Mengenang Tragedi Lumpur Sidoarjo, Awal Mula sampai Pengembangan Geowisata

Mengenang Tragedi Lumpur Sidoarjo, Awal Mula sampai Pengembangan Geowisata
info gambar utama

Lumpur menyembur sejak tanggal 29 Mei 2006 di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Bahkan, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda semburan akan berhenti. Para ahli geologi memperkirakan fenomena semburan akan berlangsung lebih dari 30 tahun.

Seiring berjalannya waktu, lumpur Sidoarjo sekarang tampak seperti lautan luas. Kini, para warga yang rumahnya tenggelam dalam lumpur telah mendapatkan ganti rugi serta merajut kehidupan baru. Di sekitar area semburan juga sudah tidak didapati pemukiman warga.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono bahkan pernah menyatakan usul agar menjadikan kawasan luapan lumpur Lapindo sebagai kawasan wisata. Seperti apa awal mula semburan lumpur dan upaya pengembangan geowisata di Porong, Sidoarjo? Simak artikel berikut!

Awal Mula Lumpur Lapindo

PT Lapindo Brantas memulai pengeboran sumur eksplorasi Banjar Panji-1 yang dikomisikan untuk menentukan kelayakan dari mengambil hasil pembentukan gas alami besar yang terpendam (kunjung formation). Pada 29 Mei 2006 lumpur menyembur sekitar 200 meter dari pemboran sumur ini. Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa sumur tersebut yang memicu lumpur gunung berapi Sidoarjo (mudflow).

Pulau Lusi: Pulau Lumpur yang Menjadi Destinasi Wisata di Kabupaten Sidoarjo

Pengeboran di sumur Banjar Panji-1 milik PT Lapindo Brantas terletak di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Menurut warga setempat, pada pertengahan 2005, PT Lapindo Brantas menjajaki warga Desa Siring agar menjual tanah untuk dijadikan lokasi pengeboran. Warga pun menolak permintaan tersebut.

Tak patah arang, PT Lapindo Brantas menjajaki desa lainnya, yakni Desa Jatirejo. Namun, kembali gagal mendapatkan tanah. Penolakan terjadi lantaran tanah yang diincar PT Lapindo Brantas di Desa Jatirejo hendak dibeli setengah dari harga tanah mereka.

Pada Maret 2006, PT Lapindo Brantas mencari lahan di Desa Renokenongo meski awalnya juga terjadi penolakan oleh warga. Perusahaan berhasil memperoleh tanah atas bantuan kepala desa setempat. Kepala desa mengatakan pada warganya bahwa tanah itu digunakan untuk membangun peternakan ayam.

Mengutip dari buku Konspirasi Dibalik Lumpur Lapindo: Dari Aktor Hingga Strategi Kotor karya Ali Azhar Akbar (2007), pada 18 Mei 2006, saat pengeboran 8.500 kaki, PT Medco Energi telah memperingatkan agar operator segera memasang selubung pengaman (casing) berdiameter 9 5/8 inci.

Namun, hingga pengeboran mencapai kedalaman 9.297 kaki (sekitar 2.833,7 meter) prosedur baku itu diabaikan. Casing hanya dipasang sampai kedalaman 3.580 kaki, sedangkan sedalam hampir 1.700 meter lebih, dibiarkan bekerja tanpa casing. Saat pengeboran kedalaman 9.297 kaki.

Pada 27 Mei 2006, Lapindo mengaku kehilangan lumpur atau loss. Masuknya lumpur pengeboran berfungsi sebagai pelumas mengangkut serpihan batu hasil pengeboran. Kejadian ini ditanggulangi dengan LCM (lost circullation materials) yang terdiri mineral fiber, mika/plastik butiran marbel, kayu dan kulit biji kapas.

Setelah itu sumur tidak lagi kehilangan lumpur. Rangkaian alat pengeboran dicabut hingga kedalaman 4.241 kaki, kemudian terjadi letupan gas (well kick). Letupan gas dari formasi batuan itu menekan alat pengebor sehingga mendorong lumpur naik ke atas.

Pada Minggu, 28 Mei 2006, well kick ditutup dengan kill mud, lumpur berat yang dapat mematikan aliran. Akibat dari kill mud, biasanya sumur mati. Lapindo berusaha mencabut mata bor hingga permukaan tapi gagal karena terjepit. Menurut Syahdun, mekanik pengeboran PT. Tiga Musim Mas Jaya, perusahaan subkontraktor perusahaan Lapindo, semburan gas dan lumpur disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran yang terjadi sekitar pukul 04.30 WIB.

Mengenal Masjid Baitul Hamdi, Saksi Dahsyatnya Semburan Lumpur Sidoarjo

Bor macet saat akan diangkat ke atas untuk mengganti alat. Gas tidak bisa naik melalui saluran fore pit dalam rangkaian pipa bor, gas kemudian menekan ke samping dan akhirnya keluar permukaan melalui rawa.

Penanggulangan Lumpur Sekarang

Pada 2 Maret 2017, pemerintah menetapkan Peraturan Presiden No 21 tahun 2017 tentang pembubaran BPLS serta membentuk Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS). Lembaga tersebut menjadi bagian dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dibawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Pengembangan Area Lumpur Menjadi Kawasan Geowisata

Melansir laman Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS), mereka tengah mengembangkan kawasan geowisata sebagai upaya pengamanan aset tanah yang telah dibebaskan. Adapun pengembangan geowisata tersebut bertujuan menumbuhkan potensi ekonomi masyarakat setempat. Desain arah engembangan ekonomi daerah sekitar yakni upaya konservasi, edukasi, dan peningkatan ekonomi masyarakat tanpa meninggalkan aspek kearifan lokal.

Ke depan, kawasan geowisata ini terbagi dalam beberapa zona. Terdapat zona anjungan pusat semburan, zona museum lumpur sidoarjo, zona greenhouse dan outbond, zona embrio museum, zona pemanfaatan lumpur, zona sport, zona Ruang Terbuka Hijau (RTH), zona kolam tampung dan konservasi fauna, dan zona RTH perairan. Kementerian PUPR mengalokasikan Rp 287 miliar untuk penanganan kegiatan utama berupa pengaliran lumpur ke Kali Porong kurang lebih mencapai 20 juta kubik per tahun.

Lumpur Lapindo menjadi sejarah kelam yang tidak dapat dilupakan masyarakat Indonesia. Tragedi semburan lumpur di Sidoarjo tersebut menyisakan dampak serta perubahan sosial-budaya baru. Salah satunya pengembangan geowisata di area luapan lumpur yang harapannya dapat menumbuhkan potensi ekonomi masyarakat setempat.

Mengamati Semburan Kawah Oro Oro Kesongo, Benarkah Seperti Lumpur Lapindo?

Sumber referensi:

  • https://sda.pu.go.id/pusat/ppls/main/page/61-pengelolaan--pengendalian-lumpur
  • Konspirasi Dibalik Lumpur Lapindo: Dari Aktor Hingga Strategi Kotor. Ali Azhar Akbar (2007).
  • https://www.jpnn.com/news/dpr-dukung-ide-sby-soal-wisata-lapindo
  • https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2020/05/29/196359/pemkab-didorong-segera-realisasikan-wisata-geopark

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini