Awal Mula Jayengan Kampung Permata, Surga Bagi Pencinta Perhiasan di Kota Solo

Awal Mula Jayengan Kampung Permata, Surga Bagi Pencinta Perhiasan di Kota Solo
info gambar utama

Jayengan Kampung Permata (JKP) yang berada di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta merupakan kampung unik yang berada di Kota Solo.

Ketika berkunjung ke kampung ini, wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan batu permata yang terpajang di ruko-ruko sepanjang kampung. Hal inilah yang menjadi awal mula nama kampung tersebut.

Ramaikan Perayaan Awal Tahun Baru 2024 di Solo, Street Performance Hingga Night Market

Dimuat dari Surakarta.go.id, dahulu kampung ini menjadi tempat tinggal orang-orang yang berasal dari Suku Banjar, Martapura, Kalimantan Selatan. Masa itu terjadi pada awal abad ke 19 Masehi.

Awalnya, mereka datang ke Kota Solo untuk menawarkan batu mulia, seperti intan dan berlian kepada Sri Susuhunan Pakubuwono X dan para kerabat keraton. Seiring berjalannya waktu, dagangan mereka mulai diminati bangswan dan saudagar lain.

Diberi tempat oleh Sultan

Antusiasme kerabat keraton dan warga sekitar terhadap perhiasan ini sampai ke telinga Sri Susuhunan PB X. Karena itulah raja memberikan lahan kosong untuk dijadikan tempat tinggal sekaligus tempat usaha bagi para pedagang dari Banjar.

“Dari sanalah, mereka ingin menjual berbagai perhiasan khas Kalimantan di Kota Solo.”

Baluwarti: Ekspo Sisi yang Sedikit Terlupakan dari Kultur Surakarta

Lahan kosong yang diberikan itu berada dekat dengan keraton untuk mempermudah koordinasi jika sewaktu-waktu keraton membutuhkan jasa mereka. Para perajin di sana konon memperoleh keterampilan mengasah batu mulia dari leluhur mereka.

“Mungkin kami ini sudah generasi kelima,” kata Ketua Forum Jayengan Kampung Permata,” Yusuf Al Katiri.

Berdiri komunitas

Yusuf mengungkapkan setelah usaha mereka berkembang pesat, banyak dari mereka yang memutuskan untuk menetap di Solo dan menikah dengan masyarakat lokal. Sehingga lahir dalam beberapa generasi.

Untuk mewadahi komunitas tersebut kemudian berdiri lah Jayengan Kampung Permata (JKP) pada 2015. Forum tersebut terbentuk atas bantuan beberapa dosen dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dan dinas terkait.

Jelajah Kota Budaya : Surakarta

“Baru generasi saya ini yang terorganisasi. Kalau sebelumnya masih tradisional. Kalau orang tua dulu sebenarnya sudah punya ide untuk membuat suatu forum, tapi selalu gagal dan generasi saya ini baru berhasil bukan karena saya hebat tapi karena saya dibantu oleh pendamping,” ujar Yusuf.

Hingga saat ini, JKP memiliki kurang lebih 350 anggota, mereka tersebar di Solo Raya dan beberapa daerah lain. Pihaknya selalu jadi andalan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo saat menggelar pameran baik di dalam maupun di luar daerah.

“Setiap ada momen-momen pameran kami selalu diminta mewakili Solo. Setiap tahun kami pergi ke Jakarta, Surabaya, itu sepak terjang kami sampai saat ini,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini