Bukan Cuma Garuda Indonesia, Ini Maskapai Tanah Air yang Berjuang Hadapi Krisis

Bukan Cuma Garuda Indonesia, Ini Maskapai Tanah Air yang Berjuang Hadapi Krisis
info gambar utama

Hampir tidak ada yang bisa lolos dari jerat krisis sebagai dampak dari situasi pandemi yang melanda seluruh negara, bahkan bagi perusahaan maskapai penerbangan berstatus BUMN sekalipun layaknya Garuda Indonesia.

Seperti yang banyak diketahui, hadirnya pola kebiasaan hidup baru atau lebih dikenal dengan istilah new normal yang digaungkan saat pertama kali situasi pandemi terjadi seakan memberi efek domino terhadap hampir berbagai industri di tanah air, mulai dari otomotif, teknologi, dan pariwisata, yang erat kaitannya dengan penyedia layanan transportasi termasuk salah satunya maskapai penerbangan.

Walau pada awal tahun 2021 situasi perlahan pulih dan berbagai industri mulai menunjukkan keberhasilan bangkit dari keterpurukan, hal tersebut nyatanya tidak berlaku bagi sebagian besar pemain di industri maskapai penerbangan, terutama yang sudah berada dalam masa krisis layaknya terjerat hutang bahkan sebelum pandemi melanda.

Baca juga Sejarah Kejayaan Garuda Indonesia yang Pernah Kuasai Langit Asia

Kebijakan pembatasan skala besar yang dibuat saat memasuki kuartal ke-2 tahun 2020 seakan menambah tekanan yang diterima oleh para pemain di industri maskapai penerbangan, ditandai dengan pemberhentian berbagai penerbangan komersil baik domestik atau internasional yang diberlakukan pada rentang akhir bulan April hingga awal Juni 2020.

Terpuruknya operasional maskapai penerbangan rupanya diproyeksikan secara detail dalam sebuah insight yang dibagikan oleh KPMG Global.

Data KPMG
info gambar

Dengan menyertakan data dari Flightradar24 yang memantau penerbangan di berbagai belahan dunia, terlihat jika volume penerbangan komersil mulai turun secara drastis pada bulan Maret 2020 yang bertepatan dengan situasi pandemi global, dan menyebabkan berbagai negara secara serentak menghentikan sebagian besar penerbangan baik domestik atau internasional.

Volume lalu lintas penerbangan komersil ini berada pada titik terendah saat pertengahan bulan April, yang selanjutnya mulai pulih secara perlahan bersamaan dengan beberapa negara yang kembali membuka operasional penerbangan namun dalam jumlah terbatas.

Berada dalam fase hampir stagnan selama rentang bulan Agustus hingga Desember, sedikit peningkatan terjadi di pertengahan bulan Desember yang dibarengi dengan euforia natal dan tahun baru pada saat itu.

Secara keseluruhan, volume penerbangan di akhir tahun 2020 diproyeksikan oleh Flightradar24 turun sebesar 41,7 persen ketimbang tahun 2019.

Dengan segala situasi jatuh bangun yang dialami selama lebih dari satu tahun terakhir, tidak ada satupun maskapai penerbangan di tanah air yang tidak berjuang menghadapi situasi krisis yang ada, terutama Garuda Indonesia yang belakangan ramai diberitakan soal isu pemangkasan karyawan dan armada penerbangan yang dimiliki.

Apa yang terjadi pada Garuda Indonesia barangkali hanya satu dari sekian realita yang sebelumnya sudah diprediksi oleh IMF, yang menyatakan bahwa tekanan likuiditas yang dialami berbagai perusahaan maskapai akan berakhir pada kebangkrutan jika tidak diimbangi dengan strategi yang tepat untuk bertahan.

Lantas, apa saja dan bagaimana langkah yang sejatinya sudah diupayakan oleh berbagai maskapai tanah air semenjak situasi krisis ini terjadi?

Baca juga Pandemi Belum Pergi, Apa Kabar Maskapai-Maskapai Asia Tenggara?

Upaya Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi

Pesawat Garuda Indonesia
info gambar

Sempat diwawancarai oleh Bisnis.com, pada 1 Juli 2020, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pada saat itu menyampaikan bahwa sejatinya para analis industri penerbangan memprediksi pemulihan dari situasi krisis yang terjadi baru akan kembali sepenuhnya pada tahun 2022.

Sehingga berbagai strategi sudah disiapkan Garuda pada saat itu, beberapa di antaranya dari segi operasional yaitu melakukan efisiensi dengan menutup rute yang tidak menghasilkan profit. Dalam cakupan lebih besar, Garuda Indonesia juga berencana melakukan sinergi dengan anak perusahaan atau anggota group melalui keselarasan rute dan penetapan jadwal penerbangan.

Sedangkan dari segi keuangan, Garuda Indonesia menjelaskan pihaknya akan melakukan negosiasi dengan jajaran lessor dari luar negeri agar memberi keringanan terkait biaya sewa armada, bahkan jika perlu memperpanjang masa sewa agar biaya sewa armada per bulannya berkurang.

Tepat dua bulan setelah penjabaran strategi bertahan menghadapi situasi krisis yang sudah direncanakan, Irfan kembali menjabarkan upaya terbaru dalam menghadapi krisis, bukan hanya sebatas strategi keuangan namun melibatkan berbagai lapisan karyawan.

Meski perusahaan mengalami goncangan sepanjang 2020, namun dari aspek kinerja operasional hingga kuartal IV (Q4) 2020, Irfan menyebut bahwa perusahaan pelat merah itu berhasil mencatatkan jumlah penumpang hingga mencapai 500 ribuan penumpang. Sementara untuk angkutan kargo, dikatakan mengalami pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2020 yakni, mencapai 27 ribu ton kargo.

"Capaian tersebut dapat menyentuh level 99 persen performa bisnis kargo sebelum masa pandemi," kata Irfan dalam Media Indonesia (17/3).

Pada akhir tahun 2020 strategi yang dilakukan terus bertambah, terutama dalam menghadapi tahun baru 2021 dengan harapan adanya peningkatan dibanding situasi di tahun 2020, strategi yang disorot adalah fokus maskapai pada penerbangan kargo yang dinilai tumbuh dengan baik di masa pandemi, demi mengejar momentum ini bahkan Garuda Indonesia mengatakan akan meluncurkan pesawat khusus untuk penerbangan kargo di tahun 2021.

Baca juga Maskapai Kargo Terbaik se-Asia Pasifik Juga Disabet Garuda Indonesia

Irfan juga menjelaskan upaya perusahan melakukan strategi lain, seperti penerapan protokol kesehatan dengan physical distancing dalam pengaturan tempat duduk penumpang selama penerbangan.

Lalu kampanye mengenai penerapan CHSE (Clean, Health, Safety, and Environtment) itu nyatanya kembali menggairahkan penerbangan di Indonesia, selain tentunya mengadakan promo tiket dan lainnya. Terkait program vaksinasi Covid-19 yang dilakukan pemerintah, Irfan menilai menjadi momentum dan harapan tersendiri.

Ia bilang, vaksinasi berkaitan erat dengan persepsi masyarakat dalam hal kenyamanan (confident) dan kepercayaan (trust) atas sebuah layanan untuk kembali melakukan mobilitas dengan menggunakan sarana transportasi udara.

"Seiring dengan mobilitas masyarakat yang mulai pulih, kami optimistis hal tersebut dapat mendorong upaya percepatan pemulihan kinerja perusahaan."

Sriwijaya Air yang dibayang-bayangi tragedi SJ 182

Sriwijaya Air
info gambar

Pada saat rute penerbangan kembali dibuka secara terbatas pada Juli 2020 setelah sempat mengalami pemberhentian massal, maskapai Sriwajaya Air juga mengakui kalau hal tersebut tidak membawa pemulihan yang berarti dari segi bisnis.

Maskapai ini juga memanfaatkan situasi dengan melihat peluang yang ada dan memaksimalkan penerbangan kargo yang justru meningkat dan banyak dibutuhkan di tengah situasi pandemi.

Walau terdampak akibat situasi pandemi itu hal yang pasti, namun berbeda dengan Garuda Indonesia, pihak Sriwijaya melalui tim Corporate Communication saat awal semester II 2020 menyatakan bahwa perusahaan masih dapat bertahan menghadapi situasi yang ada, dengan tetap melakukan berbagai evaluasi dan kemungkinan strategi bisnis lainnya.

Baca juga Mengenal Pesawat Boeing 737-500 Milik Sriwijaya Air. Pesawat Tangguh Ternyata!

Nahas, situasi justru diperburuk dengan tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di awal tahun 2021, tepatnya pada penerbangan SJ 182 yang memberi duka mendalam dan guncangan hebat bagi para pihak yang terlibat dari insiden yang terjadi.

Tragedi jatuhnya pesawat merupakan momok yang sangat dihindari oleh semua maskapai penerbangan terutama di tengah situasi pandemi, peristiwa tersebut sedikit atau banyak memberi pengaruh terhadap citra perusahaan.

Terbukti, pihak Sriwijaya Air yang sampai akhir 2020 masih menyatakan sanggup bertahan di tengah situasi pandemi, pada akhirnya baru-baru ini ikut datang membawa kabar merumahkan para pekerjanya akibat situasi keuangan yang semakin menurun.

Kebijakan merumahkan karyawan ini tentunya disertai dengan keterangan bahwa mereka akan dipanggil kembali oleh perusahaan jika situasi sudah berhasil pulih.

Lion Air bangkit dengan membuka rekrutmen untuk berbagai posisi

Lion Air
info gambar

Pilihan penerbangan untuk angkutan kargo nampaknya menjadi alternatif terbaik yang bisa dipilih untuk tetap bertahan di tengah situasi kritis, bukan hanya bagi Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air, hal yang sama nyatanya juga dilakukan oleh Lion Air. Apalagi, maskapai satu ini memang memiliki jaringan bisnis lain dalam bidang pengiriman barang dan logistik yang cukup dikenal, yaitu Lion Parcel.

Berdasarkan riwayat pemberitaan sejak awal terjadinya pandemi, Lion Air pun jadi salah satu maskapai yang menyatakan masih berusaha untuk bertahan dengan tetap melakukan efisiensi dalam operasionalnya.

Namun bukan berarti jauh dari pemberitaan terpuruk, bulan Juli tahun 2020 lalu Lion Air dikabarkan melakukan PHK terhadap sekitar 3.000 karyawan, berita ini bermula dari sebuah video viral di platform YouTube yang disertai narasi bahwa Lion Air terkena dampak pandemi sehingga harus memangkas ribuan karyawan.

Pihak Corporate Communication Lion Air pun memberikan penjelasan bahwa kabar soal ribuan karyawan yang di-PHK tidaklah benar, yang terjadi sebenarnya adalah Lion Air tidak memperpanjang masa kontrak kerja sebanyak 2.600 orang karyawan yang kebetulan berakhir pada saat itu. Demikian kabar Liputan6, Rabu, (26/5).

Hal tersebut nyatanya terbukti, di saat perlahan situasi Lion Air mulai membaik, terbaru maskapai ini diketahui sedang membuka rekrutmen untuk berbagai posisi, terutama posisi pramugari.

Baca juga Peringkat Maskapai Indonesia dalam Daftar Maskapai-maskapai Terbaik Asia 2020 versi TripAdvisor

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini