God Bless, Kisah Setengah Abad Inspirasi Band Rock Indonesia

God Bless, Kisah Setengah Abad Inspirasi Band Rock Indonesia
info gambar utama

Di akun Instagramnya, Jokowi mengunggah foto bersama vokalis grup band rock God Bless, Ahmad Albar. Dalam keterangan foto, Jokowi mengenang masa remajanya saat mendengarkan lagu-lagu God Bless.

“Saya masih remaja belasan tahun ketika God Bless muncul dan berjaya di tanah air. Lagu-lagunya enak, musiknya asyik, lirik-liriknya menggugah. Siapa tak ingat lagu Huma di Atas Bukit, Panggung Sandiwara, atau Roda Kehidupan?” kata Jokowi di Instagram-nya, seperti dikutip GNFI, Senin (30/8/2021).

Jokowi juga menyanjung vokalis Godbless, Ahmad Albar. Jokowi mengaku kagum dan menilai sosok Ahmad Albar memiliki karakter yang mudah dikenali dan disukai oleh banyak orang.

“Penyanyinya punya ciri khas: rambut kribo, suara yang dalam, dan gaya panggung yang enerjik. Saya kira hampir semua orang Indonesia mengenalnya. Dialah Ahmad Albar, yang akrab dipanggil Mas Iyek, yang berdiri di samping saya ini,” ucap Jokowi.

Industri Musik Indonesia dari Masa ke Masa, Hingga Terbit Royalti

Iyek, memang menjadi sosok penting bagi pembentukan group rock ini. Sebelum di Indonesia, Iyek telah malang melintang di dunia musik Belanda.

Tekad dirinya sukses di dunia musik membuatnya terjun dalam lomba dalam ajang kontes bakat bernama “Talenten Yacht Grand Gala” yang diadakan oleh TV Holland. Tak dinyana, Iyek berhasil menyabet gelar juara.

Nama Iyek kemudian melambung. Iyek jadi buruan band-band lokal Belanda, antara lain Take 5 dan Clover Leaf. Bersama nama terakhir, Iyek bahkan mencicipi kesuksesan di daratan Eropa lewat single berjudul “Don’t Spoil My Day.”

Pada tahun 1972, dirinya kemudian kembali ke Jakarta, membawa serta gitaris satu grup di Clover Leaf, Ludwig Lemans. Sampai di Jakarta, Iyek dan Lemans menyaksikan maraknya band-band rock yang tumbuh subur di Indonesia.

Maka diajaklah Donny Fatah yang jago memainkan bas, Yockie Suryoprayogo (kibor), dan Fuad Hasan (drum), untuk memperkuat grup rock tersebut di tahun 1973. Setelah personel terkumpul, maka Iyek butuh nama untuk identitas band ini. Pemilihan nama, bagi Iyek dan kawan-kawan nyatanya bukan perkara yang mudah.

Berkali-kali mereka saling tukar ide soal nama, berkali-kali juga mereka gagal menemukan kesepakatan. Dari The Balls, The Road, The God, sampai Crazy Wheels, dianggap kurang cocok untuk merepresentasikan karakter mereka.

Hingga akhirnya, di pengujung Desember 1972, mereka berhasil mendapatkan nama yang tepat untuk band: God Bless. Inspirasinya berasal dari kartu ucapan bertuliskan, “May God bless you!” yang tergeletak di meja tamu di rumah Camelia Malik, adik Iyek.

Sejak saat itu, God Bless tidak hanya menjadi identitas mereka yang terus dijaga hingga saat ini. Tapi juga menginspirasi band-band rock Indonesia setelahnya.

Menjadi tolok ukur anak muda

Penampilan perdana God Bless terjadi pada Mei 1973. Saat itu, mereka main di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Di awal kemunculannya, God Bless belum punya materi orisinal. Mereka masih menjadi kover band yang membawakan ulang lagu-lagu Kansas, Easy Beast, Genesis, sampai Deep Purple.

Namun, kondisi tersebut tidak dapat menghentikan mereka untuk jadi terkenal. Mereka dinilai berhasil merepresentasikan musik rock beserta budayanya—anti-kemapanan dan kebebasan—secara paripurna. Gaya busana yang nyentrik dan aksi panggung yang liar membikin orang-orang terpesona dengan kehadiran God Bless.

Menurut pengamat musik Denny Sakrie, God Bless memiliki karakter ideal sebagai band rock panutan yang membersitkan inspirasi bagi grup band seangkatannnya maupun angkatan-angkatan setelah mereka. Dirinya mencontohkan group dangdut Soneta--asuhan Rhoma Irama--yang meniru penampilan Iyek dan kawan-kawan saat tampil di panggung.

Keren! 5 Grup Musik Asal Indonesia Suarakan Isu Lingkungan Lewat Lagunya 

"Kelompok dangdut Soneta yang di motori Rhoma Irama mulai mematut-matut musik dan penampilan fashionnya seperti yang diperlihatkan God Bless. Saat itu Rhoma mahfum bahwa musik rock telah memukau anak-anak muda," ucap Denny melalui blog pribadinya.

"Musik rock yang ditampilkan oleh band sekelas God Bless maupun AKA walau dengan bayangan budaya barat yang sangat kental, merupakan tolak ukur tingkat pergaulan anak muda dalam skala kehidupan sosialnya," tambahnya.

Nama God Bless makin moncer saat mereka memperoleh sambutan luar biasa dalam konser Summer ’28 yang diselenggarakan di Ragunan pada Agustus 1973. Acara ini dianggap meniru Woodstock ’69 dengan menampilkan total 17 band Indonesia serta negara-negara lain di Asia Tenggara.

Di tengah popularitas, God Bless ditinggal mati kedua personelnya karena kecelakaan lalu lintas yaitu Fuad Hasan dan Soman Lubis (pengganti Yockie). Belum lagi, mereka harus menerima pengunduran diri sang gitaris, Ludwig.

Namun Iyek dan Donny tak ingin lama-lama berkabung. God Bless harus terus jalan, begitu pikir mereka. Maka, untuk mengisi kekosongan yang ada, mereka kemudian mengajak Ian Antono (di posisi gitar), Teddy Sujaya (drum), dan merekrut kembali Yockie.

Pada 1975, God Bless akhirnya melepas debut album yang diberi tajuk God Bless. Denny, dalam tulisannya menyebut album debut itu merupakan pertanda idealisme bermusik tak pernah bisa dibeli.

Di saat band-band rock seangkatan mereka seperti AKA sampai Freedom of Rhapsodia mulai menghamba pada pop demi memenuhi tuntutan label dan selera pasar, God Bless sebaliknya, dengan gagah berani menolak berkompromi terhadap kegandrungan masyarakat akan musik pop.

"God Bless dengan gagah menampilkan musik rock yang utuh dalam sebuah album, walaupun harus diakui album tersebut gagal dalam pencapaian secara komersial," kenang Denny.

Ketika God Bless tengah menikmati debut albumnya, tiba-tiba datang tawaran show membuka konser Deep Purple dan Suzy Quatro di Jakarta tahun 1975. Aksi panggung mereka sebagai band pembuka sempat menuai pujian dari musisi asing, terutama Suzy Quatro yang memuji permainan bas Donny Fatah.

Semut Hitam penanda kehebatan God Bless

Setelah sempat vakum karena beberapa personel memilih solo karier, God Bless berkumpul lagi tahun 1985 dengan formasi: Iyek (vokal), Donny Fatah (bas/vokal), Ian Antono (gitar), Dodo Zakaria (kibor), dan Teddy Soedjaya (drum).

Pada tahun 1986, Yockie Suryoprayogo kembali mengisi posisi kibor, menggantikan posisi Dodo Zakaria. Sampai akhirnya God Bless merilis album ke-3, Semut Hitam di tahun 1988.

Album ini meledak di pasaran dan menjadi album terlaris God Bless sepanjang sejarah. Sukses album ini antara lain berkat lagu andalan berjudul Kehidupan yang langsung berhasil menggebrak setelah dirilis. Sukses single ini dilanjutkan oleh hits berikutnya dari album ini yaitu Rumah Kita.

Anthera, Album Penuh Perdana dari Rubah di Selatan

Dari sisi musikal, Semut Hitam sangat berbeda dengan kedua album sebelumnya. Dalam Huma Di Atas Bukit (1976) dan Cermin (1980), warna progresifnya masih sangat kental. Namun saat Semut Hitam digarap, era progresif rock sudah memudar dan digantikan dengan era glam rock yang lebih mengutamakan beat. Maka muncullah lagu-lagu seperti: Kehidupan, Semut Hitam, Badut-badut Jakarta, Trauma, dan Bla Bla Bla.

“Waktu itu zaman progresif memang sudah lewat,” tutur Teddy Sujaya, drummer God Bless di album ini.

“Dulu kan kita nengoknya ke band-band seperti Deep Purple, Kansas, Genesis. Masuk pertengahan 80-an, yang laku itu musik-musik rock yang nge-beat seperti Van Halen, Europe.”

Setelah album Semut Hitam, God Bless sempat merekam album Raksasa di tahun 1989 yang juga meraup sukses. Sukses album Raksasa, berlanjut dengan tour di berbagai daerah di tahun 1989 dan 1990.

Bertahan setengah abad

Dalam 48 tahun, God Bless mengalami pasang surut yang luar biasa terutama adalah proses gonta ganti personil yang telah berlangsung sejak tahun 1974.

God Bless telah dimasuki begitu banyak pemusik rock mumpuni, mulai dari Deddy Dorres, Yockie Surjoprajogo, Soman Lubis, Fuad Hasan, Debby Nasution, Keenan Nasution, Oding Nasution, Abadi Soesman,Teddy Sujaya, Rudy Gagola,Yaya Moektio, Gilang Ramadhan, Dodo Zakaria, hingga Eet Sjahranie.

Sulitnya menyatukan ego dan selera pemusik yang sudah pasti tak sama dalam sebuah band adalah pekerjaan yang berat. Belum lagi tetek bengek lainnya yang kerap berwujud krusial mulai dari konsepsi hingga persepsi bermusik.

"God Bless telah memberikan teladan yang bagus untuk band-band zaman sekarang yang sangat rentan konflik dan memiliki hidup seumur jagung belaka," puji Denny.

Nuansa Nasionalisme di Single Kedua Mocca

Donny Fattah Gagola sang pembetot bas mengungkap pula bahwa God Bless tidak pernah bermimpi menjadi musisi yang ngetop atau terkenal. Menurut Donny, semula God Bless hanya anak-anak muda yang punya minat sama.

"Era 1970-an, hanya anak-anak muda gondrong yang bermain musik yang kami suka. Kebetulan bisa bertahan. Buat saya pribadi, karena namanya "God Bless"," kata musisi 71 tahun itu sembari tertawa.

Kesuksesan ini membuat pada konser "48 tahun God Bless berkarya", Presiden Jokowi tidak hanya akan datang menyaksikan. Tapi juga nantinya akan memberi penghargaan kepada band legendaris di Indonesia tersebut.

"Untuk itu Presiden Jokowi akan memberikan tanda atau plakat penghargaan kepada God Bless yang akan langsung diserahkan kepada God Bless," kata CEO Rockinlilo, Romulo Radjadin a.k.a Lilo Kla Project, sebagai penyelenggara konser, seperti dikutip dari Antara, Minggu (29/8).

Baginya ini adalah sejarah baru bagi industri musik di Indonesia. "Karena baru pertama kalinya seorang Presiden memberikan penghargaan langsung kepada musisi Indonesia," pungkas Lilo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini