Punya Wajah Baru, Kawasan Agrowisata Tamansuruh Banyuwangi Siap Dikunjungi Wisatawan

Punya Wajah Baru, Kawasan Agrowisata Tamansuruh Banyuwangi Siap Dikunjungi Wisatawan
info gambar utama

Proyek pembangunan kawasan Agrowisata Tamansuruh di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah selesai dilaksanakan.

Konsep pembangunan Agrowisata Tamansuruh ini disesuaikan dengan fungsi dari objek wisata yang memanfaatkan sektor pertanian, sekaligus memperhatikan kelestarian lingkungan dan kebudayaan lokal, khususnya rumah adat Suku Osing.

Pengembangan Kawasan Agrowisata Tamansuruh di Kabupaten Banyuwangi merupakan bagian dari kawasan prioritas pembangunan di Jawa Timur, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan - Kawasan Bromo Tengger Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.

Pengerjaan penataan kawasan ini dimulai oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur, yang merupakan bagian dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian PUPR, bekerja sama dengan kontraktor pelaksana PT Lingkar Persada sejak bulan September tahun 2021, dan telah selesai pada akhir tahun 2022.

Ithuk-ithukan, Ungkapan Syukur Masyarakat Osing di Banyuwangi atas Melimpahnya Air

Fasilitasnya makin lengkap, daya tarik makin besar

Dok. PUPR
info gambar

Agrowisata Tamansuruh adalah destinasi wisata alam seluas 10,5 hektar (ha) yang terletak di lereng Gunung Ijen, tepatnya di Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

Tempat ini berjarak sekitar 26 kilometer (km) dari Bandara Internasional Banyuwangi, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit melalui jalur darat. Dengan dilaksanakannya program penataan Agrowisata Tamansuruh, diharapkan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, serta turut berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Kegiatan penataan ini didanai menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp27,5 miliar, yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan pedestrian, area parkir, dan area tiket.

Selain itu, juga dilakukan pembangunan kios souvenir, ruang tunggu supir, sanggar tari, bangunan inti, mushola, toilet, view deck, ground water tank untuk penampungan air bersih, dan rumah adat suku Osing. Rumah adat tradisional Osing ini memiliki struktur utama berupa kolom, yang dalam bahasa lokal disebut soko, dengan menggunakan bahan material kayu berkualitas terbaik.

Selain itu, terdapat juga fasilitas perpustakaan digital dan ruang aktivitas Smart Kampung Osing yang menampilkan informasi mengenai kebudayaan asli Banyuwangi dan komoditas pertanian di Agrowisata Tamansuruh.

Di sekitar bangunan rumah adat, terdapat penanaman bunga-bunga yang menambahkan nuansa khas keaslian budaya Banyuwangi.

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan serta Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja, menyatakan bahwa penataan ini merupakan upaya untuk mendukung pengembangan pariwisata dan pelestarian budaya di Banyuwangi, dengan harapan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.

“Dukungan infrastruktur penataan kawasan Agrowisata Tamansuruh bagian dari upaya Kementerian PUPR dalam mendukung pengembangan wisata edukasi bertaraf internasional serta berwawasan lingkungan dan kelestarian budaya Kabupaten Banyuwangi,” ujar Endra dalam keterangan resmi.

Kemerduan Musik Banyuwangi yang Menjadi Tuan Rumah di Tanah Sendiri

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini