Cerita dari Jepara: Siswa Mengikuti Lomba Mengukir dan Rencana Seni Ukir Jadi Muatan Lokal

Cerita dari Jepara: Siswa Mengikuti Lomba Mengukir dan Rencana Seni Ukir Jadi Muatan Lokal
info gambar utama

Belasan siswa tingkat SD dan SMP di Kabupaten Jepara mengikuti lomba ukir atau dikenal sebagai natah, Rabu (24/4/2024). Lomba tersebut digelar oleh SMKN 2 Jepara itu bertujuan untuk menciptakan generasi seniman ukir yang andal.

Rustam selaku panitia lomba ukir mengungkapkan saat ini Jepara tengah krisis generasi yang mampu melanjutkan seni ukir di Bumi Kartini. Menurutnya, mayoritas pemuda di Jepara mulai beralih ke sektor pabrik yang dinilai lebih menjanjikan. Oleh karena itu, lomba natah ini diadakan untuk mencetak generasi seniman ukir.

"Generasi penerus seni ukir di Jepara sudah langka dan hampir punah. Lomba ini kami buat supaya anak-anak bisa meneruskan generasi pengukir di Jepara," jelas Rustam, Rabu (24/4/2024), dikutip dari Tribun Jateng.

Lomba ukir di SMKN 2 Jepara ini diikuti oleh 18 Siswa yang terdiri dari delapan murid SMP dan 10 murid SD. Mereka harus menyelesaikan motif ukiran khas Jepara, yakni daun trubusan selama 3 jam.

Perkembangan Motif Khas Seni Ukiran Jepara

"Kami beri waktu tiga jam, dari jam 09.10 WIB sampai 12.10 WIB, harus sudah selesai untuk penilaian," jelas Rustam, selaku Kepala Jurusan Kriya Kayu SMKN 2 Jepara.

Seperti yang kita ketahui, Jepara merupakan kota di Jawa Tengah yang dikenal sebagai Kota Ukir. Kota yang terletak di pesisir pantai utara Jawa ini memiliki sejarah panjang mengenai keberadaan mebel dan seni ukir di Indonesia.

Berbagai sumber menyebutkan seni ukir di Jepara telah ada sejak zaman pemerintahan Ratu Kalinyamat pada 1549. Eksistensi kriya atau ukiran dari Jepara ini semakin naik dengan adanya peran RA Kartini yang membantu menjual produk-produk tersebut ke Semarang dan Batavia (Jakarta).

Hingga saat ini, Jepara telah menyumbang pendapatan negara dengan ekspor mebel ke lebih dari 165 negara. Bahkan, Jepara telah dikenal sebagai The World Carving Center atau pusat ukir dunia.

Ratu Kalinyamat dari Tanah Jepara, Pembangun Poros Maritim dan Disegani Portugis

Seni Ukir Akan Jadi Muatan Lokal Pelajaran Sekolah

Mengukir bukanlah kegiatan yang mudah. Rustam yang merupakan guru seni ukir mengungkapkan bahwa belajar mengukir memerlukan waktu yang sangat panjang. Bahkan, untuk dapat membuat ukiran dengan motif standar, para siswa membutuhkan waktu setidaknya satu tahun.

Oleh karena itu, seni ukir tidak dapat diasah secara instan. Seni ukir menjadi salah satu seni yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang cukup tinggi.

"Belum lagi ukiran yang tembus atau relief yang rumit, perlu tahapan lebih lama lagi, belajar ukir harus bertahap," imbuhnya.

Tenun Troso, Tenun Ikat Tradisional Kebanggaan Jepara

Pemerintah Kabupaten Jepara berencana akan memunculkan kembali seni ukir ke dalam muatan lokal mata pelajaran sekolah. Penambahan muatan lokal seni ukir ini telah diatur dalam Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2011, Perda nomor 8 tahun 2018 dan revisi Perda nomor 2 tahun 2024.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Jepara, Ali Hidayat mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini sudah menyiapkan buku panduan dasar dan bahan ajar seni ukir.

"Buku panduan dasar seni ukir untuk sekolah dasar direncanakan tahun ini sudah siap," kata Ali, Jumat (26/4), dikutip dari Suara Merdeka.

Untuk menunjang implementasi tersebut, Disdikpora mengaku pihaknya akan memfasilitasi para pelajar yang potensial di seni ukir melalui pelatihan tidak lanjut atau diklat.

Mengulik Sejarah Jepara sebagai Pusat Seni Ukir Kelas Dunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini