Anak Bangsa Asal Tano Batak Sumut Ini Peraih Penghargaan "Nobel Asia"

Anak Bangsa Asal Tano Batak Sumut Ini Peraih Penghargaan "Nobel Asia"
info gambar utama
Kecintaan pada hutan dan kelestarian masyarakat adat membuat dirinya memutuskan untuk menolak kompromi terhadap pengerusakan hutan. Lewat yayasan dan lembaga swadaya masyarakat yang didirikannya, ia berjuang untuk melestarikan hutan dan menjaga tanah leluhur batak di Sumatra Utara. Berkat perjuangannya tersebut penghargaan Ramon Magsasay 2017 memilih dirinya. Dialah Abdon Nababan.

Abdon Nababan merupakan seorang aktivis dan advokat lingkungan yang getol membela hak-hak hutan dan masyarakat adat. Dirinya telah aktif di dunia pecinta alam sejak masa kuliah di Institut Pertanian Bogor, dengan bergabung Lawalata IPB dan Yayasan Indonesia Hijau (YIH). Dan usai lulus kuliah dirinya lanjut bergabung dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di tahun 1989 dan mulai ikut mendirikan Yayasan Sejati, Yayasan dan Perkumpulan Telapak dan Forest Watch Indonesia (FWI). Sejak saat itulah dirinya mulai banyak berinteraksi dengan masyarakat adat yang hidup dekat dengan hutan.

Masyarakat adat dipandang memiliki peran besar dalam pelestarian hutan. Advokasi Abdon tentang hak-hak masyarakat adat dilakukan melalui Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Salah satu hasil perjuangan pria kelahiran Humbang 2 April 1964 ini dalam mengembalikan hak hutan masyarakat adat adalah keputusan MK di tahun 2012 yang menyebutkan bahwa "Hutan Adat Bukan Hutan Negara" (Putusan MK No. 35/PUU-X/2012). Dampaknya, berbagai produk hukum turunan terkait hutan adat kemudian berlaku untuk melindungi hutan di bawah pengawasan masyarakat adat. Berkat putusan tersebut juga, pencantuman Peta Wilayah Adat sebagai Peta Tematik oleh Badan Informasi Geospasial mulai dilakukan.

Di periode kepemimpinan Abdon pula, AMAN memastikan pencantuman enam poin terkait masyarakat adat di dalam visi dan misi Presiden Joko Widodo (dikenal sebagai NAWACITA). Hasil paling nyata adalah penyerahan Surat Keputusan Pengakuan Hutan Adat kepada sembilan masyarakat adat oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada akhir Desember 2016. Selain itu AMAN juga secara aktif mendorong dan memfasilitasi Rancangan Undang-Undang Masyarakat Adat (RUU MA). RUU ini kini ada di Program Legislasi Nasional DPR RI untuk 2017.

Berkat berbagai perannya dalam pelestarian lingkungan tersebut Abdon Nababan pada tahun 2017 menjadi anak bangsa keempat dari Indonesia yang mendapatkan penghargaan Ramon Magsasay Award setelah Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta periode 1966-1967) di tahun 1971, Abdurrahmah Wahid (Presiden ketiga RI) tahun 1993 dan Syafii Maarif (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah) di tahun 2008. Sedangkan satu organisasi dari Indonesia yang pernah mendapatkan penghargaan ini adalah Dompet Dhuafa di tahun 2016.

Para pemenang Ramon Magsasay Award 2017 (Foto: rmaward.asia)
info gambar

Di tahun ini Ramon Magsasay Foundation memberikan penghargaan pada total ada 6 orang/organisasi, yaitu Yoshiaki Ishizawa (Jepang), Lilia de Lima (Filipina), Abdon Nababan (Indonesia), Asosiasi Pendidikan Teater Filipina (Filipina), Gethsie Shanmugam (Sri Lanka), Tony Tay (Singapura). Mereka adalah sosok-sosok atau organisasi yang kepemimpinannya mampu menyebarluaskan keteladanan, integritas dalam menjalankan pemerintahan dan kegigihan dalam memberikan pelayanan umum di masyarakat yang demokratis. Penghargaan ini resmi diumumkan pada Kamis, 27 Juli 2017.

Ramon Magsasay Award sendiri merupakan penghargaan yang diberi nama berdasarkan nama Presiden ketujuh Filipina. Penghargaan ini dinilai sangat prestisius di Asia. Bahkan disebut-sebut setara penghargaan Nobel. Acara penyerahan penghargaan dilakukan pada 31 Agustus di Manila.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini