Mengulik Pembuatan Kain Kulit Kayu yang Dirawat dari Zaman Prasejarah

Mengulik Pembuatan Kain Kulit Kayu yang Dirawat dari Zaman Prasejarah
info gambar utama

Masyarakat Sulawesi Tengah memiliki tradisi pembuatan kain dari kulit kayu. Ternyata tradisi pembuatan kain kulit kayu yang sudah tua karena diperkirakan keberadaannya telah dikenal manusia sejak zaman prasejarah.

Farida seorang pengrajin memukulkan ike di genggaman tangannya ke lembaran kulit kayu itu. Irama pukulannya statis, layaknya sedang menumbuk padi. Terhantam ike, kulit kayu akan menipis dan melebar.

“Ini baru tahap awal setelah pemotongan dan pengeratan kulit kayu dari tungkalnya. Proses pemukulan dengan ike memakan waktu sehari,” ujar Farida yang dimuat Historia.

Selain Batik, Ini 4 Kain Nusantara yang Indah dan Mendunia

Disebutkan oleh Farida, ada sekitar empat tahapan untuk mengubah kulit kayu jadi sebuah kain yang halus. Kulit kayu masih harus dicuci, direbus, dan dibungkus dengan daun pisang, setelahnya disimpan di tempat lembab selama tiga minggu. Lalu dipukul lagi dengan ike.

“Ini tahapan untuk menyatukan lembaran kulit kayu supaya menjadi sebuah kain siap pakai,” jelasnya.

Dari zaman prasejarah

Suwarti Kartiwa menjelaskan jauh sebelum mengenal tenun, masyarakat membuat kain dari kulit kayu sebagai pelindung tubuh. Dijelaskannya proses ini sudah berlangsung sejak masa prasejarah, seiring dengan keterampilan nenek moyang.

Selanjutnya pembuatan kain kulit kayu tersebar di seluruh wilayah Nusantara, mulai dari Nias, Jawa Tengah, Bali, Halmahera-Maluku Utara, Papua, Kalimantan, dan Sulawesi. Sebagian besar menggunakan kulit kayu dari genus Broussonetia,Ficus, dan Artocarpus.

Kain Tenun Kamohu Buton, Warisan Budaya Asal Sulawesi Tenggara

Khusus untuk Jawa dan Bali, kain kulit kayu tak digunakan sebagai pakaian. Di Jawa ia dijadikan bahan membuat wayang beber, di Bali lembaran kulit kayu dilukis dengan figur-figur dari berbagai mitos, legenda, dan cerita wayang lalu digantung di tempat-tempat upacara dan ritual.

“Di masa awal, kain kulit kayu digunakan dengan hanya melilitkan ke tubuh. Atau menyediakan lubang di bagian tengah untuk memasukan kepala,” jelasnya.

Sempat terhenti

Judi Achjadi dalam Tradisi Kain Kulit Kayu: Masa Lalu & Perspektif Modern menyebutkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan serat kapas, serat ulat sutera, dan bahan tekstil mendesak kain kulit kayu.

Produksi kain kulit kayu mulai berhenti setelah adanya tradisi menenun dan kain impor. Pada masa penjajahan Jepang, jelas Achjadi, terhentinya pasokan kain impor membuat kerajinan kain kulit kayu di daerah Bengkulu, Sumatra, dan Sulawesi sempat hidup kembali.

Pesona Wastra Indonesia, Lebih dari Sekadar Kain Penutup Tubuh

Masyarakat Sulteng juga masih setia membuat kain kulit kayu untuk digunakan dalam upacara adat. Karena itulah kain kulit kayu sudah menjadi barang langka. Sehingga lebih banyak dijual kepada kolektor.

“Saya membuat lebih untuk dijual. Banyak kolektor dan orang asing yang beli. Selembar kain bisa dijual Rp300 ribu,” ujar Farida.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini