desa Alasmalang Banyuwangi

Wanita desa berkumpul untuk menyiapkan sajen seperti tumpeng, kinang ayu, ingkung ayam, dan air kendi yang ditempatkan di persimpangan jalan.

Para pemuda juga menyiapkan alat pertanian dan benih tanaman. Kerbau dalam tradisi ini menjadi simbol kekuatan petani dan budaya agraris, dengan upacara ini dilakukan secara rutin setiap tahun pada bulan Muharam atau Suro menurut penanggalan Jawa.

Kebo-keboan memiliki peran penting dalam menjaga warisan budaya Banyuwangi, mencerminkan kekuatan, penghormatan pada leluhur, kepercayaan spiritual, dan rasa syukur kepada Tuhan. Ritual ini juga menarik minat wisatawan yang ingin memahami budaya unik Banyuwangi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadira Hamamah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadira Hamamah.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini