Mengamati Semburan Kawah Oro Oro Kesongo, Benarkah Seperti Lumpur Lapindo?

Mengamati Semburan Kawah Oro Oro Kesongo, Benarkah Seperti Lumpur Lapindo?
info gambar utama

Semburan kawah lumpur Kesongo atau lebih akrab disebut dengan Oro Oro Kesongo kembali terjadi pada bulan Februari lalu. Dimuat dari Kompas, letusan ini terjadi selama tiga hari, pada Jumat, Sabtu, hingga Minggu.

“Terjadi tiga hari berturut-turut. Tadi malam terjadi lagi erupsi sekitar jam 01.00 dini hari,” ucap Ranto.

Lokasi semburan ini biasanya terjadi di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Oro Oro Kesongo sendiri merupakan fenomena alam berupa tanah yang mempunyai aktivitas berupa semburan lumpur dan gas belerang atau mud volcano.

Mitos Pengantin Dikutuk Jadi Batu hingga Larangan Nikah Antar Dua Desa

Ahli geologi dari Universitas Diponegoro, Semarang, Tri Winarno menjelaskan agar bisa terjadi mud volcano harus ada pemicunya, biasanya berupa panas dari bawah permukaan bumi yang berasal dari magma.

Dia menganalisa gunung api lumpur itu bisa juga terjadi karena faktor lumpur yang jenuh dan ada faktor tekanan yang tinggi. Fenomena mud volcano di Kabupaten Blora itu juga tak terlepas dari Pulau Jawa merupakan bagian dari jalur gunung api aktif.

“Nah kita bayangkan, kalau misalnya lumpur yang sudah penuh air, dan kalau ada panas di bawahnya, lalu mendidih, (maka) otomatis akan meledak,” paparnya.

Ada kandungan minyak

Ilustrasi Mud Volcano/Shutterstock
info gambar

Sementara itu, Tri Winarno menjelaskan fenomena mud volcano ini sudah biasa terjadi. Bila di luar negeri, ucapnya, Italia sering terjadi fenomena mud volcano. Fenomena ini juga umum terjadi di Indonesia.

Bila melihat di Pulau Jawa, ada bleduk kuwu alias gunung api lumpur di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, serta satu kawasan di Cepu, Jawa Tengah. Hal ini ditekankannya untuk membedakan dengan semburan lumpur di Sidoarjo.

“Hanya saja kalau di Sidoarjo itu pemicunya adalah pengeboran minyak. Pengeboran itu membuat celah atau jalan atau rekahan (sehingga) bisa menjadi jalan untuk lumpur itu keluar,” paparnya.

Situs Wura-Wari: Memori Ketika Pulau Jawa Menjelma Lautan Darah

Ahli Geologi, Handoko Teguh Wibowo mengungkapkan bahwa keberadaan gunung lumpur (mud volcano) di Kesongo tersebut mengindikasikan bahwa di tempat itu terdapat kandungan minyak dan gas.

“Mud volcano menjadi ciri minyak dan gas. Mud volcano selalu berasosiasi dengan keberadaan migas baik di bawah atau di sekitarnya. Hal ini bisa kita lihat di sebelah barat Kesongo ada lapangan migas produktif, lapangan gabus milik Pertamina,” kata Handoko.

Mengandung gas beracun?

Ilustrasi Mud Volcano/Shutterstock
info gambar

Handoko menyatakan gas yang menyembur di lumpur Kesongo mengandung gas hidrogen sulfida (H25) yang bersifat racun pada kadar tertentu. Sehingga jika terhirup maka sudah pasti manusia atau hewan akan keracunan.

Misalnya terjadi pada belasan ekor kerbau yang hilang terpendam tanah dan empat warga mengalami keracunan akibat semburan lumpur bercampur gas beracun di Kawah Kesongo. Walau begitu gas ini tetap bisa dimanfaatkan.

“Jenis minyak dan gas, serupa atau sama persis dengan yang dieksploitasi perusahaan migas,” ucapnya.

Riwayat Blora: Wilayah Bersejarah yang Masyarakatnya Dekat dengan Hutan

Kepala Seksi Geologi Mineral dan Batubara Cabang Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan, Hadi Susanto menjelaskan saat ada erupsi perlu ada tindakan antisipasi. Sehingga masyarakat tak langsung terkena dampak.

“Kalau upaya mitigasi yang dilakukan harus berada di jarak aman dari titik pusat letusan,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini