Panas Bumi Sumber Energi Ramah Lingkungan yang Hemat Devisa Negara

Artikel ini milik zonaebt dan merupakan bentuk kerjasama dengan Good News From Indonesia.

Panas Bumi Sumber Energi Ramah Lingkungan yang Hemat Devisa Negara
info gambar utama

Berbagai negara saat ini sedang berlomba-lomba memaksimalkan penggunaan sumber energi ramah lingkungan. Panas bumi menjadi salah satu opsi yang sudah dan telah dimanfaatkan oleh sejumlah negara. Tercatat, 29 negara telah memanfaatkan panas bumi atau geothermal untuk menghasilkan listrik. Bahkan, saat ini terdapat 5 negara yang sedang mengembangkan infrastruktur energi berbasis geothermal.

Bukan tanpa alasan, negara-negara tersebut memilih panas bumi karena selain dapat menghasilkan energi berupa listrik dan mengurangi emisi, juga dapat dioptimalkan sebagai sumber daya energi natural domestik.

“Geothermal juga ikut berkontribusi dalam pembangunan daerah,” kata Manager Government & Public Relation Pertamina Geothermal Energy, Sentot Yulianugroho, dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu,(7/8/2021).

Sentot menjelaskan, berdasarkan perhitungan versi Carbon Neutral Calculator, pengurangan gas rumah kaca dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) telah mencapai 14,91 juta ton CO2 per tahun. Jumlah itu didapatkan berdasarkan kapasitas PLTP di Indonesia sebesar 2.130,6 Megawatt.

“PGE yang sudah mengoperasikan pembangkit listrik geothermal sejak hampir lima dekade lalu sudah turut mengurangi berjuta-juta ton gas CO2,” ujar dia.

Saat ini saja, dengan kapasitas 672 MW, PGE sebagai bagian dari Sub Holding Pertamina PNRE telah berpartisipasi mengurangi 3,6 juta ton CO2 per tahun. Hingga saat ini, PGE mengelola tujuh proyek dalam kerangka Clean Development Mechanism (CDM), enam di antaranya terdaftar di UNFCC (United Nations Framework Convention on Climate Change).

Terkait dengan optimasi sumber daya domestik, ujar Sentot, keberadaan PGE dari sisi ekonomi makro telah berkontribusi terhadap penghematan devisa. Sejak 1997, Indonesia harus mengimpor minyak karena produksi dalam negeri tak sanggup memenuhi konsumsi yang terus meningkat. “Beroperasinya PLTP secara tidak langsung berkontribusi terhadap penghematan cadangan devisa migas,” kata Sentot.

Sentot menjelaskan, dengan kapasitas nasional PLTP Indonesia sebesar 2.130,6 Megawatt, berarti setara dengan 100,778 Barrel Oil Equivalent Per Day (BOEPD) yang jika digenapkan satu tahun menjadi 36,78 juta Barrel Oil Equivalent. Jika diasumsikan harga satu barel minyak 50 dollar  AS, devisa yang bisa dihemat selama setahun dari keberadaan PLTP sebesar 1,84 miliar dollar AS.

“Dengan perhitungan yang sama, PGE dengan 672 MW nya memberikan kontribusi penghematan devisa 580 juta dollar AS per tahun,” ujar Sentot. Menurut Sentot, keberadaan geothermal juga berkontribusi terhadap pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). PGE berkontribusi memberikan 34 persen dari pendapatan bersihnya (Nett Operating Income) setiap tahun kepada negara. Kehadiran PLTP juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal lewat partisipasinya dalam pembangunan daerah. Kontribusi paling utama adalah pembangunan infrastruktur.

Dengan lokasi yang selalu berada di remote area, perusahaan harus membangun infrastruktur jalan untuk memperlancar transportasi logistik. Jalan yang tadinya hanya berupa tanah, bahkan hanya jalan setapak, diperlebar dan diaspal. Sentot mencontohkan, masyarakat Desa Ngarip di kawasan lapangan geothermal Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, merasakan betul infrastruktur jalan yang dibangun PGE. Dulu, jika hujan lebat, masyarakat bisa memakan waktu sehari semalam bermobil untuk sampai ke Kota Pringsewu yang berjarak 55 kilometer. Dampaknya, ekonomi Desa Ngarip dan desa-desa yang dilintasi jalan beraspal tersebut ikut berkembang.

“Kehidupan sosial dan kesejahteraan masyarakat meningkat signifikan,” ucap Sentot.

#zonaebt #energiterbarukan #sobatheroes

Baca Selengkapnya

Terima kasih telah membaca sampai di sini