Pesona Kain Pewarna Alami dari Pesisir Kalbar yang Diincar Pelacong Malaysia dan Brunei

Pesona Kain Pewarna Alami dari Pesisir Kalbar yang Diincar Pelacong Malaysia dan Brunei
info gambar utama

Desa Wisata Budaya Tenun, di Desa Sumber Harapan, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat terkenal sebagai sentra kain tenun lunggi. Desa ini selalu ramai didatangi para wisatawan.

“Benar, kini banyak wisman asal Malaysia dan Brunei datang ke tempat sama (Sambas). Mereka datang menggunakan kendaraan pribadi atau berombongan menggunakan bis. Alhamdulilah, kampung kami sudah mulai ramai yang berkunjung, sejak kain tenun lunggi mulai dikenal,” ujar Sasmita, guru di salah satu SMAN di kota tersebut yang dimuat Indonesia.go.id.

Mengulik Pembuatan Kain Kulit Kayu yang Dirawat dari Zaman Prasejarah

Bila dirunut dari sejarah, kain tenun di masyarakat Sambas mulai dikenal dan melakukan praktek menenun secara tradisional pada masa pemerintahan Raden Bima (Sultan Sambas ke-2 yang memerintah pada 1668-1708).

Sejak masa itulah menenun menjadi seni kerajinan dan diwariskan secara turun-temurun sampai sekarang di daerah tersebut. Di masa Hindia Belanda gairah menenun dan jumlah kain tenun yang dihasilkan cukup menggembirakan.

“Boleh dikata hampir di setiap kampung ada perajin dan memiliki alat tenun sendiri,” jelasnya.

Pakai bahan alami

Dikatakan oleh Sasmita yang unik dari kain tenun lunggi dari Sambas adalah kain yang dibuat menggunakan pewarna alami. Mereka masih mempertahankan hal tersebut meski harga per lembarnya mahal.

“Kain tenun dengan bahan pewarna alam banyak dicari konsumen meski harga per lembarnya mahal,” tuturnya.

Baginya ini sangat wajar, karena adanya tuntutan back to nature atau kembali ke alam, kini perajin kain tradisional cenderung menggunakan pewarna alam. Pasalnya, penggunaan tumbuhan pewarna alami dalam tenun tradisional menambah nilai jual dan keunikan.

Selain Batik, Ini 4 Kain Nusantara yang Indah dan Mendunia

Di desa ini, ada sebanyak 30 jenis pewarna yang digunakan oleh perajin kain tenun di daerah tersebut. Jenis pewarna alam itu, antara lain, tumbuhan mengkudu, kunyit, engkerabai, beting, sebangki yang banyak digunakan masyarakat Dayak.

Bagian tumbuhan yang biasanya digunakan sebagai pewarna adalah akar, rimpang, daun, batang, atau kulit batang, bunga, maupun buah. Di mana semua bagian itu bisa menghasilkan warna yang bervariasi.

Motif kain

Keunikan motif kain tenun lunggi adalah kain itu disebut juga kain bannang ammas karena salah satu bahan yang digunakan adalah benang yang berwarna keemasan. Dalam perkembangannya, motif tanaman yang tumbuh di sekitar sungai di Sambas.

Salah satu ciri khas lainnya dari tenun lunggi Sambas adalah motif pucuknya. Motif pucuk rebung berbentuk segitiga, memanjang, dan lancip. Disebut pucuk rebung karena merupakan proses sterilisasi dari tunas bambu muda.

Kain Tenun Kamohu Buton, Warisan Budaya Asal Sulawesi Tenggara

Penggunaan pucuk rebung sebagai ciri khas tenun ini bukan sebuah kebetulan, tetapi memiliki makna yang luas dan mendalam. Sedikitnya ada tiga makna dari penggunaan motif ini sebagai ciri khas.

Pertama sebagai pengingat agar orang Sambas terus berupaya maju, kedua orang Sambas senantiasa berpikiran luas, sebagaimana tumbuhnya rebung, ketiga jika mencapai puncak tertinggi tidak boleh sombong dan arogan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini