Ratu Kalinyamat dari Tanah Jepara, Pembangun Poros Maritim dan Disegani Portugis

Ratu Kalinyamat dari Tanah Jepara, Pembangun Poros Maritim dan Disegani Portugis
info gambar utama

Bagi orang yang tinggal di luar wilayah Jepara, nama RA Kartini terdengar lebih familiar sebagai tokoh terkenal yang berasal dari wilayah tersebut. Bila menyebut hal lain yang juga berasal dari Jepara, kemungkinan besar akan menjawab mebel atau ukiran kayu.

Perlu diketahui, ada salah satu tokoh penting yang namanya sudah tidak asing lagi di telinga warga Jepara.

Ratu Kalinyamat, itulah namanya. Nama besarnya seakan sudah menyatu dengan denyut kehidupan kota mebel ini, sejajar dengan RA Kartini. Ia adalah seorang pemimpin di wilayah Jepara pada tahun 1549-1579.

Dimana, pada saat itu, Jepara masih merupakan bagian dari Kesultanan Demak.

Sang ratu mempunyai nama asli Retna Kencana. Ia adalah anak dari raja demak ketiga, Sultan Trenggana. Nama ‘kalinyamat’ sendiri diambil sesuai dengan lokasi dari istananya yang berada di Kalinyamat.

Reputasinya sebagai pemimpin perempuan pun tidaklah main-main. Pada zaman itu, tokoh perempuan memang masih tergolong jarang ditemui. Namun, Ratu Kalinyamat mendobrak segala anggapan mengenai pemimpin perempuan.

Ia mulai menjabat sebagai pemimpin wilayah Jepara pada tanggal 10 April 1549. Tanggal ini pula yang kelak dinobatkan sebagai hari jadi Kabupaten Jepara.

Upaya Kembalikan Fosil Manusia Jawa yang Ratusan Tahun di Belanda

Membangun perekonomian hingga mencapai kemakmuran

Pelabuhan Jepara | commons.wikimedia.org
info gambar

“Rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame”

Begitulah julukannya yang tercatat dalam buku catatan sejarah Diego do Couto, sejarawan asal Portugis. Kalimat tersebut berasal dari Bahasa Portugis yang punya arti “Ratu Jepara, wanita yang kuat dan kaya raya, perempuan yang berani”.

Pemberian julukan ini bukanlah tanpa alasan, karena memang Ratu Kalinyamat adalah orang yang benar-benar diperhitungkan pada saat itu, sekalipun itu oleh Portugis.

Pada masa kepemimpinannya, Ratu Kalinyamat melakukan pembenahan dan pengembangan secara besar-besaran, khususnya pada bidang maritim dan ekonomi.

Sebelum ia naik tahta, Jepara bisa dibilang agak terbengkalai karena rangkaian peristiwa yang buruk. Mulai dari masuknya Portugis hingga konflik internal berupa perebutan kekuasaan dalam Kesultanan Demak.

Saat ia mulai naik tahta, hal yang langsung menjadi perhatiannya adalah sisi ekonomi. Ia membangkitkan Jepara sebagai kota pelabuhan yang aktif melakukan perdagangan dengan kota-kota pesisir lain di pantai utara Jawa dari ujung barat hingga ujung timur.

Dalam beberapa waktu, perdagangan ini pun semakin berkembang hingga Jepara menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di pulau Jawa. Pedagang Jepara semakin giat untuk berlayar menjual komoditas khasnya ke negeri seberang di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Bahkan, Kesultanan Johor dan Kerajaan Tanah Hitu pun turut berdagang dengan Jepara.

Dilansir dari medcom.id, menurut Bertram Schrieke, pelabuhan Jepara pada saat itu sudah tergolong sangat bagus. sebab kapal dengan muatan 200 ton lebih sudah bisa berlabuh di sana.

Hasil dari perdagangan internasional ini memberikan keuntungan yang luar biasa besar bagi Jepara. Ekonomi di wilayah tersebut pun mencapai puncak kemakmurannya.

Jung Jawa, Kapal Raksasa Legendaris yang Serang Portugis di Malaka

Disegani oleh Portugis

Ratu Kalinyamat | Melawan Lupa Metro TV (YouTube)
info gambar

Prestasi maritim yang ia miliki tidak hanya dari pengembangan ekonomi saja, namun juga dari segi militer. Di masa pemerintahannya, kekuatan militernya termasuk sangat tangguh. Bahkan, Jepara pernah ditetapkan sebagai Pangkalan Angkatan Laut.

Semangat anti kolonial sangat membara dalam diri Ratu Kalinyamat, dimana pada saat itu Portugis sedang berusaha untuk masuk ke Indonesia. Mengacu dari buku Perempuan-perempuan Pengukir Sejarah karangan Mulyono Atmosiswartoputra, setidaknya ada dua kali penyerangan besar yang Ratu Kalinyamat lakukan di Malaka dan satu kali di Maluku.

Penyerangan di Malaka yang pertama ini dilakukannya atas permintaan dari Sultan Johor yang saat itu sedang berseteru dengan tentara Portugis pada tahun 1550. Jika digabungkan dengan prajurit Jepara, setidaknya ada sekitar 200 kapal perang. Daerah yang dikuasai Portugis di Malaka pun sempat kembali, namun sayangnya akhirnya Portugis melakukan serangan balik.

Perang di Malaka yang kedua adalah ketika Sultan Aceh bekerjasama dengan Ratu Kalinyamat pada 1573. Pasukan Jepara yang dikirimkan oleh sang ratu kali ini berjumlah 15.000 orang pasukan terbaik dengan total 300 kapal perang. Perang yang hebat pun terjadi dan membuat Portugis kewalahan. Sayangnya, pasukan Jepara harus mundur karena kalah teknologi.

Namun, kekalahan-kekalahan ini bukan tak punya arti. Dengan kuatnya prajurit Jepara tersebut ketika pertempuran, ini membuat Portugis semakin memperhitungkan reputasi dari Ratu Kalinyamat sebagai salah satu pemimpin di Jawa. Sebagai hasilnya, Jawa pun terbebas dari invasi besar-besaran oleh Portugis.

Kisah Aliansi Pasukan Jawa Serang Portugis untuk Bebaskan Malaka


Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini