Indonesia Ternyata Juga Punya Tradisi Minum Teh Seperti di Jepang

Indonesia Ternyata Juga Punya Tradisi Minum Teh Seperti di Jepang
info gambar utama

Jepang dan Tiongkok amat terkenal dengan tradisi upacara minum teh-nya. Di Jepang, upacara minum teh disebut dengan Sadou yang telah dilakukan sejak zaman edo. Pada zaman itu, upacara minum teh hanya dilakukan oleh kalangan bangsawan untuk menjamu tamu. Namun, hingga kini tradisi tersebut masih dilakukan oleh semua lapisan warga Jepang.

Berbeda jauh dengan Jepang, tradisi minum teh di Tiongkok sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi pada masa dinasti Tang. Bagi masyarakat di Tiongkok, minum teh dipercaya dapat memberikan kesegaran dan kesehatan tubuh. Secara tradisi, minum teh dilakukan masyarakat Tiongkok sebagai bentuk penghormatan anak-anak muda kepada yang lebih tua dengan menawarkan secangkir teh, sebagai tanda permintaan maaf, serta sebagai tanda terima kasih.

Upacara minum teh di Jepang zaman dahulu hanya dilakukan oleh para bangsawan
info gambar

Budaya minum teh juga dilakukan oleh orang-orang di Eropa dan menjadi ritual yang mewah karena seringkali dilakukan oleh kaum bangsawan. Di Indonesia sendiri, meski menjadi Negara penghasil teh terbaik dunia, namun kebiasaan minum teh tidak terlalu sering dilakukan.

Meski begitu, di Garut, Jawa Barat menjadi satu daerah yang punya tradisi minum teh. Konsepnya berbeda dengan tradisi-tradisi minum teh seperti yang dilakukan di Jepang, Tiongkok, maupun Eropa. Tradisi minum teh masyarakat Garut biasa disebut dengan ‘nyaneut’ dan dihadiri oleh para warga setempat.

Suasana Festival Nyaneut tahun 2015
info gambar

Nyaneut merupakan salah satu dari ratusan tradisi yang masih dianut dan dilakukan oleh masyarakat Jawa Barat. Tradisi ini sendiri sudah berlangsung selama ratusan tahun oleh masyarakat Cigedug, Kabupaten Garut. Nyaneut merupakan singkatan dari Nyai Haneut atau Cai Haneut yang artinya air hangat. Biasanya nyaneut dilakukan untuk menyambut tahun baru Islam.

Dulunya, tradisi ini dimulai saat seorang ilmuwan Belanda Karel Frederik Holle membuka perkebunan teh di Cigedug dan Bayongbong pada abad 19. Sejak saat itu kawasan tersebut menjadi penghasil teh berkualitas tinggi. Nyaneut pun menjadi kebiasaan masyarakat Garut dan sekitarnya yang berada di kaki Gunung Cikurai untuk menghangatkan tubuh.

Seperti tradisi minum teh di Tiongkok dan Jepang, Nyaneut juga punya tata cara minum teh tersendiri
info gambar

Sama seperti upacara minum teh di Jepang dan Tiongkok, Nyaneut juga memiliki tata cara dalam meminum teh ala Sunda ini. Biasanya teh disajikan untuk tamu bersama dengan suguhan kudapan berupa singkong rebus. Adapun prosesi meminum teh diawali dengan memutar gelas teh di telapak tangan sebanyak dua kali, setelah itu aroma teh harus dihirup terlebih dahulu sekira tiga kali kemudian teh baru boleh diminum.

Demi menjaga kelestariannya, warga Cigedug pun akhirnya menjadikan Nyaneut sebagai sebuah festival minum teh. Festival Nyaneut ini digagas oleh Dasep Badrussalam yang memiliki tujuan untuk menyadarkan kembali warga Sunda terhadap budaya minum tehnya. Festival Nyaneut biasanya diawali dengan pawai obor dan puncak acaranya adalah ngahaturan cai, yakni memberikan suguhan teh kepada para warga yang berkunjung. Para pengunjuk duduk lesehan dengan sebuah meja yang dirancang dari bambu.

Teh yang digunakan dalam nyaneut adalah teh wejek yang diolah secara tradisional oleh masyarakat Cigedug dan disuguhkan bersama panganan-panganan tradisional seperti ubi jalar, singkong, dan ganyong. Upacara minum teh ini selain dapat menghangatkan tubuh juga mencerminkan kehangatan di tengah masyarakat Indonesia, khususnya dalam hal ini adalah warga Cigedug.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini