Work From Anywhere, Filosofi Para Pengembara Digital Tanpa Dibatasi Ruang dan Waktu

Work From Anywhere, Filosofi Para Pengembara Digital Tanpa Dibatasi Ruang dan Waktu
info gambar utama

"Work From Anywhere."Ya, mungkin itulah falsafah dalam bekerja yang pas dalam kondisi kekinian saat ini. Konsep WFA seolah ingin menjawab bahwa bekerja tidak harus dilakukan pada ruang cubical room dengan seragam formal, meja rapat, perangkat komputer, dan printer pada ruang kerja kantor, Kawan.

Memasuki era tahun 2020 atau empat tahun silam, dunia diperhadapkan pada pandemi COVID-19 yang melanda. Pandemi ini merubah pola bekerja dan pola interaksi sosial penduduk dunia. Masyarakat dibatasi untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pemerintah pun mensyaratkan bahwa masyarakat harus menjalani vaksin pertama maupun vaksin kedua COVID-19 sebagai syarat untuk melakukan perjalanan.

Rapid antigen test menjadi tren populer di mana-mana. Klinik dan pusat layanan kesehatan di Indonesia dibanjiri permintaan rapid antigen beserta surat dokumen bukti kelengkapan. Bukti pendukung yang harus ditunjukkan entah di perbatasan wilayah, di bandar udara, terminal, maupun pada kantor pemerintahan sebagai syarat seseorang untuk bisa melakukan perjalanan.

Namun, era pandemi COVID-19 sudah berakhir. Kita sudah memasuki era pasca pandemi COVID-19 bagi masyarakat dunia. Kita sudah lebih "leluasa" dalam melakukan berbagai aktivitas. Baik aktivitas bisnis atau usaha, perjalanan dinas, plesir untuk berwisata, perjalanan untuk studi hingga perjalanan untuk urusan keluarga. Tiada lagi pos perbatasan pada fasilitas publik atau pos pemeriksaan surat antigen COVID-19 yang dilakukan pengampu kebijakan kepada khalayak umum.

Digital Nomad? Gaya Hidup Kerja yang Digandrungi Anak Muda

Dari Work From Office (WFO) Menuju Work From Home (WFH)

Pertengahan tahun 2020 hingga sekitar tahun 2021, istilah WFO dan WFH merebak di kalangan profesional di tanah air, Kawan GNFI. Selama ini, dunia birokrasi pemerintahan, pendidikan, swasta, maupun kalangan pengusaha sudah terbiasa dengan jargon WFO alias Work From Office dalam bekerja. Namanya bekerja dan belajar, ya harus di kantor atau di gedung sekolah. Begitulah kira-kira filosofi WFO secara konservatif.

Namun, seiring dunia yang "dipaksa" untuk memasuki era new normal atau era kenormalan baru, kita pun seolah digiring bersama-sama untuk ikut bertransformasi. Sekolah yang tadinya harus dilakukan tatap muka, dirubah pola dan sistemnya menjadi sekolah daring atau online.

Dengan media Zoom atau Google Meet dengan dibumbui video tutorial singkat, para pelajar dan siswa memasuki era pembelajaran secara daring. Seolah ingin menjadi bagian masyarakat digital dengan kemajuan teknologi informasi, generasi kita, baik di SD, SMP dan SMA, sudah semakin terbiasa dengan platform pembelajaran secara daring.

Konferensi atau rapat biasa dijalani para pebisnis dengan mitra dan kliennya di ruang rapat maupun aula ruang presentasi secara luring. Di mana mereka harus berjumpa langsung satu sama lain, melihat gesture dan mimik muka, lanjut berdiskusi dengan aneka intonasi suara dalam rapat pada dunia nyata yang terkadang berjalan alot. Thus, lalu muncul terminologi WFH alias Work From Home, bahwa aktivitas pekerjaan dan profesional bisa dilakukan dari rumah.

Namun, pada era new normal, para entrepreneur ini pun sudah mulai terbiasa dengan platform rapat secara daring. Mereka bisa mempresentasikan target dan omset perusahaan serta visi misi korporasi secara daring pada platform presentasi Zoom, bahkan dari rumah masing-masing.

Para aparatur pemerintahan kita juga sudah terbiasa dengan rapat secara daring. Seolah, tanpa batas ruang dan waktu, kegiatan rapat dan lokakarya bisa tetap dilakukan mulai dari Sabang sampai Merauke dengan fleksibel. Lebih efisien pula karena bisa memotong biaya dan perdiems perjalanan dinas karena semua hadir melalui Zoom.

Idiom World Class Government ikut dicanangkan pada birokrasi pemerintahan Republik Indonesia di era tahun 2024 ini. Salah satu akses menuju World Class Government atau pemerintahan berkelas dunia adalah sumber daya manusia aparatur yang melek teknologi. Didukung teknologi informasi digital yang canggih dan kecerdasan artifisial yang kerapkali disebut AI atau artificial intelligence.

Sistem pemerintahan berbasis elektronik atau SPBE juga diakselerasi penuh baik pada kementerian lembaga hingga pemerintah daerah. Birokrasi yang paperless (tanpa perlu mencetak kertas) juga ditingkatkan pada mekanisme birokrasi yang pada hilirnya akan mempengaruhi kelestarian lingkungan juga.

Kupas Tuntas Tren Digital Nomad, Alias Bekerja Sambil Liburan

Memang harus diakui, praktik menuju birokrasi kelas dunia di Indonesia masih terjadi beberapa ketimpangan antara instansi pusat dengan daerah. Namun, itu tidak menjadi alasan, pelaksanaan SPBE dan digitalisasi pemerintahan harus terus dikebut di nusantara.

Work From Anywhere, Suatu Keniscayaan Kontemporer yang Tidak Bisa Terhindarkan

Seiring dengan disrupsi digital dan teknologi informasi yang terjadi di dunia, kita pun ikut mengalami perubahan pola hidup. Hal yang awalnya dirasa mustahil dan tidak mungkin, menjadi mungkin untuk dilakukan.

Mempertemukan dua atau lebih objek yang terpisah jarak pada dimensi waktu yang sama menjadi mungkin. Proses tutorial untuk transfer ilmu pengetahuan antara mekanik dengan teknisi lintas negara menjadi mungkin dengan teknologi video call dan platformnya. Tidak perlu jauh jauh membeli tiket untuk bepergian dari kota A ke kota B atau dari negara C ke negara D. Semua bisa dilakukan secara daring dan digital. Cepat dan efisien.

Dok Pribadi Danny Richard P Tampubolon
info gambar

Bahkan presentasi antara mahasiswa dengan dosen atau pembimbing yang berbeda kota, pulau dan negara, dapat dilakukan dengan teknologi digital. Jarak tidak menjadi penghambat dan penghalang untuk bekerja dan melakukan inovasi.

Bagi para profesional, melakukan aktivitas pekerjaan tidak harus dilakukan di ruangan kerja masing-masing. Pekerjaan dengan teknologi digital bisa dilakukan di alam terbuka secara alfresco, baik di kafe, restoran, beranda kamar hotel atau bahkan di tempat wisata di pegunungan sekalipun. Syarat utamanya yang penting adalah adanya perangkat telekomunikasi dan akses data yang mendukung.

Bekerja tidak harus terpaut dimensi ruang dan waktu. Proses berkinerja bisa dilakukan di akhir pekan bahkan di ruang tidur atau beranda rumah kita. Bersyukurlah pada disrupsi digital saat ini, karena kita ikut mengalami perubahan fundamental pada pelbagai sisi kehidupan kita.

Menarik Para Digital Nomad Tinggal di Indonesia

Pekerjaan membuat artikel, melakukan editing pada video presentasi dan menyusun telaah analisis data bisa dilakukan di komputer jinjing kita masing-masing. Tanpa harus datang dan absen ke kantor yang sifatnya formalitas dan rutinitas.

Jadi tetaplah bekerja, berkarya, dan berinovasi tanpa dibatasi dimensi ruang dan waktu ya, Kawan GNFI. Dengan semangat WFA atau Work From Anywhere, kita dapat menunjukkan performa darimanapun juga tanpa batas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini