Ritual Memandikan Perahu Papak dalam Perayaan Peh Cun jadi Momen Berebut Air Berkah

Ritual Memandikan Perahu Papak dalam Perayaan Peh Cun jadi Momen Berebut Air Berkah
info gambar utama

Perayaan Peh Cun kerapkali dikenal dengan aktivitas balap perahu. Tidak heran, lomba perahu naga menjadi penanda puncak perayaan Peh Cun.

Meski demikian, terdapat satu tradisi yang tidak kalah penting di balik kemeriahan balap perahu tersebut, yakni ritual memandikan perahu.

Ritual memandikan perahu menjadi salah satu penanda puncak perayaan Peh Cun yang digelar pada tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Imlek atau Khongcu Lek. Tahun ini, Peh Cun jatuh tepat pada tanggal Senin, 10 Juni tahun 2024.

Ritual memandikan perahu dalam Peh Cun digelar tepat pada pukul 12 malam di tanggal 5 bulan 5. Artinya, tahun ini ritual memandikan perahu dilaksanakan pada Minggu, 9 Juni 2024 malam.

Memahami Apa Itu Tehyan, Sebuah Alat Musik Hasil Akulturasi Indonesia – Tionghoa

Perahu yang dimandikan bukan sembarang perahu, melainkan perahu papak merah peninggalan Kapitan Oey Giok Koen dari tahun 1900. Oey Giok Koen merupakan salah satu sosok berdarah Tionghoa-Indonesia yang memiliki andil besar pada masa sebelum kemerdekaan.

Oey Giok Koen ialah seorang birokrat dan tuan tanah yang paling dikenal berkat jabatannya sebagai Kapitan Cina Tangerang dan Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), serta sebagai salah satu tuan tanah terkaya di Hindia Belanda (kini Indonesia).

Sebagai Kapitan Cina, ia berperan sebagai pemimpin komunitas Cina di Tangerang.

Mengingat perannya yang besar di kawasan Tangerang dan sekitarnya, ritual memandikan kapal pun digelar di sekitar sana.

Selain perahu papak merah, ritual ini juga turut memandikan perahu pakpak berwarna hijau dan dua perahu naga. Totalnya ada empat perahu yang dimandikan pada malam sebelum perayaan Peh Cun.

Peh Cun dalam Masyarakat Tionghoa, Tradisi Makan Bakcang hingga Mendirikan Telur

Tempat Memandikan Perahu Peh Cun, Dari Jakarta ke Tangerang

Dahulu, perayaan Peh Cun digelar di kawasan Kota, Jakarta. Akan tetapi, karena sungai di Jakarta mengalami pendangkalan, perayaan Peh Cun kemudian dipindahkan ke Sungai Cisadane, Tangerang.

Begitu pula dengan prosesi memandikan perahu. Perahu papak merah peninggalan tahun 1900 yang telah berusia 124 tahun, kini tersimpan dan dimandikan di Vihara Kong Cho, yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Karawaci, Tangerang.

Selain perahu papak merah, di vihara tersebut juga tersimpan perahu papak hijau peninggalan dari tahun 1911. Akan tetapi, perahu papak hijau disebut pernah patah di bagian tengah ketika digunakan dalam perayaan Peh Cun di tahun tersebut.

Dilansir dari Indonesia Kaya, pada prosesi pemandian perahu, perahu papak merah dan hijau dimandikan menggunakan air kembang. Setiap orang yang datang dipersilakan untuk memandikan perahu dengan cara mengusapnya menggunakan kain merah yang sudah disediakan.

Keunikan Museum Benteng Heritage, Bukti Peradaban Tionghoa di Tangerang

Prosesi memandikan perahu ini pun selalu dinanti oleh masyarakat sekitar. Banyak masyarakat yang datang memadati vihara tempat dilangsungkannya prosesi. Mereka yang datang mengharapkan berkah dengan mengambil air bekas memandikan perahu.

Menurut keyakinan, air bekas memandikan perahu akan membawa berkah, seperti rezeki yang terus mengalir bagaikan perahu di tengah arus air.

Setelah prosesi memandikan perahu usai, pada malam hari itu juga diadakan berbagai hiburan. Biasanya berupa seni tradisi Betawi seperti ngibing dan gambang keromong. Selain itu, perayaan juga diramaikan oleh berbagai kuliner khas Pecinan, mulai dari bakcang atau bacang hingga panggangan daging babi.

Mengenal Cina Benteng, Masyarakat Peranakan Tionghoa yang Tinggal di Tangerang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini