Kemerduan Musik Banyuwangi yang Menjadi Tuan Rumah di Tanah Sendiri

Kemerduan Musik Banyuwangi yang Menjadi Tuan Rumah di Tanah Sendiri
info gambar utama

Masyarakat Banyuwangi dalam dunia musik sangat terbuka dengan pengaruh dari luar. Kendang. Selain itu, masyarakat Banyuwangi juga merasa begitu bangga dengan musik dari daerahnya tersebut.

Tidak hanya di radio komunitas, radio komersial-profesional pun ikut keranjingan lagu Banyuwangian. Misalnya radio Blambangan FM. Radio ini punya blocking time khusus untuk tembang banyuwangian, mulai dari terbaru hingga klasik.

Kelezatan Pecel Rawon, Identitas Masyarakat Banyuwangi dari Bidang Kuliner

Bagi warga Banyuwangi, lagu banyuwangian sangat menarik karena dianggap lebih asik dan mengena di hati masyarakat. Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Jember Ayu Sutarto mengatakan lagu banyuwangian merupakan cermin semangat identitas warga.

“Sejak dulu masyarakat Banyuwangi merasa bukan Bali atau Jawa. Maka, identitas Using ini ditonjolkan dan akan terus bertahan,” kata Ayu yang dimuat Kompas.

Jadi tuan rumah

Andang CY, seniman sekaligus pencipta lagu menyebut musik banyuwangian memang menjadi tuan rumah di tempat sendiri. Dikatakannya daerah ini tak pernah sepi dari karya seni dan juga musik.

Dirinya menyebut awalnya musik banyuwangian berasal dari alat tradisional seperti gamelan, angklung bambu, hingga patrol atau musik klotekan dalam istilah Jawa. Mereka biasanya akan membawa musik untuk keliling kampung.

“Dulu orang membawa alat musik bambu saat jaga keliling kampung. Mereka memainkan dengan harmoni, dan muncullah tradisi patrol sampai saat ini,” kata Andang.

3 Festival Banyuwangi Yang Membangkitkan Sektor Ekonomi Pasca Covid-19

Sesepuh desa adat Using Kemiren di Banyuwangi, Purwardi atau Mang Pur menyebut musik angklung pun terdorong dari budaya agraris masyarakat Banyuwangi. Biasanya masyarakat Using bermain angklung paglak untuk mengusir lelah sesuai bekerja di sawah.

“Banyuwangi merupakan daerah subur. Tidak perlu susah mengolah tanah. Jadi, waktu tak banyak tersita untuk bekerja. Petani pun ada waktu luang untuk bermusik. Dari situlah karya kesenian itu tumbuh,” katanya.

Terus berkembang

Pada awal 1980-an, musik banyuwangian yang dulu dimainkan para petani ini berkembang menjadi kendang kempul, yakni paduan musik tradisional dengan dangdut dengan instrumen utama kendang dan kempul.

Tahun 1998-2000, seniman Banyuwangi, Catur Arum mengalami genre musik hibrid banyuwangian. Disebut hibrid karena musik yang digunakan masih bernuansa tradisional, yakni mengusung patrol tetapi diwarnai beragam jenis musik.

Indonesia Kini Punya Pabrik Kereta Api Terbesar di Asia Tenggara

Belakangan saat industri musik ramai dengan musik jedug-jedug ala disko, kreativitas masyarakat Using juga tak berhenti. Misalnya ketika ada koplo musik yang masuk dan berakulturasi dengan budaya Banyuwangi menjadi koplo banyuwangian.

Industri musik pun terus tumbuh dan bertahan di Banyuwangi. Tak peduli industri musik nasional atau internasional sedang lesu atau bergairah, seniman Banyuwangi tetap mendapatkan pasarnya di kawasan ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini