Kupatan Kendeng, Tradisi Perayaan Hari Raya Idulfitri ala Masyarakat Kendeng Utara

Kupatan Kendeng, Tradisi Perayaan Hari Raya Idulfitri ala Masyarakat Kendeng Utara
info gambar utama

Kupatan Kendeng merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kendeng utara, tepatnya di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, untuk memperingati lebaran.

Kendeng Nguripi Kwalat Lamun Ora Ngopeni” menjadi tema Kupatan Kendeng 2024, yang memiliki arti sebagai pengingat kepada masyarakat bahwa Pegunungan Kendeng berperan penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sekitarnya.

Idulfitri dimaknai sebagai kembali menjadi suci dari segala dosa, keburukan, dan kesalahan. Tradisi kupatan ini juga memiliki makna yang sama, yakni ngaku lepat atau mengakui kesalahan dan permintaan maaf.

Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) melakukan kupatan Kendeng selama dua hari, melalui tiga rangkaian acara pada lokasi yang berbeda. Lokasi penyelenggaraannya merupakan daerah yang terdampak oleh aktivitas industri Semen Gresik (sekarang Semen Indonesia).

Berikut merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam tradisi kupatan Kendeng.

Baca juga: Makna Ibu Pertiwi dalam Tradisi Masyarakat Kendeng untuk Lestarikan Alam

Temon Banyu Beras

Prosesi Temon Banyu Beras
info gambar

Acara diawali dengan prosesi temon banyu dan beras yang dilakukan di Desa Pasucen, Kecamatan Gunem (14/04/2024), dengan mempertemukan bulir beras dengan air. Pertemuan inilah yang akan menjadi ketupat sebagai makanan dan sumber energi bagi manusia untuk tetap hidup.

Acara ini dilakukan dengan ibu-ibu yang membawa beras dalam wadah, kemudian beras ini dibawa ke sumber air untuk di-kose. Selanjutnya, beras dibawa pulang untuk dimasukkan dalam anyaman ketupat, dimasak, dan disusun membentuk gunungan.

Temon banyu melambangkan bahwa air menjadi sumber kehidupan makhluk hidup, sehingga tanpanya maka kehidupan akan musnah.

Prosesi ini dilakukan secara hening dan tanpa suara yang melambangkan kesucian hati selepas mengendalikan hawa nafsu selama 30 hari selama bulan puasa. Selain itu, prosesi ini juga memberikan pengingat “kembali eling dan kliningan” kepada manusia agar tidak serakah.

Lamporan

Prosesi Lamporan Kupat Kendeng
info gambar

Acara berikutnya dilaksanakan di Kendeng Pisowanan, Desa Tegaldowo, di malam hari, pada hari yang sama dengan dilakukannya prosesi temon banyu beras.

Lamporan merupakan prosesi yang dilakukan secara turun temurun dari leluhur, sebagai upaya untuk mengusir hama pertanian. Namun, hama yang dimaksud termasuk juga kebijakan yang tidak berpihak kepada petani dan dunia pertanian.

Isu-isu pengalihan fungsi lahan subur untuk industri dan pertambangan juga merupakan hama bagi petani. Karena pegunungan serta hutan Kendeng yang berfungsi sebagai sumber utama keberlangsungan dunia pertanian, seperti penyedia air dan oksigen, menjadi hilang.

Arak-Arakan Kupat

Prosesi Arak-arakan Kupat Kendeng
info gambar

Acara ditutup dengan prosesi dono weweh kupat lepet. Gunungan yang berisi ketupat dan jajanan diarak mengelilingi Desa Tegaldowo, pada Senin siang sekitar pukul 13.00 (15/04/2024).

Kemudian, ketupat dibagikan kepada seluruh warga desa sebagai ajakan kepada warga desa untuk menyelamatkan Pegunungan Kendeng dari penambangan batu kapur dan alih fungsi hutan atau lahan pertanian untuk semen.

Ketupat ini menjadi simbol sebagai tanda lepat, yang berarti bahwa meminta maaf terhadap sesama perlu dilakukan, karena manusia merupakan makhluk yang penuh dengan kekurangan, kesalahan, dan dosa.

Baca juga: Solidaritas dan Hal Baik Lain tentang Aksi Petani Kendeng

Kupatan Kendeng yang telah dilakukan sejak tahun 2015, merupakan tradisi perayaan hari raya Idulfitri serta tradisi penghormatan kepada alam. Selain meminta maaf kepada sesama, manusia juga harus meminta maaf kepada Ibu Bumi yang memberikan kehidupan selama ini.

Tradisi tahun ini, masyarakat Kendeng juga menyinggung Banjir yang terjadi di sekitar wilayah Pegunungan Kendeng, seperti Kabupaten Pati, Grobogan, dan Demak. Hal ini merupakan tanda bahwa bumi telah murka. Kendeng itu malati, sehingga Kendeng harus dirawat dengan baik.

Referensi:

  • https://www.mongabay.co.id/2022/05/14/kupatan-kendeng-tradisi-penghormatan-pada-alam/
  • https://tekno.tempo.co/read/1857116/kupatan-kendeng-2024-singgung-bencana-banjir-jawa-tengah-dan-proyek-strategis-nasional

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WO
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini