Gerakan Jogo Tonggo Saling Peduli di Tengah Pandemi

Gerakan Jogo Tonggo  Saling Peduli di Tengah Pandemi
info gambar utama

Dalam mengantisipasi pandemi Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan tapi juga sektor lainnya seperti ekonomi. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menggagas sebuah gerakan yang diberi nama Jogo Tonggo.

Jogo Tonggo adalah sebuah gerakan saling menjaga antar tetangga, agar dapat meminimalisir dampak dari Covid-19.

Istilah Jogo Tonggo diambil dari bahasa Jawa, yaitu ‘jogo’ artinya menjaga, sedangkan ‘tonggo’ artinya tetangga. Dalam praktiknya, Jogo Tonggo mencakup dua hal utama, yakni menjadi jaring pengaman sosial dan keamanan serta jaring pengaman ekonomi. Hal itu disampaikan akun Twitter Humas Jateng pada Sabtu, (25/4/2020).

Dalam unggahan yang itu, akun Humas Jateng memuat dua poster gerakan Jogo Tonggo. Pada poster pertama berisi struktur gerakan Jogo Tonggo dan tugas mereka. ''Bertugas memastikan bahwa warga secara bergotong-royong melawan penyebaran dan penularan Covid-19,’’ dikutip dari tulisan di poster tersebut.

jogo tonggo
info gambar

Selain itu, tugas anggota gerakan ini juga untuk memastikan bahwa bantuan dan dukungan dari luar wilayah yang masuk ke daerahnya tepat sasaran dan tepat guna. ''Bidang tugas Satgas, bidang kesehatan, bidang sosial dan keamanan, bidang ekonomi, dan bidang hiburan,'' tulis poster tersebut.

Di poster kedua, empat bidang tugas satgas tersebut dijabarkan dengan lengkap. Anggota pelaksana gerakan tersebut, yakni Karang Taruna, Dasawisma, Posyandu, Linmas, warga di tingkat RW dan organisasi lainnya.

Ganjar mengajak masyarakat desa di seluruh Jawa Tengah untuk memantau dan menjaga tetangga masing-masing melalui Satgas Jogo Tonggo di setiap Rukun Warga (RW).

jogo tonggo
info gambar

Berkaitan dengan pelaksanaannya, Jogo Tonggo akan disertai instruksi dan koordinasi yang lebih tegas berdasarkan masukan dari Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) dan para pakar.

Di lapangan Satgas Jogo Tonggo diketuai RW yang dibantu oleh para Rukun Tetangga dan beranggotakan tim kesehatan, tim ekonomi, serta tim keamanan. Selama berjalannya gerakan ini, ketua Satgas diwajibkan melaporkan kegiatan sehari-hari pada pihak desa atau kelurahan.

Dalam pelaksanaannya, jaring pengaman sosial dan keamanan meliputi sosialisasi, pendataan, dan pemantauan warga. Sementara jaring pengaman ekonomi bertugas memastikan tidak ada satupun warga yang kelaparan selama wabah ini dan berusaha agar kegiatan ekonomi berjalan dengan baik pasca wabah.

Melalui gerakan tersebut diharapkan setiap warga selalu menengok tetangga terdekatnya. Lalu, jika ada tetangganya yang kesusahan dapat segera lapor kepada ketua RW untuk dicarikan solusi bersama.

Memanfaatkan Kebiasaan Gotong Royong

Gerakan yang digagas Ganjar beserta jajarannya ini, merupakan implementasi dari kebiasaan gotong-royong masyarakat desa.

''Orang desa terbiasa berbagi makanan, gotong-royong membangun rumah, dan menjaga lingkungan dengan sistem keamanan lingkungan (siskamling). Spirit ini kita ambil karena basis kekuatan utama Jawa Tengah adalah desa,’’ kata Ganjar seperti dikutip dari Kompas.com.

Di sisi lain, Ganjar melihat ada kemungkinan banjir pengangguran dan kelangkaan bahan makanan pasca pandemi ini. Maka dari itu, pentingnya gerakan Jogo Tonggo ini untuk terus digalakan.

Ia meminta setiap desa menyediakan lumbung pangan untuk memastikan ketersediaan stok pangan selalu ada. Ia menganjurkan agar masyarakat menanam sayur-mayur hingga apotek hidup di pekarangan rumahnya atau di lahan kosong yang ada di desa.

Selain itu, desa atau RW yang belum memiliki stok untuk kebutuhan protein hewani juga harus mulai mempersiapkan diri. ''Yang belum punya ikan, mulai menebar benih. Yang belum punya telur dan daging, mulai beternak,’’ ucapnya. Ganjar menegaskan, bahwa ia tidak ingin ada kasus mati kelaparan di Jawa Tengah.

Mengenai keberlanjutan ekonomi pasca corona, ia meminta setiap desa menggunakan dana desa untuk membuat usaha pemberdayaan masyarakat. Kegiatan padat karya yang biasanya ditujukan untuk pembangunan yang bersifat fisik. Mulai diarahkan ke program atau kegiatan yang sifatnya berkelanjutan, seperti perikanan, peternakan, konveksi, kerajinan, atau kuliner. ‘’Agar tidak sekali kegiatan selesai,’’ pungkasnya.

Alternatif PSBB

Seiring berjalannya waktu, program Jogo Tonggo yang digagas oleh pemprov Jateng mulai dijalankan masyarakat Jawa Tengah. Beberapa hari yang lalu, melalui akun Youtube-nya, Ganjar mempublikasikan kegiatannya saat memantau jalannya program tersebut di Desa Menawan, Kudus.

''Di saat banyak daerah menerapkan PSBB, saya memilih untuk menerapkan program Jogo Tonggo. Kalau belum tau, Jogo Tonggo ini filosofinya berasal dari kearifan lokal masyarakat,'' dikutip dari keterangan di unggahan Youtube Ganjar Pranowo ''Jogo Tonggo Sesederhana Ini''.

Dalam video berdurasi empat menit lebih itu, ia memperlihatkan bagaimana aktivitas warga desa yang menjalankan program Jogo Tonggo. Ia menunjukkan kegiatan ibu-ibu yang sedang memasak di dapur umum untuk membantu warga memenuhi kebutuhan makannya.

''Mudah-mudahan ini bisa menggelinding terus ke masyarakat dan menjadikan contohJogo Tonggo itu seperti apa,'' jelas Ganjar. ''Itu sederhana kok, ada lumbung pangannya, ada relawan yang memasak, dan membantu mereka yang sulit,’’ tambahnya.

Tidak hanya itu, Ganjar menyempatkan diri untuk berkeliling desa melihat berbagai upaya warga menanam tumbuhan produktif yang bisa dimakan, di pekarangan atau pot kecil yang ada di rumahnya.

Ia juga menengok warung hidup di Desa Menawan dan mengatakan bahwa ini bisa menjadi contoh yang baik untuk ditiru.

Program Jogo Tonggo yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini mungkin bisa menjadi alternatif bagi masyarakat di daerah lain. Melalui mekanisme Jogo Tonggo, bukan hanya dapat mendeteksi warga yang terinfeksi Covid-19 saja. Namun, juga dapat mengantisipasi dampak ekonomi bagi warga yang rentan terkena imbasnya.

Selain itu, dengan konsep ini, warga diajak lebih peduli terhadap tetangga-tetangganya. Persoalan seperti data warga terdampak yang tumpang tindih dan bantuan sosial yang salah sasaran juga bisa segera diatasi. Sehingga, berbagai program yang disalurkan pemerintah pusat, daerah, dan swasta yang diperuntukan bagi kelompok terdampak Covid-19, bisa tepat sasaran dan langsung dirasakan manfaatnya.

Baca juga:




Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini