Menolak Lupa Perjuangan Kartini Kendeng, Simbol Perempuan dalam Gerakan Ekofeminisme

Menolak Lupa Perjuangan Kartini Kendeng, Simbol Perempuan dalam Gerakan Ekofeminisme
info gambar utama

Ibu Bumi telah menghidupi, Ibu Bumi telah disakiti, Ibu Bumi akan mencari keadilan” -Sukinah

Melalui perjuangan Kartini Kendeng, Kawan dapat mengintip bagaimana peran perempuan sebagai pelindung alam dan lingkungan hidup.

Satu dekade telah berlalu, namun bukan berarti kita melupakan perjuangan sembilan Kartini Kendeng yang melawan pembangunan pabrik PT Semen Gresik (Sekarang PT Semen Indonesia) pada tahun 2014 lalu.

Perlawanan ini dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan alam, terutama pegunungan Kendeng Utara, tepatnya Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Kecamatan Gunem, Rembang.

Perempuan hebat ini tergabung dalam JMPPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) yang meliputi berbagai kelompok masyarakat di sekitar kawasan Pegunungan Kendeng, termasuk masyarakat Samin atau komunitas Sedulur Sikep di Pati dan Rembang.

Masyarakat bersatu untuk mempertahankan tanah dan hutannya pada 16 Juni 2014. Perlawanan ini dipimpin langsung oleh perempuan, yang menunjukkan bahwa perempuanlah yang nantinya akan menjadi kelompok paling rentan dari adanya pertambangan skala besar.

Sembilan perempuan Kendeng Utara, yang terdiri atas Sukinah, Sutini, Karsupi, Ambarwati, Surani, Deni, Mutini, Ngadinah, dan Giyem. Melakukan aksi menyemen kedua kakinya sebagai protes kepada pemerintahan Jokowi atas pendirian pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Rembang.

Baca juga: Kupatan Kendeng, Tradisi Perayaan Hari Raya Idulfitri ala Masyarakat Kendeng Utara

Tercatat hingga September 2014, perempuan Kendeng melalui rembug desa diputuskan untuk keluar rumah dan menduduki operasi pabrik semen. Terdapat empat perempuan hamil dan melahirkan dalam aksi di lokasi pendudukan. Hal ini menunjukkan keberanian dan dedikasi perempuan yang mendalam.

Perempuan-perempuan ini merupakan ibu rumah tangga di pedesaan, nama Kartini diambil dari sosok sejarah gerakan keadilan sosial Indonesia yang menjadi simbol perjuangan perempuan.

Protes dilakukan dengan berbagai aksi kolektif, seperti berjalan ratusan kilometer, menginjakkan kaki di balok semen, serta aksi ekstrim mengecor kaki dengan semen di depan Istana Negara. Kekerasan berbasis gender dialami pula oleh Kartini Kendeng, termasuk kekerasan fisik, ancaman bersenjata, dan siksaan psikologis dari aparat kepolisian. Namun, Perjuangan mereka tetap berlanjut dengan dukungan jurnalis, NGO, dan aktivis media.

Saat ini, perjuangan Kartini Kendeng ini mengajarkan pentingnya keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Hal ini juga berkaitan dengan ekofeminisme sebagai implikasi kesadaran perempuan terhadap isu eksploitasi alam.

Bencana ekologisme akibat perusakan lingkungan menjadi pemicu utama munculnya keterhubungan gerakan feminis dan ekologis pada tahun 1970-an dan awal 1980-an. Ekofeminisme menjadi suatu keterkaitan dan keseluruhan kehidupan manusia dan lingkungannya.

Baca juga: MANDALIKA: Negosiasi Tradisi, Islam, Ekofeminisme dan Pariwisata

Perempuan yang selalu “dialam-kan” atau “feminim-kan” dengan aktivitas eksploitasi, penetrasi, dan lainnya yang sejenis. Kata-kata inilah yang biasa dipakai dalam aktivitas yang berhubungan dengan alam, sehingga perempuan dan alam memiliki kesamaan simbolik yang sama-sama ditindas oleh manusia yang bersifat maskulin.

Artinya dalam pandangan ini, alam merupakan representasi dan simbol perempuan yang tunduk dalam dominasi laki-laki. Begitupun pegunungan Kendeng telah didominasi penguasa negara yang absen untuk memberi persetujuan pelestarian alam atau pro pada agen eksploitatif.

Aksi-aksi perempuan Kendeng dalam gerakan sosial penolakan pabrik Semen Gresik (Semen Indonesia) menunjukkan salah satu contoh konkret mengenai kepedulian masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada. Pola pikir ekofeminisme telah mampu kesadaran masyarakat mengenai kesetaraan dan keadilan bagi pegunungan Kendeng tanpa eksploitasi yang berlebihan.

Bahkan sampai artikel ini ditulis, masyarakat Kendeng Utara masih terus menggemakan suaranya dalam gerakan menuju bumi yang lebih berkelanjutan. Update kegiatan perempuan dan masyarakat Kendeng dapat dilihat pada akun instagram @omahekendeng.

Referensi:

  • https://www.dw.com/id/sembilan-rahim-kartini-kendeng/a-19197872
  • https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/9-kartini-kendeng-sowan-mbah-maimoen
  • https://pejuangtanahair.org/gunarti-dan-kendeng-lestari-pati/
  • https://repository.unair.ac.id/95355/8/801_Karil_Muryani_Ekofeminisme.pdf
  • https://www.mongabay.co.id/2017/03/06/kendeng-dan-gerakan-ekofeminisme/
  • https://blog.witness.org/2023/06/perempuan-kendeng-indonesia/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WO
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini