Belajar dari Kejadian Dahsyat di Bolivia

Belajar dari Kejadian Dahsyat di Bolivia
info gambar utama

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah,

Penulis senior Good News From Indonesia, pengajar di berbagai kampus di Surabaya dan Jawa Timur

===

Kalau kita ingin negara kita maju pesat diberbagai bidang maka kita juga harus memperhatikan berbagai variabel yang membuat kita itu maju, misalkan kualitas SDM kita yang makin baik, lingkungan kita terjaga dengan baik, produk-produk kita dibuat dengan nilai tambah teknologi sehingga kita mampu bersaing, pengangguran dan kemiskinan harus turun angkanya, konflik SARA harus dihindari dsb; namun kita harus juga memperhatikan apa yang sedang terjadi di arena global misalkan perang dagang Amerika Serikat dengan Cina yang tak kunjung reda, ketegangan di kawasan laut Cina Selatan, perang di Yaman, Syria, Libya, Afghanistan dan di beberapa negara Afrika seperti di Mali, Sudan, D.R. Conggo juga kejadian demonstrasi yang marak diberbagai belahan dunia misalkan di Paris-Perancis yang ada demonstrasi masa Yellow Vest (karena para pendemo memakai baju rompi warna kuning), di Venezeula, Chili, dan Bolivia, Hongkong dsb.

Semua variabel itu perlu menjadi pelajaran bagi kita bangsa Indonesia ini, karena semuanya itu bis berpengaruh terhadap perjalanan bangsa, Misalnya kekacauan politik disuatu negara menyebabkan menurunnya perekonomian negara yang bersangkutan, dan menjadi efek domino karena permintaan produk negara terebut dari negara lain (misalnya Indonesia) juga akan turun.

Saya ambil satu contoh saja dari berrbagai kejadian diatas untuk menjadi pelajaran bagi kita menuju masa depan yang lebih baik- yaitu negara Bolivia. Negeri di belahan benua Amerika latin/selatan ini baru-baru ini menyelenggarakan pemilu, dimana mantan presiden Evo Morales (dari kalangan pribumi Bolivia) ikut mencalonkan diri. Pak Morales ini beraliran kiri dan tentunya anti dominasi Amerika Serikat di Amerika selatan. Dia menang dalam pemilu itu tapi di protes oleh pesaingnya, menuduh kemenangannya itu dilakukan dengan cara curang, lalu mengerahkan ribuan pendukungnya turun kejalan. Demonstrasi itu berhari-hari dan mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia. Evo Morales si pemenang dengan kemauannya sendiri demi-keamanan dan perdamaian di negaranya keluar dari negaranya dan minta suaka politik di Mexiko; dan sekarang untuk sementara tinggal di Mexico City. Tentu dia menuduh Amerika Serikat sebagai dalang dalam kekisruhan di Bolivia, dan memang pesaingnya Evo Morales didukung Amerika Serikat. Ketua DPR Bolivia meng-klaim dirinya sebagai presiden sementara dan dapat diduga-dia didukung Amerika Serikat. Dan Evo Morales berrjanji akan kembali ke nagaranya bila diminta para pendukungnya.

Evo Morales, sang presiden tersingkir | nacia.org
info gambar

Akibat perubahan politik itu, sekarang ganti ribuan penduduk pribumi Bolivia pendukung setia mantan presiden Evo Morales yang umumnya rakyat jelata, petani, pekerja orang miskin - turun ke jalan mem-protes pemerintahan baru. Pihak militer dan polisi menanggapi demonstrasi ini dengan brutal dengan melakukan penembakan-penembakan. Negara menjadi kacau balau, listrik mati, perdagangan berhenti, dimana-mana terjadi kebakaran akibat kerusuhan dsb. Para pendukung pemerintahan baru juga bertindak brutal memukuli pendukung Morales dan malahan menghentikan seorang walikota perempuan bernama Patricia Arce yang sedang menuju gedung kantor walikota. Mereka menyeret dan menyandera walikota ini ditengah-tengah jalan, dipaksa duduk, diteriaki-di maki-maki dengan kata-kata keras, rambut nya digunduli, wajahnya di corat coret dengan cat dan dipaksa menandatangani surat pengunduran diri. Dengan wajah lusuh seperti maling yang ramai-ramai di gebuki masa, walikota perempuan ini pasrah tidak bisa berbuat apa-apa.

Didepan TV yang mewancarainya, walikota wanita ini megatakan sambil menangis bahwa anak-anaknya malu melihat ibunya diperlakukan seperti itu. Menggunduli rambut wanita adalah teknik yang pernah dipakai di negara-negara Eropa pasca perang dunia II, seperti di Perancis, dimana wanita-wanita yang dianggap dekat dengan tentara Nazi Jerman di tangkap, digunduli rambutnya dan di arak di jalan-jalan raya dan orang-orang yang menontonnya meludahi wajah-wajah mereka. Ini adalah cara membuat wanita-wanita itu malu karena dianggap wanita nakal, wanita hina – dina.

Sampai artikel ini saya tulis, kejadian-kejadian mengerikan di Bolivia itu masih berlangsung. (Demikian juga demonstrasi yang menentang pemerintahan dan memprotes kemunduran ekonomi serta korupsi di kota-kota Iraq telah menewaskan lebih dari 30 orang).

Saya melihat kejadian itu menarik napas dalam-dalam bersyukur karena tidak ada kejadian seperti itu di negeri kita ini dimana walikota wanita dipermalukan didepan publik. Malahan walikota-walikota/bupati-bupati wanita seperti di Surabaya dan kota-kota lainnya dihormati para warganya karena melihat kinerja mereka yang berlomba-lomba untuk memajukan, mempercantik kota dan daerahnya nya dan berjuang untuk mengangkat harkat warganya baik dibidang pendidikan, kesehatan dan perekonomiannya.

Kalau kita tidak pernah belajar dari sejarah dan kejadian-kejadian seperti itu di belahan bumi lainnya, maka kita tidak akan bisa mawas diri dalam mengelola bangsa terutama dalam hal kerukunan antar masyarakat sebagai prasyarat untuk bisa maju kedepan. Pelajaran lainnya adalah jangan sampai pengelolaan negara itu di dikte oleh negara lain karena itu malah menyebabkan perpecahan diantara anak bangsa. Kita sudah pernah menderita dijajah Belanda selama 350 tahun, Inggris 5 tahun, Portugis 5 tahun, Jepang 3,5 tahun. Sudah cukup kita menderita selama itu; dan sudah saatnya membangun Indonesia menjadi negara maju dan bermartabat.

Cak Lontong komedian terkenal alumni ITS itu –mungkin hanya punya satu kata kalau membaca tulisan saya ini yakni “MIKIR !”

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini