Merayakan Keberagaman dengan Jamuan dari Hutan

Merayakan Keberagaman dengan Jamuan dari Hutan
info gambar utama
  • Program Hutan Itu Beragam ditutup dengan acara puncak Jamuan dari Hutan pada Jumat (17/5).
  • Acara ini menutup rangkaian program Hutan Itu Beragam yang diadakan sejak tahun lalu.
  • Putri Indonesia 2010 dna Dewa Budjana turut hadir di acara ini.

Acara puncak Hutan Itu Beragam (HIB) diselenggarakan oleh gerakan Hutan Itu Indonesia (HII) pada Jumat (17/5) lalu di Restoran KAUM, Jakarta. Mengangkat tema ‘Aku, Kamu, Kita Damai di Hutan’, acara ini sekaligus menjadi penutup dari rangkaian program Hutan Itu Beragam yang telah digelar sejak Juli 2018 sampai Februari 2019.

Dilansir dari siaran pers yang diterbitkan HII, program Hutan Itu Beragam adalah insiatif untuk merangkul kalangan lintas iman dan agama, menjadi bagian dari gerakan untuk menjaga hutan Indionesia.

Kemudian untuk tujuan besar program ini adalah untuk menumbuhkan kecintaan pada hutan bagi para umat beragama, dan mengembalikannya menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Memilih Tinggal Menetap di Hutan Lindung, Warga Berkomitmen Tidak Rusak Hutan

Para peserta di Jamuan dari Hutan | Foto: HII
info gambar

“Hutan Itu Indonesia dibentuk sebagai gerakan terbuka untuk semua orang di Indonesia. Lewat program Hutan Itu Beragam ini, gerakan ini berkesempatan untuk memperluas jejaring dengan para pemuda lintas agama yang ternyata juga bangga akan hutan kita, dan bersemangat untuk melindungi hutan Bersama,” ujar PIC Program Hutan Itu Beragam, Gita Syahrani.

Sebanyak 110 tamu undangan hadir di acara puncak ini, yang terdiri dari tokoh agama lintas keimanan, influencer, dan mitra-mitra yang telah bekerja sama dalam program HIB maupun HII.

Diskusi ini membahas kesamaan makna ayat-ayat dari masing-masing agama dalam mentoleransi keberagaman, kemudian ajaran agama yang menjelaskan hubungan antara manusia dengan alam, dan bagaimana hutan bias menjadi sumber inspirasi dalam pembuatan karya yang menembus sekat-sekat perbedaan agama.

“Keberagaman flora dan fauna hutan perlu dijaga. Manusia memiliki nafsu juga akal untuk mengontrol sikap. Setiap agama pun memiliki perspektif masing-masing, tetapi bermakna sama dalam hal rasa kemanusiaan. Kita beragam dan harus hidup saling berbagi dan bergotong royong,” ujar perwakilan dari Kementerian Agama, Hendry Dwiva.

Penampilan dari SATU Band ikut memeriahkan acara Jamuan dari Hutan | Foto: HII
info gambar

BACA JUGA: Kala Hutan Mangrove jadi Penyelamat Lingkungan dan Ekonomi Warga Paremas

Sementara itu Peter Lesmana dari Majelis Tinggi Khonghucu Indonesia (MATAKIN) menerangkan,

“Jika kita bicara mengenai bakti kepada alam, di dalam agama Khonghucu ada banyak penerapannya. Contohnya, jika kita menebang pohon tidak tepat pada waktunya kita tidak berbakti, jika kita memotong hewan tidak tepat pada waktunya kita tidak berbakti. Artinya, jika kita tepat pikir pada waktunya, maka keberlanjutan alam akan terus terjaga.”

Acara yang turut dihadiri Putri Indonesia 2010, Nadine Alexandra Dewi, ini kemudian ditutup dengan penyajian hidangan khas Sintang, Kalimantan Barat. Jamuan ini merupakan kolaborasi HII dengan Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), dan Restoran KAUM Jakarta.

Putri Indonesia 2010, Nadine Alexandra Dewi, (kanan) di acara Jamuan dari Hutan | Foto: HII
info gambar

Berbarengan dengan perjamuan ini, HII juga mengajak para undangan Jamuan HIB dan masyarakat Indonesia untuk berbagi rezeki dengan bersedekah pohon Bersama HII. Sedekal bias dilakukan dengan mengakses laman www.wecare.id/sedekahpohon, hingga 29 Juni 2019.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini