Kisah Istana Niat Lima Laras dan Rencana Revitalisasi Setelah Ditetapkan jadi Cagar Budaya

Kisah Istana Niat Lima Laras dan Rencana Revitalisasi Setelah Ditetapkan jadi Cagar Budaya
info gambar utama

Istana Niat Lima Laras menjadi bukti kekayaan masyarakat Melayu – Indonesia. Istana tersebut kini telah berusia 112 dan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya per Maret 2024 lalu. Kini, Istana Niat Lima Laras direncanakan akan direvitalisasi, tidak hanya fisik, melainkan turut melibatkan aspek ekonomi dan sosial.

Istana Gebang, Jejak Masa Remaja Bung Karno di Blitar

Mengenal Istana Niat Lima Laras

Istana Niat Lima Laras merupakan salah satu istana yang menjadi saksi perjalanan bagaimana kerajaan turut melawan para penjajah. Istana ini dibangun oleh Datuk Matyoeda Sri Diraja (Raja ke-12 Kerajaan Lima Laras XII) yang dikenal dengan nama Datuk Muhammad Yuda, yang bertahta pada tahun 1883 – 1919.

Pembangunan istana ini bukan tanpa alasan. Istana Niat Lima Laras dibangun dari nazar atau niat Datuk Matyoeda. Oleh karena itu, istana tersebut dinamakan Istana Niat Lima Laras, yang artinya istana yang dibangun dari niat Raja Lima Laras.

Saat itu, pemerintah Hindia Belanda melarang keras para raja untuk berdagang. Sebab, Pemerintah Hindia Belanda disebut berniat memonopoli perdagangan hasil bumi.

Konon, jika ada yang terbukti melanggar kebijakan tersebut, armada beserta isi dagangan akan ditarik paksa oleh pemerintah Hindia Belanda.

Istana Sisingamangaraja di Bakkara, Tetap Berdiri Meski Pernah Dibakar

Datuk Matyoeda merupakan seorang raja yang kerap berdagang hasil bumi, terutama kopra, damar, dan rotan ke kawasan Malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Oleh karena itu, Datuk Matyoeda sering berhadapan langsung dengan pemerintah Hindia Belanda.

Dari situlah Datuk Matyoeda berniat atau bernazar akan membangun sebuah Istana apabila ia berhasil kembali dengan selamat. Hingga akhirnya, Datuk Matyoeda dapat berlabuh di pelabuhan Tanjung Tiram dengan aman dan juga memiliki untung besar dari berdagang hasil bumi.

Istana Niat Lima Laras dibangun dengan biaya sebesar 150.000 gulden. Pembangunan istana ini mendatangkan 80 orang tenaga ahli dari China dan Pulau Penang Malaysia, serta sejumlah tukang yang berasal dari sekitar istana.

Pura Mangkunegaran di Solo Kini Disebut Sebagai Keraton Milenial, Mengapa?

Istana Niat Lima Laras, Istana yang Selamat dari Penghancuran

Istana Niat Lima Laras © Batubarakab
info gambar

Istana Niat Lima Laras yang terletak di Jalan Istana Desa, Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara dibangun pada tahun 1912. Meski demikian, Datuk Matyoeda bersama keluarga beserta unsur pemerintahannya telah mendiami lokasi istana sejak tahun 1883.

Sayangnya, Istana Niat Lima Laras hanya berjaya selama 7 tahun. Pada 7 Juni 1919, Datuk Matyoeda dinyatakan wafat sekaligus menjadi titik berakhirnya kejayaan Kerajaan Lima Laras.

Meski demikian, aktivitas di istana baru berakhir pada tahun 1923, yakni akhir dari pemerintahan Datuk Muda Abdul Roni (Raja Kerajaan Lima Laras ke-13).

Istana Amantubillah, Jejak Kejayaan Kerajaan Mempawah di Kalimantan Barat

19 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1942, tentara Jepang masuk ke Asahan dan menguasai istana. Pada masa Agresi Militer II, Istana Niat Lima Laras kembali ke Republik Indonesia dan kemudian ditempati oleh Angkatan Laut RI di bawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution.

Istana Niat Lima Laras hanyalah satu di antara sekian peninggalan suku Melayu di Sumatra Utara. Dulu, ada sembilan kerajaan yang masing-masing memiliki istana.

Akan tetapi, pada masa revolusi sosial, semua istana dihancurkan. Hanya Istana Niat Lima Laras yang dibangun oleh Raja Lima Laras ke-12, Datuk Matyoeda yang selamat dan masih bertahan hingga saat ini dan menjadi bagian dari cagar budaya.

Istana Basa Pagaruyung: Wisata Sejarah yang Wajib Dikunjungi di Sumatera Barat

Desain Istana Niat Lima Laras

Istana Niat Lima Laras menyimpan banyak keunikan dari desainnya yang khas. Istana Niat Lima Laras memiliki 6 anjungan yang masing-masing menghadap ke arah empat mata angin, yakni timur, barat, utara, dan selatan.

Istana Niat Lima Laras memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela. Lantai bawah atau lantai dasar istana dihiasi dengan ornamen China dan terbuat dari beton. Tempat itu digunakan sebagai balai ruangan tempat bermusyawarah.

Kemudian, lantai II dan III bangunan yang terbuat dari kayu digunakan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan. Terdapat beberapa kamar dengan ukuran 30 m2 di lantai II dan III yang dihubungkan oleh tangga yang melingkar di tengah-tengah ruangan istana

Istana Balla Lompoa, Rumah bagi Raja Gowa yang Kian Terabaikan

Rencana Pemugaran Istana Niat Lima Laras

Kondisi Istana Niat Lima Laras disebut mulai mengalami pelapukan. Untuk itu, pemerintah berencana melakukan pemugaran atau revitalisasi istana ini.

"Kita sudah sangat peduli dengan heritage ini, baru nanti dilakukan pemugaran. Tidak boleh dilakukan sembarangan. Akan diteliti lagi bagaimana dan apa yang harus dipugar secara fisik," jelas Hidayati, pakar situs budaya.

Ia juga mengungkapkan ada beberapa kriteria out standing value yang wajib dipenuhi jika Istana Niat Lima Laras ingin diakui sebagai warisan budaya UNESCO. Di antaranya, bukti peninggalan-peninggalan, memiliki nilai arsitektur, proteksi fisik dan nonfisik, upaya penyelamatan dan pemeliharaannya, mewakili mahakarya, serta keunikan dan dukungan penuh masyarakat.

Situs Kumitir: Titik Strategis untuk Melacak Posisi Istana Utama Majapahit

Dikutip dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini