Mengenal Masjid Baitul Hamdi, Saksi Dahsyatnya Semburan Lumpur Sidoarjo

Mengenal Masjid Baitul Hamdi, Saksi Dahsyatnya Semburan Lumpur Sidoarjo
info gambar utama

Masjid Baitul Hamdi yang berada di Desa Besuki, Kecamatan Jabon, Sidoarjo kini sudah 17 tahun terbengkalai. Masjid yang terlihat megah dan kokoh itu merupakan saksi dari keganasan semburan lumpur.

Dimuat dari kanal Youtube Cak Son Jalan-Jalan, ditunjukkan kondisi dari masjid tersebut. Dilihat dari kondisinya masjid itu sudah terlihat usang. Sementara bagian cat temboknya sudah mulai pudar.

Di bagian belakang masjid terdapat makam masyarakat sekitar. Kemudian di area itu terdapat sungai kecil dan juga rerumputan yang sudah sangat lebat. Bila masuk ke area wudhu, kondisinya airnya sudah mengendap sehingga tak terjamin kebersihannya.

Achmad Irfandi Pulangkan Anak-anak ke Dunianya: Bermain dan Bermain

“Saran saya kalau mau shalat di masjid ini ambil wudhu dari rumah saja. Karena kondisi airnya seperti ini,” ucap pemilik akun tersebut.

Disebutkan masjid tersebut tidak dibuka setiap hari, hanya saat hari Jumat dan perayaan hari besar saja. Walau bagian dalam masjid ditutup, ada beberapa bagian masjid yang masih cukup bagus.

“Kondisinya masih bagus. Lantainya juga pakai marmer,” katanya.

Kompleks Islam

Masjid Baitul Hamdi memang masih digunakan karena letaknya di luar Peta Area Terdampak (PAT). Tetapi karena posisi masjid sangat dekat dengan semburan utama lumpur Sidoarjo membuat warga was-was.

Disebutkan oleh warga setempat bernama Basarudin, sebelum adanya Covid-19 masjid ini masih digunakan untuk menunaikan ibadah berjamaah salat hari Raya Idul Fitri. Tetapi akibat pandemi, warga mulai enggan datang.

“Sehingga masjid ini terlihat tidak terawat,” imbuhnya yang dimuat Detik.

Menelusuri Bekas Pabrik Es Subur Sidoarjo, Benarkah Dibangun dari Zaman Belanda?

Basarudin menyebut sebelum munculnya semburan lumpur, di sekitar masjid berdiri sebuah pondok pesantren. Di depan masjid juga terdapat makam Islam dari warga Desa Besuki. Tetapi warga tak mensholatkan jenazah di masjid tersebut.

“Sholatnya di masjid lain, baru dikuburkan di pemakaman,” jelasnya.

Tak ada pemeliharaan

Dampak dari semburan lumpur ini membuat warga dari belasan desa dari tiga kecamatan yakni Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin harus mengungsi. Mereka mengungsi ke bekas Jalan Tol Sidoarjo-Gempol.

“Sejak dari kejadian tanggul jebol tersebut, warga tidak memikirkan untuk merawat masjid Baitul Hamdi,” ujarnya.

Berdasarkan Perpres No 48 tahun 2008 perubahan dari Perpres No 14 tahun 2007 tentang BPLS tiga desa yakni Besuki, Kedung, Cangkring, dan Pejarakan Kecamatan Jabon dimasukan dalam wilayah terdampak lumpur.

Kisah Sarip Tambak Oso, Sang Robin Hood dari Sidoarjo yang Sakti

Tanah di tiga desa tersebut dibeli oleh negara melalui Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dengan dana dari ABPB. Kecuali tanah yang digunakan untuk fasilitas sosial dan umum, salah satunya Baitul Hamdi.

“Sebenarnya eman mas, masjid Baitul Hamdi ini tidak terawat. Seandainya masjid ini dirawat dengan baik, kemudian dijadikan tempat wisata religi sangat bagus. Bisa menarik wisatawan lokal untuk mengenang keganasan semburan lumpur,” tandasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini