Menilik Bendungan Perjaya, dibangun pada Masa Pemerintahan Belanda

Menilik Bendungan Perjaya, dibangun pada Masa Pemerintahan Belanda
info gambar utama

Bendungan Perjaya terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan, berlokasi sekitar 7 kilometer dari Kota Martapura dan sekitar 200 kilometer dari Kota Palembang. Bendungan ini mulai dibangun pada pemerintahan Belanda dan mulai difungsikan/mengalami perbaikan selama masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991—1995.

Bendungan Perjaya tidak hanya meningkatkan kapasitas irigasi untuk pertanian, tetapi juga menjadi sumber penghidupan bagi penduduk sekitar melalui kegiatan perikanan dan pariwisata. Secara geografis, wilayah Belitang terletak di antara 104° 30ʼ dan 4° 55ʼ Lintang Selatan, dengan luas keseluruhan mencapai 341.015 hektar atau setara dengan 3,41 kilometer persegi. Kecamatan Belitang memiliki mayoritas tanah datar dengan luas sekitar 145.000 hektar.

Menurut penelitian dari lembaga penelitian tanah dan pemupukan di Bogor, tanah di Belitang dominan berupa tanah pedsolik merah kuning, di mana sekitar 40,76% wilayahnya dikategorikan sebagai tanah kritis.

Tanah di wilayah ini terdiri dari campuran tanah lempung dan tanah berpasir. Tanah lempung, ketika tergenang air, akan membentuk lumpur yang cocok untuk pertanian padi sawah, sementara tanah berpasir lebih cocok untuk pembangunan pemukiman.

Belitang terletak pada ketinggian sekitar 44 meter di atas permukaan laut, memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh musim penghujan dan musim kemarau. Wilayah ini dilalui oleh tiga sungai utama, yaitu Sungai Komering (162 km), Sungai Macak (30 km), dan Sungai Belitang (30 km).

Sulbar Punya Bendungan Pertama Senilai Rp1 Triliun, Kapasitas 65 Juta M3

Belitang adalah salah satu dari 13 marga yang tergabung dalam Onderafdeeling Komering Ulu, yang dipimpin oleh kepala marga yang dikenal sebagai Pasirah. Onderafdeeling Komering Ulu memiliki pusat pemerintahan di Martapura, dan juga terdiri dari marga-marga lainnya, termasuk Semendawai Suku I, Semendawai Suku II, Semendawai Suku III, Madang Suku I, Madang Suku II, Buay Pemuka Bangsa Raja, Buay Pemuka Peliung, Paku Sengkunyit, Bunga Mayang, Buay Pemaca, Lengkayap, Kitti, dan Belitang.

Pada tahun 2003, Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) dengan Ibukota Martapura; (2) Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua dan (3) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibukota Baturaja.

Pembangunan Bendungan Perjaya

Ketika seorang ahli tanah yang diundang oleh pemerintah Belanda berkunjung ke wilayah marga Belitang, ia mencatat bahwa meskipun tanahnya kaya akan tanah liat yang mendukung pertanian padi, mineral-mineral penting untuk pertumbuhan tanaman tidak terlalu melimpah. Namun, penelitiannya tentang endapan lumpur dari sungai Batanghari Komering menunjukkan bahwa air irigasi dari sungai tersebut akan memperkaya lahan pertanian dengan nutrisi yang diperlukan.

Rencananya, fase awal proyek irigasi dijadwalkan akan terselesaikan pada 1 Oktober 1941, empat tahun setelah pendatangan pemukim awal. Sementara sisa pekerjaan direncanakan akan rampung pada 1 Oktober 1943.

Bendungan Komering dibangun dengan tujuan menyediakan irigasi intensif bagi seluruh wilayah koloni Belitang, menggunakan Sungai Komering sebagai sumber air utama. Setelah selesai dibangun, proyek tersebut akan diimplementasikan secara bertahap seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk.

Beberapa tahun kemudian, setiap bagian dari wilayah Belitang yang telah ditebang dan dikelola oleh para petani akan diubah menjadi tegalan terlebih dahulu, sebelum secara bertahap dibentuk menjadi area persawahan dengan pembatasan yang jelas, seperti jalan atau galengan baru. Kemudian, area persawahan baru tersebut akan disediakan dengan air melalui pipa utama untuk keperluan irigasi.

Melihat Proyek Bendungan Jragung di Jateng yang Telan Dana Rp23 Triliun

Pada tahap awal pembangunan Bendungan, penyediaan air untuk area persawahan masih terbatas karena struktur bangunan masih sederhana. Bendungan dibangun menggunakan karung-karung berisi tanah yang disusun tumpuk-tumpuk dengan bagian tengah dibentuk seperti gorong-gorong, di muara sungai Komering. Akibatnya, mayoritas petani masih bergantung pada air hujan sebagai sumber utama untuk mengairi pertanian mereka.

Situasi ini berlanjut hingga setelah kemerdekaan. Pembangunan Bendungan modern baru terjadi pada masa Orde Baru, terfokus di Desa Perjaya, Kecamatan Martapura, dan dikenal sebagai Bendungan Perjaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketersediaan air yang sebelumnya terbatas di daerah Kurungan Nyawa.

Pada masa Orde Baru, pembangunan Bendungan Perjaya berlangsung selama empat tahun, dimulai pada tahun 1991 hingga 1995. Pada tahun 1996, air mulai dialirkan ke Belitang. Tujuan utama Bendungan Perjaya adalah untuk meningkatkan area irigasi di Belitang dengan total luas mencapai 120.000 hektar. Pada tahun 1994, bendungan ini mulai dioperasikan untuk melayani jaringan irigasi sekunder di Belitang dengan luas sekitar 20.968 hektar.

Setelah Bendungan Perjaya selesai dibangun, pasokan air untuk pertanian di wilayah Belitang menjadi melimpah karena bendungan ini dilengkapi dengan sistem hidrolik yang canggih, sehingga mampu mengalirkan air secara optimal. Pembangunan bendungan besar di Belitang tidak lepas dari pengetahuan masyarakat Jawa tentang pengelolaan lahan yang kurang subur dengan menggunakan sistem irigasi.

Sebelumnya, Belitang adalah daerah yang ditumbuhi hutan dengan beragam binatang liar seperti gajah, babi hutan, rusa, monyet, tikus, ular, dan hewan berbahaya lainnya. Namun, dengan kedatangan para kolonisasi dan pembukaan lahan pemukiman serta pertanian yang didukung oleh sistem irigasi yang baik, wilayah Belitang mulai berkembang secara ekonomi dan menjadi seperti yang kita kenal saat ini.

Referensi:

https://repository.radenfatah.ac.id/19072/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

VR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini