Yang Khas yang Berkhasiat Asli Indonesia

Yang Khas yang Berkhasiat Asli Indonesia
info gambar utama

Kalau di India ada Ayuvreda dan di Cina ada Zhongyi, Indonesia juga punya ragam obat tradisional yang khas dan sering kita sebut dengan Jamu. Tradisi minum jamu diperkirakan sudah ada sejak tahun 1300 pada zaman Kerajaan Mataram. Namun, ada pula beberapa sumber menyebutkan kalau jamu sudah ada sejak masa kerajaan Hindu-Budha tahun 722 M seperti yang tergambar pada relief Candi Borobudur. Bukti sejarah lainnya yaitu penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan Kerajaan Hindu-Majapahit yaitu adanya profesi “tukang meracik jamu” yang disebut Acaraki.

Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah “jamu” berasal dari singkatan dua kata bahasa Jawa Kuno yaitu “Djampi” dan “Oesodo”. Djampi berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa dan ajian-ajian sedangkan Oesodo berarti kesehatan. Pada abad pertengahan (15-16 M), istilah oesodo jarang digunakan. Sebaliknya istilah jampi semakin popular diantara kalangan keraton. Kemudian sebutan “jamu” mulai diperkenalkan kepada masyarakat oleh “dukun” atau tabib pengobat tradisional.

Obat yang penuh filosofi

Seperti yang sudah disebutkan, jamu dulu menjadi salah satu cara penyembuhan penyakit. Berdasarkan pemaparan Martha Tilaar dalam bukunya yang berjudul Kecantikan Perempuan Timur, masyarakat umumnya menggunakan jamu hanya untuk pengobatan karena keterbatasan pengetahuan. Tapi sebenarnya jamu yang dibuat dengan bahan-bahan alami inilah yang justru membuat kakek-nenek kita segar bugar pada masanya.

Bahan-bahan jamu merupakan bahan alami dan diolah dengan cara yang tradisional
info gambar

Bahan-bahan jamu yang paling sering dipakai adalah jahe, kencur, kunyit, lengkuas, temulawak, daun secang dan kayu manis. Buah asam, jeruk nipis dan gula jawa atau gula batu juga dipakai untuk menambahkan rasa segar atau rasa manis pada jamu yang cenderung pahit. Meskipun begitu, ada jenis jamu yang dibiarkan pahit, karena menurut kepercayaan, rasa pahitnya itu justru merupakan bagian penting dari kemanjuran jamu tersebut.

Pada zaman dulu, jamu diracik dengan menggunakan tangan. Sebelum meracik, tabib atau dukun harus melakukan meditasi terlebih dahulu, memohon kepada Tuhan agar obat atau jamu yang diraciknya nanti bahan-bahannya selaras dan dapat bereaksi positif bagi yang mengonsumsinya.

Maka di dalam jamu terkandung makna filosofis yang sangat tinggi yang membutuhkan orang-orang arif bijaksana yang terberkati, sekaligus memahami filsafat hidup secara mumpuni. Di tangan ahli jamu yang demikianlah, tumbuh-tumbuhan, hewan dan benda-benda lain mampu mengeluarkan unsur-unsur berkhasiat obatnya sehingga dapat diambil manfaatnya bagi manusia, dan khasiatnya bisa sangat mengagumkan.

Jamu sangat sarat dengan filosofinya (foto: KFK/ Budi Anto)
info gambar

Selain itu, jamunya sendiri juga terdapat makna filosofis. Kalau kita melihat tukang jamu gendong, biasanya ia membawa delapan jenis jamu di dalam keranjangnya, yakni kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup, dan sinom. Delapan jenis ini menunjukkan delapan mata arah angin sekaligus lambang surya Majapaht, Wilwatikta.

Pun meminum jamu ini ada urutannya agar khasiatnya benar-benar terasa bagi tubuh. Urutannya yang dipercaya jadi urutan ideal dimulai dari jamu yang berasa manis-asam, lalu sedikit pedas-hangat, pedas pahit, tawar, hingga yang manis kembali. Ini disesuaikan dengan kehidupan manusia.

Selain bagi tubuh, jamu juga diyakini sebagai cara penyembuhan holistik, yaitu penyembuhan secara menyeluruh mulai dari fisik, psikologis, hingga spiritual. Banyak yang beranggapan bahwa setelah meminum jamu biasanya tubuh menjadi segar dan tenang.

Siap mendunia

Memang harus diakui, jamu dengan segala keunikannya ternyata belum mampu menembus pasar internasional. Pamornya masih kalah dengan pengobatan Cina dan Arab. Namun, pemerintah Indonesia dan banyak kalangan sedang berjuang memperkenalkan jamu ke mata dunia bahkan mengajukannya sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO.

Menurut direktur Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) Jaya Suprana, jamu sangat bisa menjadi warisan budaya karena tingkat keragamannya sangat tinggi jika dilihat dari ragam jenis jamu di berbagai daerah.

Kata Jaya,"Jamu ini menunjukkan keberadaban bangsa kita karena setiap bangsa yang beradab pasti mempunyai jamu sehingga ini pantas untuk dijadikan warisan budaya dunia."


Sumber :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini